WNI Ditipu Toko Ponsel di Malaysia dan Dikurung Berjam-jam

Reporter : Eko Huda S
Rabu, 16 Desember 2015 13:13
WNI Ditipu Toko Ponsel di Malaysia dan Dikurung Berjam-jam
Wanita ini diperas, diminta membayar dengan harga yang lebih mahal. Namun wanita ini tak mau dan dikurung selama berjam-jam di ruangan sempit.

Dream - Nasib apes menimpa seorang wanita asal Indonesia di Malaysia. Perempuan yang tak disebutkan namanya itu ditipu oleh penjual telepon genggam di kawasan Kompleks Kota Raya, Jalan Tun Tan Cheng Lock, Kuala Lumpur.

Dikutip Dream dari laman Utusan Online, Rabu 16 Desember 2015, wanita tersebut dikurung selama dua jam di ruang sempit oleh penjual ponsel. Wanita itu dikurung karena tak mau membayar ponsel yang harganya mendadak dinaikkan oleh sang penjual.

Wanita itu hanya mau membayar dengan harga yang telah disepakati di awal, sebelum penjual menaikkan harga. Tapi pemilik toko ngotot meminta wanita ini membayar dengan harga baru. Jika tak mau, akan tetap dikurung.

Nasib serupa juga dialami oleh pembeli lain, Dipres Nasution Mohd. Arifin. Pria 28 tahun ini sebelumnya tertarik membeli telepon genggam di toko ini karena ditawari harga murah, yaitu RM200. Dia berniat membeli 4 buah ponsel, sehingga membayar RM800.

Dibayarlah 4 unit ponsel itu seharga RM800. Tapi setelah pembayaran tersebut, sang penjual tak kunjung menyerahkan 4 ponsel yang telah dibeli itu. Dipres malah digiring masuk ke dalam ruangan sempit.

" Setelah menunggu kira-kira sejam di dalam bilik itu, seorang lelaki lain datang membawa bon tagihan dan saat melihat bil tersebut saya terkejut kerana harga pembelian telefon bimbit mencecah RM10,000," ujar Dipres.

WNI Ditipu Toko Ponsel di Malaysia dan Dikurung Berjam-jam

Karena tak sesuai kesepakatan awal, Dipres bertanya mengapa HP itu menjadi sangat mahal. Tak sesuai dengan harga yang ditawarkan. " Tetapi dia memberi pelbagai alasan," ujar Dipres.

Dia kemudian memutuskan tak jadi membeli keempat HP itu. Namun tetap dipaksa untuk membeli HP itu jika mau 'dibebaskan'. Pegawai toko itu memaksa Dipres mengambil uang di mesin ATM. Namun Dipres mengaku hanya punya uang RM5.000 saja. Tak cukup untuk membayar harga yang diminta.

" Setelah mendapati akaun saya benar-benar tidak mempunyai uang yang cukup, dia akhirnya setuju menerima RM5.000 untuk empat telepon genggam, malangnya jenis telepon genggam yang diserahkan kepada saya tidak sama dengan pilihan semula," papar Dipres.

Karena merasa tertipu, Dipres Nasution mengadu ke sejumlah instansi. Antara lain ke Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan. Namun, kata Dipres, tak ada tanggapan, sehingga dia kecewa.

Dipres Nasution kemudian mengadu ke Persatuan Pengguna Islam Malaysia (PPIM). Dan PPIM melakukan kroscek ke toko di Kompleks Kota Raya, Jalan Tun Tan Cheng Lock, itu.

Pejabat PPIM, Muhammad Yusuf Azmi, mengatakan modus penipuan seperti ini memang banyak dilakukan oleh pedagang-pedagang nakal. Menurut dia, korban penipuan kebanyakan merupakan warga asing, terutama wanita.

" Dalam penggerebekan yang dilakukan, kita dapati banyak toko penjual telepon genggam palsu dengan harga mahal," ujar Azmi. Dalam penggerebekan itu, petugas berhasil meminta toko HP untuk mengembalikan uang RM11.900 kepada tujuh korban. (Ism) 

1 dari 5 halaman

'Digetok' Penjual iPhone 6, Pria Menangis Sesenggukan

'Digetok' Penjual iPhone 6, Pria Menangis Sesenggukan © Dream

Dream - Seorang turis asal Vietnam, Pham Van Thoai, mengalami pengalaman tak mengenakkan saat membeli iPhone 6 di toko Mobile Air, Sim Lim Square, Singapura.

Di toko itu, Pham membeli iPhone 6 yang dibanderol US$ 950 (Rp 11,5 juta). Setelah bertransaksi dan akan meninggalkan toko, Pham diminta membayar biaya tambahan sebesar US$ 1.500 (Rp 18 juta) untuk biaya garansi.

Tentu saja Pham kaget dan lemas. Saat membeli iPhone, Pham rupanua diminta untuk menandatangani perjanjian. Namun Pham tidak meneliti isinya karena bahasa Inggrisnya minim.

Pham diberitahu jika tidak membayar biaya garansi, dia tidak boleh membawa iPhone yang sudah dibelinya. Mendengar itu, Pham memohon sambil berlutut untuk mengembalikan saja uangnya, tapi para pegawai Mobile Air malah menertawakannya.

2 dari 5 halaman

Pengakuan Korban Lain `Digetok` Penjual iPhone 6

Pengakuan Korban Lain `Digetok` Penjual iPhone 6 © Dream

Dream - Terpicu oleh kisah turis Vietnam yang beli iPhone dengan harga tak wajar di Sim Lim Square, seorang pelanggan lain mengungkapkan kisah yang hampir mirip.

Kepada The Straits Times, pelanggan yang tak mau disebutkan namanya itu mengatakan dia diharuskan membayar biaya tambahan sebesar US$ 1000 (Rp 12,1 juta) setelah membeli iPhone 6 yang dibelinya dengan harga US$ 999 (Rp 12 juta).

Melalui email, pelanggan berusia 19 tahun itu menceritakan dia pergi ke sebuah toko handphone bernama Mobile 22 yang terletak di lantai 1 Sim Lim Square, pada 9 Oktober lalu.

Dia setuju membayar iPhone yang dihargai US$ 999 (Rp 12 juta) dan US$ 39,90 (Rp 473 ribu) untuk biaya garansi. Namun betapa kagetnya dia ketika kasir menarik US$ 1000 (Rp 12,1 juta) melalui kartu debetnya. Saat ditanya tentang US$ 39,90 (Rp 473 ribu), kasir mengatakan bahwa itu untuk garansi selama satu bulan saja.

" Ada tanda x antara 39,90 (Rp 473 ribu) dan garansi 24 bulan yang selalu ditutupi dengan jari saat mereka memaksaku menandatangani perjanjian," katanya.

Gadis yang ternyata mahasiswi dari India itu langsung menangis dan memohon setelah pihak toko mengatakan tidak bersedia mengembalikan uangnya. Dengan mengatakan bahwa uang itu untuk biaya kuliah, toko akhirnya bersedia menguranginya dari US$ 1000 (Rp 12,1 juta) menjadi US$ 551 saja (Rp 6,7 juta).

Seperti dilaporkan sehari sebelumnya, seorang turis Vietnam langsung menangis setelah ditipu US$ 950 (Rp 11,5 juta) saat membelikan iPhone 6 untuk pacarnya di Mobile Air, toko handphone lainnya di Sim Lim Square. (Ism)

3 dari 5 halaman

'Digetok' Penjual, Warga Patungan Belikan iPhone 6 buat Korban

'Digetok' Penjual, Warga Patungan Belikan iPhone 6 buat Korban © Dream

Dream - Video soal turis Vietnam Pham Van Thoai yang kena 'getok' saat beli iPhone di tokohandphone di Sim Lim Square, Singapura menjadi perbincangan hangat di dunia maya.

Video itu rupanya menggerakkan hati seorang warga Singapura Gabriel Kang untuk menggalang dana demi meringankan beban Pham.

Dari hasil penggalangan dana yang dilakukan di situs Indiego, Kang berhasil mengumpulkan US$ 14.000 (Rp 170 juta) hingga Kamis pagi ini.

Dengan uang tersebut, Kang akan membeli sebuah iPhone 6 dan beberapa makanan ringan lokal untuk dikirim ke Pham sebagai itikad baik warga Singapura. Saat ini Pham sudah meninggalkan Singapura.

Dalam situs Indiego, Kang menulis " Kami bukan negara pencuri dan penipu." Dia juga mengatakan bahwa Pham tidak mendapat perlakukan yang adil dari sistem di Singapura."

" Kita memang tidak bisa merubah kejadian yang memilukan dan memalukan itu. Tapi kita akan berusaha membuatnya menjadi lebih baik. Mari kita beri dia sebuah iPhone 6!"

Seperti diketahui, Pham dijebak oleh toko handphone Mobile Air di Sim Lim Square saat membeli iPhone 6 pada 3 November lalu untuk hadiah ulang tahun pacarnya.

Menurut laporan Lianhe Zaobao, Pham hanyalah seorang pekerja pabrik dengan penghasilan US$ 200 (Rp 2,4 juta) per bulan. Dia menabung selama berbulan-bulan untuk membeli iPhone 6 sebagai hadiah ulang tahun untuk pacarnya.

Harian berbahasa China itu melaporkan bahwa Pham telah membelinya US$ 950 (Rp 11,5 juta), tapi ditipu dengan kewajiban membeli paket garansi yang dibanderol US$ 1.500 (Rp 18 juta).

Pham tidak diizinkan untuk meninggalkan toko bersama iPhone yang telah dibelinya kecuali dia membayar biaya tambahan tersebut.

Setelah memohon agar uangnya dikembalikan saja, Pham hanya berhasil mendapatkan pengembalian sebagian sebesar US$ 400 (Rp 4,8 juta). Itu pun setelah pacarnya menelepon polisi dan Consumers Association of Singapore (Case) untuk minta bantuan.

Akhir-akhir ini banyak yang mengeluhkan praktik bisnis yang tidak bermoral di beberapa toko di Sim Lim Square.

4 dari 5 halaman

Salon di Singapura Ini 'Peras' Turis Bahrain Sampai Rp 12 Juta

Salon di Singapura Ini 'Peras' Turis Bahrain Sampai Rp 12 Juta © Dream

Dream - Nasib apes dialami oleh pasangan asal Bahrain, Ali Hasan Aldhaen (45) dan Michelle Ong (36). Acara relaksasi dan bersenang-senang di Singapura yang mereka lakukan berujung pada kemarahan setelah diwajibkan membayar layanan spa sebesar 1.259 dolar Singapura atau sekitar Rp 12 juta.

Dikutip Dream dari Asia One, Jumat 12 Desember 2014, pasangan ini melakukan manikur dan pedikur selama 1,5 jam di Quiche Nail Spa di Harbour Front Center. Mereka marah-marah setelah melihat bon tagihan yang mewajibkan mereka membayar Rp 12 juta itu. pasangan itu merasa tarif itu tak sebanding dengan layanan spa yang mereka terima.

“ Tak ada yang spesial. Hanya layanan biasa. Bagaimana bisa harganya lebih besar dari biaya layanan di hotel bintang lima,” tutur Ong tak terima dengan harga yang harus dia bayar.

Karena tak terima, Ong dan suaminya itu berdebat dengan pelayan spa tersebut. Mereka merasa terjebak. “ Kami sedang berbelanja di mal dan salah satu dari staf mereka mendekati kami saat kami lewat di depan salon mereka,” tutur perempuan yang dibesarkan di Malaysia itu, mengenang insiden 27 November silam.

Menurut Ong, saat itu staf spa itu menawarkan paket murah untuk melakukan panikur pedikur. Sehingga Ong dan suaminya tertarik menggunakan layanan spa tersebut. “ Mereka menawarkan kami paket keada kami masing-masing 128 dolar Singapura [sekitar Rp 1,2 juta] dan kami pikir ini akan menyenangkan untuk mempercantik kuku kami dan bersantai,” tutur Ong.

Mereka akhirnya mau. Selama proses menikur dan pedikur, para terapist menawarkan berbagai layanan. Mulai lulur dan masker wajah. Ong mengklaim para terapist itu tak menyebutkan adanya biaya tambahan. Sehingga mereka menganggap itu sudah termasuk paket yang ditawarkan di muka.

Namun asumsi Ong dan suaminya itu luput. “ Ketika saya pergi ke kasir untuk membayar, saya tidak sadar berapa biayanya sebab saya berusaha menghitung dengan kurs dinar Bahrain,” kata dia.

Dan ternyata setelah melihat kertas tagihan Ong terkejut. Dia kemudian menghampiri suaminya karena merasa tagihan itu terlalu besar. Keduanya lantas mendatangi petugas mal untuk minta bantuan. “ Kami mengecek harga manikur di hotel bintang lima tempat menginap kami hanya 75 dolar Singapura [Rp 710 ribu]. Dengan harga Rp 12 juta, saya pikir kuku saya akan dilapisi emas atau sesuatu,” tutur Ali.

Ali tidak pernah menduga akan mendapat tarif itu. Mereka terpaksa membayar karena sudah menerima layanan. Karena tidak terima, pasangan yang menginap di W Singapore - Sentosa Cove Hotel itu kembali lagi ke spa itu untuk melakukan refund. Mereka membawa serta sejumlah wartawan.

Ternyata, Ong dan suaminya tak sendirian. Beberapa konsumen ternyata juga meninggalkan salon itu dengan muka masam. Gara-garanya sama, digetok dengan harga selangit.

Sementara, resepsionis Quiche Nail Spa, mengatakan harga itu sudah umum di salonnya. Sebab, Ong dan suaminya telah setuju menggunakan layanan dengan kualitas yang lebih tinggi. Resepsionis itu mengatakan layanan yang diberikan kepada Ong itu merupakan layanan kelas atas.

Namun resepsionis itu mengklaim, pelanggan mereka yang rata-rata 50 orang sehari, jarang melakukan komplain. Karena mereka sudah tahu tarif layanan di salon itu. Dan tarif yang diberlakukan kepada Ong dan suaminya itu biasa-biasa saja.

“ Harga ini, ini umum di sini. Kami memang tempat pelayanan kuku kelas atas,” tutur resepsionis yang tak disebutkan namanya itu.

5 dari 5 halaman

Pengalaman Pahit `Makan Mahal` di Lokasi Wisata

Pengalaman Pahit `Makan Mahal` di Lokasi Wisata © Dream

Dream - Netizens Indonesia hari ini sedikit dihebohkan dengan beredarnya 'tagihan maut' alias kuitansi makan super-mahal di lokasi wisata yang berada di wilayah Anyer, Banten. Para pembaca Dream.co.id pun berbagi pengalaman pahit karena 'digetok' penjual. Biasanya, kondisi ini terjadi di lokasi-lokasi kota wisata.

Pembaca setia Dream.co.id ada yang punya pengalaman digetok saat makan di kawasan wisata Monas, Jakarta Pusat. Ada pula yang pernah makan dengan harga tak wajar di Bogor, Jawa Barat.

Seperti apa komentar para pembaca Dream.co.id? Berikut sebagian yang dirangkum:

Bagus Pambudi 
awas juga makan di kawasan kaki lima monas...per mangkuk di hargai 35 ribu...padahal ayamnya ayam lalat..ukuran sebesar lalat...hahaha 

Domba Garut Rajagaluh Rajagaluh 
sama dengan TKI yang pulang naik trepel berhenti di lestoran di paksa suruh makan 1piring nasi ama tempe satu 75ribu coba siapa TKI yg pernah pulang dari saudi yg pernah mengalami seprti ini....

Fhi-tri Bunda Nurinaura 
Gile.....saya jg penah tuh begitu lagi ke tamn topi bogor ada tkg mie aym pake gerobak dekil w kirain harganya 10 ribuan x semangkok taunya mie ayam bakso harganya 30 ribo.mudah mudahn orang2 yg jualn kaya begitu matok harga sesuka udele....ga barokah bangkrt!

Dede Hidayat Web Developer di PT. Walden Global Services (WGS)
Saya juga pernah kejadian, es goyobot harga biasa 3-4rb jadi 8rb sagelas hahaaa, karena ga tanya dlu jadi mau ga mau enak ga enak harus bayar :D

Junaidi Juned · IIKIP PGRI jember
sudah menjadi kbiasaan orang Indonesia pada khususnya yg memiliki restoran di pinggir jalan yg kbanyakan d situ terdapat penumpang bis antar kota atopun antar provinsi. Tak tanggung _tanggung hargax 3 x lipat d bndingkn dg harga d restoran biasax. Sya sudah mngalami sendiri kjadian ini.......

Mas Bjoe Bjoe · UNTUMU (universitas tugu muda)
Di pantai teluk penyu juga ada pedagang yg nakal , harganya ngak sesuai dgn barang yg kita sepakati di awal transaksi . .trus teernyata ikan bakar yg kita terima sudah busuk /berbau tapi sayang nya saya lupa dgn nama warung IKAN BAKAR tersebut...

Dewi Meytha 
Parah smua srba mahal..coba makan d wisata lombok....dah renang situnya....saking banyaknya....udah pemandangan bagus murah meriah pula..hohooo...anyer sok imut

Memang jika perut sudah lapar, tentu kita tidak terpikir lagi untuk memilih-milih restoran, yang terpenting perut bisa terisi. Nah, jika sudah seperti ini usahakan tetap memeriksa daftar harga. Jika restoran tidak mencantumkannya di daftar menu, ada baiknya langsung ditanyakan ke pelayan.

Dengan begitu Anda bisa terhindar kenakalan si pemilik restoran yang mematok harga sesuka hati begitu selesai makan. " Kita mengimbau wisatawan agar masuk ke rumah makan yang mencantumkan lengkap menu beserta harga, kalau tidak, ada jangan makan di situ," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI), Serang, Hardomo mengimbau. (Ism)

Beri Komentar