Raphael Leong Membuat Kejutan Unik Untuk Orang Tuanya (Foto: Nextshark)
Dream - Setiap orang pasti ingin membahagiakan orang tua. Bila punya kesempatan, pasti setiap anak akan berusaha mewujudkan keinginan tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh pilot Jetstar Asia, Raphael Leong, berikut ini. Dia meminta bertukar tugas dengan pilot yang menerbangkan pesawat dari Ho Chi Minh, Vietnam, ke Singapura.
Dikutip dari laman Nextshark, Selasa 2 Juli 2019, Raphael meminta pergantian tugas itu setelah tahu orang tuanya, yang baru saja berlibur ke Vietnam, ikut dalam penerbangan Jetstar Asia. Permintaan itu disetujui oleh temannya.
Raphael awalnya ingin memberi kejutan kepada orang tuanya. Pilot yang baru setahun bekerja ini membuat pengumuman bahwaflight tersebut merupakan penerbangan spesial baginya karena ada orang tuanya.
Uniknya, saat Raphael memberi pengumuman, sang ibu tidak berada di kursi. Hanya sang ayah yang duduk di seat. Sementara sang ibu pergi ke toilet. Meski demikian, sang ibu mendengarkan pengumumannya.
Jetstar mengunggah video kejutan ini di Facebook resminya. Tampak dalam video itu, para penumpang pesawat tertawa mendengar pengumuman yang disampaikan Raphael.
Dream - Lebih dari 400 pilot pesawat Boeing 737 Max menuntut perusahaannya karena telah menyebabkan hidup mereka sengsara. Kehidupan mereka berubah sejak banyak pesawat dikandangkan karena dua kecelakaan fatal salah satunya menimpa Lion Air.
Para pilot ini menuduh perusahaan menyembunyikan informasi penting tentang kesalahan dalam desain pesawat yang membuat Boeing 737 Max dikandangkan. Alhasil mereka menganggur dan keuangan terganggu.
Mengutip laporan dari firma hukum berbasis di Chicago dan Australia, tuntutan class action itu ditujukan kepada Boeing pada Jumat pekan lalu karena alasan keuangan dan kerugian lain akibat dikandangkannya armada Max.
Meski belum ada perhitungan resmi, para pilot diduga mengalami kerugian hingga jutaan dollar akibat lama menganggur.
Seperti diketahui armada Boeing 737 Max dilarang terbang sejak Maret 2019 setelah terjadi kecelakaan fatal kedua yang menewaskan 157 orang di Ethiopia. Di Oktober 2018, musibah serupa dialami Lion Air yang menewaskan 189 orang.
Dalam laporannya, firma hukum ini melaporkan dampak dari larangan terbang 737 MAX telah mengganggu pendapatan dan masa depan karier para pilot.
Tuntutan sendiri sengaja diajukan saat perhelatan Paris Air Show untuk memberikan pesan bahwa tingkat penjualan takkan lagi mengabaikan faktor keselamatan.
Sementara dalam dokumen di pengadilan, tuntutan pilot menyebutkan mereka kehilangan sumber pemasukan secara signifikan diantara kerugian ekonomi dan non ekonomi lainnya sejak maskapai penerbangan dunia mengandangkan pesawat 737 MAX.
Manajemen Boeing sendiri belum berkomentar terkait munculnya laporan tuntutan hukum tersebut.
(Sah, Sumber: bussinessinsider.com)
Dream - Keamanan Boeing 737 Max tengah dipertanyakan. Dua musibah fatal maskapai Ethiopian Airlines dan Lion Air dalam kurun waktu lima bulan merenggut seluruh awak dan penumpang di dua pesawat buata Boeing itu.
Di awal kemunculannya, Boeing 737 Max berhasil memikat pengelola maskapai penerbangan. Janji kenyamanan dan efisiensi bahan bakar membuat jumlah pemesan pesawat ini mencapai 5000 unit..
Tetapi reputasi burung besi canggih ini ternoda oleh dua kecelakaan baru-baru ini yang telah menarik perhatian internasional.
Pihak Boeing sendiri sudah membantah kabar soal keamanan pesawat terlaris tersebut. Namun badai sepertinya takkan cepat berlalu.
Setelah banyak maskapai mengandangkan pesawat ini, muncul keluhan tentang Boeing 737 Max 8 dari para pilot di tanah kelahiran Boeing, Amerika Serikat.
Keluhan tentang keamanan Boeing 737 Max 8 sebenarnya sudah disuarakan beberapa pekan setelah terjadi kecelakaan Lion Air JT610.
The Dallas Morning News mengungkapkan lima pilot AS sudah melaporkan keluhan tersebut kepada Federal Aviation Administration (FAA), pengawas penerbangan di AS.
Mereka mengeluhkan sistem penerbangan autopilot dan fitur The Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang sangat mengkhawatirkan.
MCAS merupakan fitur keamanan baru pada Boeing 737 Max 8 yang secara otomatis mengembalikan pesawat pada posisi yang normal setelah lepas landas.
Ketika pesawat lepas landas, MCAS akan mengambil alih kontrol agar hidung pesawat tidak berada dalam kondisi menukik ke atas terus.
Menurut satu insiden di AS pada November 2018, seorang pilot maskapai penerbangan komersial melaporkan bahwa saat lepas landas, autopilot dinyalakan.
" Dalam 2 hingga 3 detik, pesawat tiba-tiba menukik tajam ke bawah hingga memicu sistem peringatan pesawat 'Don't sink, don't sink!'," kata pilot tersebut.
Namun setelah sistem autopilot dengan cepat dimatikan, pesawat naik seperti biasa dan penerbangan berjalan normal. Insiden ini terjadi beberapa pekan setelah kecelakaan Lion Air JT610 di Jawa Barat.
Dalam sebuah insiden terpisah di AS pada bulan November 2018, seorang pilot melaporkan bahwa masalah dimulai ketika ia menggunakan autopilot untuk menstabilkan posisi pesawat setelah lepas landas.
" Co-pilot berkata 'DESCENDING,' yang langsung disusul peringatan 'Don't sink, Don't sink!'. Namun pesawat bisa distabilkan kembali setelah sistem autopilot dimatikan," kata pilot itu.
Dalam laporan lain, seorang pilot maskapai komersial mengeluh tentang bagaimana FAA dan Boeing menangani masalah fitur MCAS.
" Meski telah mengeluarkan arahan darurat pada 7 November 2018, FAA tidak melakukan apa pun untuk mengatasi masalah sistem," tulis pilot itu.
Pilot tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa petunjuk manual penerbangan belum diperbarui dengan informasi yang memadai pada waktu itu.
" Sungguh sangat riskan ketika pabrikan, FAA, dan maskapai menyuruh pilot terbang tanpa pelatihan yang baik, atau bahkan memberikan penjelasan melalui manual bahwa model ini lebih kompleks dari sebelumnya," katanya.
Dalam laporan terpisah dari Oktober 2018, seorang pilot mengeluh bahwa sistem autothrottle Boeing 737 MAX 8 tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Autothrottle adalah bagian kendali pesawat yang memerintahkan pesawat untuk berakselerasi ke kecepatan yang ditetapkan dalam parameter tertentu.
Padahal, kru sudah yakin telah menggunakannya sesuai dengan manual yang ada. Beruntung, sang pilot menyadarinya dengan cepat, dan dapat menyesuaikan dorongan secara manual agar pesawat bisa mendaki.
" Tidak lama kemudian saya mendengar tentang kecelakaan (JT610) dan saya bertanya-tanya apakah ada kru lain yang mengalami insiden serupa dengan sistem autothrottle pada MAX?" kata pilot tersebut.
Dalam laporannya, pilot itu menulis bahwa dia dan kaptennya masih baru menggunakan pesawat Boeing 737 Max 8.
" Jadi, saya tidak dapat mengidentifikasi apakah itu masalah pada pesawat atau saya yang tidak tahu caranya," pungkasnya.
(Sah/ Sumber: Dallas News)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati