Rahasia `Kami Idea` Hadapi Daya Beli yang Lesu

Reporter : Ratih Wulan
Jumat, 25 Agustus 2017 18:29
Rahasia `Kami Idea` Hadapi Daya Beli yang Lesu
Kalau mau bertahan di industri busana Muslim, simak tips sukses Kami Idea.

Dream - Bergabungnya brand modest wear, Kami Idea ke pop store fashionlinkx #BLCKVNUE memberi warna baru bagi pemakai busana Muslim. Memboyong koleksi high-end, membuat brand yang satu ini semakin dekat dengan para pelanggannya.

Dijelaskan dua desainernya, Istafiana Candarini dan Nadia Karina, untuk koleksi Indonesia Fashion Forward (IFF) mereka masih menerima pesenan dengan sitem pra-order. Sehingga para pelanggan yang datang, harus memesan terlebih dahulu koleksi busana yang akan dibelinya.

" Di sini itu yang limited, yang sama IFF yang mahal sampai Rp 7 juta ke atas makanya buka PO. Jadi kita bukan ready to wear gitu," terang Nadia Karina, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis, 24 Agustus 2017.

Kami Idea

Istafania menjelaskan, cutting dan pattern merupakan dua kekuatan utama, yang membuat desainnya mmapu bertahan di industri modest wear.

Meskipun saat ini sudah banyak brand yang mengeluarkan signature-style dengan mengedepankan pattern unik, tapi mereka mengaku tetap memiliki keunikan tersendiri.

" Di setiap motif kita punya cerita. Jadi ada pesan yang ingin kita sampaikan ke pelanggan. Setiap beli ada tag dari masing-masing cerita motif itu kenapa dibuat," imbuh perempuan berhijab itu.

Ditambahkan Karina, mereka senantiasa menghadirkan desain yang berbeda di setiap koleksi. Hal itu untuk mengantisipasi kejenuhan para pelanggan yang melihat kesamaan detail busana muslim di pasaran.

Kami Idea

" Pastinya kita ingin menghadirkan fashion yang wearable, dan kalau kita mau di zona nyaman terus bisa mati kita," terang Karin.

Menyikapi pembelian masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga Juni 2017, Kami Idea mengaku masih cukup stabil. Bahkan, untuk tahun ini mereka masih terus mengembangkan bisnis dengan membuka dua butik baru di Bekasi dan Lombok.

Mereka masih optimistis, dengan menjangkau pasar yang masih sangat potensial baik di dalam dan luar negeri. Walaupun pasar Malaysia mengalami penurunan sekitar 20 persen, namun mereka tertarik untuk menjajaki pasar Brunai Darussalam.

" Kita sebenarnya juga mau keluarin harga mulai Rp 200 ribuan seperti permintaan customer tapi nggak mungkin kasih diskon ke franchise," tutup Istafania. (ism) 

Beri Komentar