Pasien Covid-19 Berhasil Donorkan Sumsum Belakang Ke Kakaknya. (Foto: WOB)
Dream - Baru-baru ini kabar baik datang dari Thailand. Dilaporkan bahwa transplantasi sel punca pertama di dunia dari pasien yang terinfeksi Covid-19 ke pasien yang sehat telah berhasil dilakukan.
Transplantasi sel punca ini merupakan keberhasilan yang sempurna karena tanpa disertai dengan penularan penyakit dari pasien yang terinfeksi ke pasien yang menerima donor sel puncanya.
Terobosan signifikan ini dibuat ketika Sila 'Jio' Boonklomjit yang berusia 5 tahun, menyumbangkan sel punca dari sumsum tulangnya untuk menyelamatkan kakak perempuannya, Jintanakan (7 tahun) yang dilahirkan dengan penyakit thalassemia.
Menurut American Center for Disease Control, thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang disebabkan ketika tubuh tidak mampu memproduksi hemoglobin, sehingga penderita akan mengalami kekurangan sel darah merah di seluruh tubuh.
Sebelum menerima transplantasi, Jintanakan telah menjalani beberapa kali kemoterapi untuk menghilangkan sel punca yang sudah tidak bisa menghasilkan sel darah merah di sumsum tulangnya.
Akibat tidak memiliki organ yang bisa menghasilkan sel darah merah, kekebalan tubuh Jintanakan menurun secara drastis.
Hal ini diperparah dengan sulitnya mencari donor sel punca yang tidak terkait secara genetis tapi cocok dengan Jintanakan.
" Peluangnya sangat kecil sekali, 1 dibanding 20.000 sampai 50.000," jelas Profesor Dr Usanarat Anurathapan, dari Divisi Hematologi dan Onkologi di Fakultas Kedokteran Rumah Sakit Ramathibodi, Universitas Mahidol, yang melakukan prosedur ini.
Karena itu, mereka terpaksa mengambil sel punca yang sehat dari adiknya bernama Sila yang berusia 5 tahun.
Prosedur transplantasi sel punca ini menuntut kehati-hatian yang ekstra karena keadaan khusus di mana donor adalah pasien positif Covid-19.
Selain harus membedah Sila di ruang karantina, dokter juga harus memastikan bahwa sel punca yang diambil tidak terkontaminasi virus corona.
Terlepas dari tingkat kesulitan dan risiko yang ada, prosedur ini berakhir dengan sangat sukses. Sel punca Sila tidak menunjukkan jejak Covid-19 sama sekali.
Setelah menjalani prosedur transplantasi pada hari Selasa, Jintanakan dilaporkan tidak mengalami komplikasi sejauh ini.
Sumber: World of Buzz
Dream - Seorang gadis malang berusia tujuh tahun di Amerika Serikat meninggal dunia akibat infeksi virus Covid-19. Gadis itu sempat mengalami koma dan mengalami pembengkakan di bagian otak.
Aurea Morales, nama gadis cilik itu meninggal dunia di Durham, Carolina Utara, Amerika Serikat pada Senin, 1 Juni 2020. Dia menjadi korban anak-anak pertama yang meninggal akibat virus Covid-19 di daerah tersebut.
Keadaan kesehatan anggota keluarga lain juga tidak berbeda jauh. Ibu, ayah, dan adik perempuannya sedang dirawat di Rumah Sakit Universitas North Carolina pada bulan lalu setelah ketiganya kondisinya semakin memburuk. Kabar terbaru kondisi keluarga Aurea masih belum diketahui.
Dilansir dari Mirro.co.uk, halaman GoFundMe yang dibuat untuk membantu keluarga Aurea mengatakan, " Dengan hati sedih saya memberitahu bahwa Aurea meninggal dunia kemarin, 1 Juni 2020. Hati kami ikut dengan meninggalnya salah satu keluarga Soto dimasa yang sulit ini dan kami berdoa mereka tetap kuat serta menemukan kedamaian.
Sebelumnya, Aurea diketahui dirawat di Rumah Sakit UNC sebagai pasien Covid-19. Infeksi yang dideritanya menyebabkan tubuhnya mengalami pembengkakan otak dan membuatnya koma.
" Ayah, Ibu, dan saudara perempuannya juga tertular virus Covid-19. Kami meminta Anda membantu keluarga ini dimasa yang sulit ini," tulis deskripsi di lama GoFundMe yang dibuat oleh guru-guru Aurea.
Salah satu guru Aurea, Carmen Hatcock menulis, " Saya tidak tahu harus berkata apa. Hati saya benar-benar hancur. Seorang murid di sekolah saya meninggal dunia. Dia duduk di bangku kelas dua. Dia pernah menjadi anak didik saya. Saya senang mengenal Aurea, ia gadis yang manis, baik hati, lucu, dan suka menolong."
Salah seorang guru di taman kanak-kanak Aurea yang sempat menjadi gurunya pun terkejut mendengar berita kematian salah satu muridnya.
" Saya masih terpukul dan mencpba untuk mencerna kabar tersebut. Dia begitu bersemangat dan selalu bergembira di kelas. Gambar ini adalah foto dirinya yang diambil pada minggu ketika saya mengajar," tutur Michelle Duke.
Carolina Utara diketahui memiliki 31.000 kasus Covid-19 dengan lebih dari 900 kematian. Penyakit ini secara umum lebih berbahaya bagi penderita di usia lanjut, tetapi para ilmuwan khawatir penyakit tersebut juga dapat menyebabkan reaksi peradangan yang mematikan pada anak-anak.
(Sah, Sumber: Metro.co.uk)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati