Perlawanan Warga Myanmar (Foto: Liputan6.com)
Dream - Perlawanan warga Mynamar terhaadap junta militer masih sangat panjang. Meski sudah dikecam oleh beberapa pemimpin dunia, militer yang melakukan kudeta tetap tak bergeming melakukan langkah refresif kepada para pengunjuk rasa.
Masyarakat Myanmar diketahui terus mendesak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing, untuk segera mengakhiri kudetanya. Berbagai cara dilakukan seperti turun ke jalan untuk melangsungkan demonstrasi, melempar sampah ke jalanan, membakar ban, mogok bekerja dan berbagai hal lain.
Bahkan baru-baru ini sejumlah warga Myanmar melakukan perlawanan dengan membuka toko onlineshop atau marketplace demi membiayai perjuanga mereka.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu 7 April 2021, beberapa warga Mynamar membuka lapak online dan hasil penjualan akan disumbangkan untuk mendanai perlawanan terhadap junta militer. Mereka menjual berbagai hal mulai dari barang hingga jasa.
Sistem transaksi yang mereka lakukan juga unik. Pemilik lapak tidak meminta pembeli untuk mentransfer uangnya ke penjual, mereka memintanya untuk langsung mentransfer ke organisasi-organisasi perlawanan yang membutuhkan.
Begitu pembayaran selesai, pembeli akan menunjukkan bukti transfer untuk barang yang mereka beli.
" Ini bukan barang mahal, tetapi cukup bernilai untuk dikoleksi. Jika pembeli sudah mentransfer uang ke organisasi yang membutuhkan, silahkan ambil barang yang diinginkan," terang seorang warga Myanmar yang berjualan koleksi K-Pop dari boyband EXO.
Menurut informasi, berbagai barang dan jasa ditawarkan di marketplace itu. Selain koleksi K-Pop, ada juga warga yang berjualan koleksi lego, game, dan buku-buku motivasi.
Sementara untuk jasa, seorang netizen Myanmar menawarkan kursus gitar seumur hidup hingga pembuatan baju tradisional.
Salah satu organisasi yang menerima dana hasil jualan tersebut adalah Komite Perwakilan Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) atau dikenal juga sebagai pemerintah bayangan. Komite tersebut dibentuk oleh pemenang-pemenang pemilu yang pelantikannya dibatalkan paksa oleh Militer Myanmar pada Februari lalu.
Selain CRPH, dana hasil jualan juga ada yang mengalir ke Gerakan Pemberontakan Sipil. Gerakan tersebut dibentuk tak lama setelah kudeta Myanmar berlangsung pada 1 Februari lalu.
Awalnya, mereka melakukan aksi-aksi damai seperti memukul perkakas dapur untuk mengusir roh jahat. Belakangan, mereka ikut turun ke jalan, memberikan perlawanan.
Saat berita ini ditulis, Rabu 7 April 2021, jumlah warga Myanmar yang menjadi korban kudeta masih terus bertambah. Menurut data dari Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik, total sudah ada 550 lebih warga yang terbunuh selama kudeta Myanmar. Beberapa di antaranya termasuk anak-anak.
Sumber: Channel News Asia
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah