Astaghfirullah, Israel Bakal Bangun Pulau Buatan di Gaza

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 23 Juni 2016 03:13
Astaghfirullah, Israel Bakal Bangun Pulau Buatan di Gaza
Disebutkan Arab Saudi kemungkinan menjadi pihak pembangun proyek tersebut.

Dream - Pemerintah Israel mempertimbangkan sebuah proposal untuk membangun sebuah pulau buatan di lepas pantai Jalur Gaza.

Pulau buatan ini nantinya akan memberikan akses ke rakyat Palestina di Jalur Gaza - yang selama ini terkepung - pelabuhan sendiri, bahkan mungkin hotel dan bandara internasional.

Israel Katz, Menteri Intelijen Israel yang mengajukan proposal itu menyebut, negaranya saat ini sedang mencari partner untuk mewujudkan proyek ambisius yang diperkirakan akan menelan dana US$5 miliar (sekitar Rp 6 triliun) itu.

Katz menyebut, Arab Saudi atau Tiongkok kemungkinan menjadi pihak pembangun proyek tersebut. Atau mungkin, seorang pengusaha Israel misterius yang tak mau disebutkan namanya.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Arab Saudi bersedia membangun proyek bernilai triliunan dekat perairan Israel. Padahal kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik?

Masih menjadi teka-teki...

1 dari 2 halaman

Akal-akalan Israel

Akal-akalan Israel © Dream

Dream - Namun Katz menegaskan, proyek ini bukan hanya sekadar wacana. Dia mengatakan proposal itu telah dibahas di kabinet keamanan Israel dan mendapat dukungan kuat.

" Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mendalami proposal itu tapi belum memberikan kepastian," kata seorang pejabat Israel yang terlibat pembahasan proposal. Katz menambahkan proposal ini juga telah disampaikan kepada pemerintahan Presiden Barack Obama.

Israel menggambarkan kompleks pelabuhan akan dibangun di atas pulau buatan - yang dibuat dari pasir yang dikeruk dari dasar laut. Luas daratan pulau tersebut direncanakan sekitar 4 mil persegi dengan jarak 3 mil dari lepas pantai. Pulau tersebut akan dihubungkan dengan daratan oleh sebuah jembatan dua jalur.

Dalam rencananya, jembatan itu menjadi komponen penting untuk akses ke pelabuhan yang dikontrol secara ketat. Jembatan itu bisa ditutup jika terjadi kerusuhan atau ketegangan di pulau.

Meski tidak mengakui secara gamblang, Israel juga bisa menghancurkan penghubung tersebut melalui sebuah serangan udara jika terjadi perang. Sehingga memutuskan akses masuk dan keluar pulau tersebut.

Namun tidak semua pihak terkesan dengan usulan mengenai 'Pulau Gaza' itu. Sejumlah pihak menuding itu adalah akal-akalan Israel untuk meredam kritik tajam terhadap upaya perdamaian dengan Palestina yang tak kunjung menemui titik akhir.

Ternyata...

2 dari 2 halaman

Cuci Tangan Israel

Cuci Tangan Israel © Dream

Dream - Rencana ini juga bisa jadi sebagai langkah cuci tangan Israel terhadap penderitaan warga Gaza yang mengalami teror dan pemblokadean sejak tahun 2007. Karena itulah warga Gaza menganggap diri mereka seperti berada di penjara terbuka.

Namun Katz menganggap solusi Pulau Gaza ini sebagai cara untuk menjamin keamanan warga Israel sekaligus menghubungkan warga Gaza ke dunia internasional.

Di tengah-tengahnya akan ada pos pemeriksaan yang dikelola oleh otoritas internasional. Katanya, pulau tersebut bukan milik negara manapun tapi akan masuk dalam hukum internasional.

Pengamanan pulau itu akan diserahkan kepada keamanan internasional. Namun Katz tidak menyarankan pasukan keamanan PBB, tapi tentara NATO.

" Israel menganggap forum PBB tidak kondusif. Sementara Israel akan bertanggung jawab terhadap keamanan perairan sekitar pulau," kata Katz.

Namun, sejauh ini belum ada upaya untuk mendiskusikan proposal tersebut dengan pihak Hamas yang menguasai Jalur Gaza maupun Pemerintah Otoritas Palestina.

Sebuah kelompok hak asasi manusia Israel yang fokus pada Gaza mempertanyakan motif di balik proposal tersebut. Menurut Gisha, jika pemerintahan Netanyahu memang ingin membantu, masih ada cara lain yang lebih murah dan cepat untuk menunjang perekonomian dan memberikan bantuan pada Gaza.

Mereka mengatakan pasar sudah tersedia untuk produk Gaza di Israel dan Tepi Barat. Tetapi Israel tidak memberikan izin untuk menyalurkan produk tersebut.

" Jadi apa maksud di balik proposal itu?," tanya Tania Hary, Direktur Eksekutif Gisha dengan penuh curiga.

Sementara itu Mokhamir Abu Sa'da, seorang profesor di Universitas Al-Azhar di Gaza, menyatakan setuju dengan pembukaan pelabuhan dan bandara di pulau buatan tersebut. Itu akan mengakhiri pengepungan terhadap Gaza, sehingga orang-orang bisa bepergian, barang bisa diekspor dan diimpor dari luar negeri.

" Tapi saya ragu hal itu bisa terwujud tanpa membahasnya dengan Hamas atau Pemerintah Otoritas Palestina.

" Jika berbicara kepada rakyat biasa, mereka pasti senang menerima proposal itu. Diblokade 10 tahun, mengalami tiga kali perang dan kehidupan yang serba sulit setiap hari membuat warga Palestina haus akan harapan," kata Abu Sa'da.

Menurutnya, solusi terbaik adalah Israel mengakhiri penjajahannya dan membiarkan Palestina merdeka.

(Ism, Sumber: washingtonpost.com)

Beri Komentar