(Foto: Shutterstock)
Dream - Selama ini mungkin kita pernah berbuat kecurangan. Entah itu mencontek saat ulangan, memotong jam kerja kantor, atau yang lebih ekstrem lagi, berselingkuh.
Berapa pun kadarnya, perasaan setelah berbuat curanglah yang penting. Apakah kita merasa bersalah dan mengakuinya? Apakah sedikit menyesal dan siap hidup dihantui kecurangan tersebut? Atau kita malah cuek saja dan bersiap melakukan kecurangan berikutnya?
Apa pun itu, sekali seseorang berbuat curang, maka dia akan curang selamanya. Pandangan ini nyatanya mendapat dukungan dari sebuah teori yang disebut Memori Selektif.
Memori selektif bisa jadi adalah biang dari kecurangan yang dilakukan berulang-ulang tanpa sadar. Dalam dunia ilmiah, kecenderungan ini dikenal sebagai 'amnesia tidak etis'.

Teori ini diterbitkan dalam jurnal penelitian pada bulan Mei tahun lalu. Karena sudah cukup lama, kini lebih banyak penelitian baru yang mendukung gagasan 'Sekali penipu, tetap penipu' itu.
Jurnal sains Archives of Sexual Behavior menerbitkan hasil studi baru yang diikuti 484 peserta yang menjalani hubungan asmara. Peneliti memberi tugas kepada responden untuk melaporkan hubungan seksual di luar hubungan resmi mereka.
Hasilnya cukup mengejutkan...
© Dream
Orang-orang yang pernah selingkuh di masa lalu sebanyak tiga kali lebih berpotensi melakukannya lagi dibandingkan dengan mereka yang tetap setia.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Amerika Serikat dan dipublikasikan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences, terungkap meski kita bisa melupakan kesalahan kita sendiri, kita bisa mengingat kesalahan orang lain dengan sangat jelas.
Dilansir Mirror, peneliti melakukan tiga eksperimen untuk mendapatkan jawaban tersebut.

Dalam eksperimen pertama, mereka meminta 343 responden untuk menulis pengalaman etis dan tidak etis yang pernah dilakukan di masa lampau.
Eksperimen berikutnya meminta 70 responden yang berstatus siswa bermain permainan lempar koin. Permainan ini mengandung peluang untuk berbuat curang bisa dilakukan dengan relatif mudah.
© Dream
Dua minggu kemudian, setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner. Hasilnya? Sekitar 43 persen responden mengaku telah berbuat curang.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih signifikan, peneliti meminta 230 siswa untuk berpartisipasi dalam permainan lempar dadu.

Setelah tiga hari, para peserta memainkan permainan kata. Mereka cukup mudah bermain curang demi bisa mendapatkan lebih banyak uang.
Banyak responden kesulitan mengingat kecurangan mereka sebelumnya. Karena itu,mereka lebih cenderung untuk melakukan kecurangan dalam permainan ini.
Apa yang ditemukan oleh para peneliti dapat menjadi cermin agar kita mengurangi tidak etis. Hal itu akan membantu kita menjaga citra diri yang positif.
Advertisement
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Muncul Gelombang Kritikan

Curhat Dosen S3 Lulusan Monash University Dibayar Rp300 Ribu, Influencer Dapat Belasan Juta

Puncak Musim Hujan, BMKG Ingatkan Siaga Hadapi Cuaca Ekstrem

BRIN Buat Komunitas IC-LARFA untuk Perkuat Ekosistem Riset Skala Besar

Erspo Minta Maaf Usai Dihujat Netizen karena Gaet Azizah Salsha di JFW 2026


Penutup Megah “The Race of Rising Stars”: Kilas Balik IHR Piala Raja HB X 2025
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK


Profesi Baru, Joki Kursi di KRL Jabotabek Tarifnya Mulai Rp10.000

BPOM Kembali Rilis 23 Produk Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya


Curhat Dosen S3 Lulusan Monash University Dibayar Rp300 Ribu, Influencer Dapat Belasan Juta

Harga Tiket dan Seat Plan Konser BoyBand Ateez di Jakarta Januari 2026