Ilustrasi (echo.net.au)
Dream - Sebuah gerakan simbolis bersejarah terjadi di Parlemen Inggris pada Senin malam saat anggota parlemen membahas apakah mengakui Palestina sebagai negara merdeka.
Sebanyak 274 suara mendukung langkah awal pengakuan Inggris terhadap Palestina, mengalahkan 12 suara yang menolak.
Dalam pernyataan tak mengikat, parlemen Inggris mengatakan pemerintah Inggris mengakui negara Palestina bersama dengan negara Israel sebagai kontribusi untuk mengamankan solusi yang ditawarkan kepada kedua negara itu.
Namun Inggris tidak menggolongkan 'Palestina' sebagai sebuah negara, tetapi mengatakan itu bisa dilakukan kapan saja jika mereka yakin itu akan membantu upaya perdamaian antara Palestina dan Israel.
Menteri-menteri di pemerintahan diberitahu untuk abstain dan suara tidak mengikat itu tidak akan memaksa Inggris untuk mengakui negara Palestina.
Hampir 50 anggota parlemen hadir untuk mendengar anggota Partai Buruh yang pro-Palestina, Grahame Morris, membuka perdebatan yang berlangsung selama empat jam. Dikatakan Morris, rapat ini merupakan kesempatan bagi Inggris untuk menebus kesalahan di masa lalu.
Mantan Menteri Luar Negeri dari Partai Buruh, Jack Straw, berhasil menyuarakan amandemen naskah yang menyatakan pengakuan negara harus disepakati sebagai 'kontribusi' bagi solusi dua negara yang bertikai.
Dia mengatakan Israel memiliki hak veto terhadap pendirian negara Palestina. Sementara Palestina, tidak hak veto atas berdirinya negara Israel.
Perdebatan berjalan alot setelah Mantan Sekretaris Negara dari Partai Konservatif, Malcolm Rifkind mengatakan tidak mungkin bagi Inggris mengakui negara yang tidak memiliki batas, angkatan bersenjata atau sebuah pemerintahan.
Dan Palestina, saat ini hanya memiliki dua pemerintahan administratif dan tidak memenuhi syarat mendapat pengakuan.
Dia juga memperingatkan Inggris juga pernah tidak mengaku Israel hingga tahun 1950 yang saat itu tidak memiliki batas negara dan pemerintahan.
Seorang pendukung Israel terkemuka Guto Bebb menyimpulkan pilihan politik tersebut menunjukkan bahwa terlepas dari suara mayoritas wakil rakyat, posisi Pemerintah Inggris tidak akan berubah dan opini internasional tidak akan terpengaruh oleh perdebatan beberapa anggota parlemen di Inggris.
Dia menyarankan rekan-rekan di Partai Konservatif harus menjauhi pilihan tersebut, sementara Partai Buruh telah menjadikan ruang gedung parlemen sebagai forum kebijakan mereka sendiri.
Sebelumnya, Menteri Urusan Timur Tengah Tobias Ellwood telah mengatakan harapan Inggris untuk melihat Palestina berdiri secara layak berdampingan dengan Israel.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib