Okti Sulistian Sari Saat Menerima Sepeda Dari Kepala MAN Yogyakarta 1 (kemenag.go.id)
Dream - Okti Sulistian Sari. Dialah pelajar berprestasi di Yogyakarta. Siswi kelas X IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta 1 dikenal sebagai pelajar dengan segudang prestasi.
Dalam dirinya tersemat sejumlah prestasi, seperti Juara 1 Kejurda Karate tingkat DIY. Selain itu, Okti meraih Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat DIY di Universitas Islam Indonesia (UII).
Mental juara tidak hanya dimiliki Okta saat duduk di bangku MAN. Saat masih sekolah di MTsN Bantul Kota, gadis ini memboyong banyak prestasi sebagai Juara 3 Pidato Bahasa Inggris tingkat DIY, Juara 3 Kejurda Karate tingkat DIY, Juara 2 Pidato Bahasa Arab tingkat DIY, Juara 2 LKTI Tingkat DIY, dan Juara Harapan 1 Kejurda Karate Regional Jawa-Bali.
Tidak ada yang tahu, ada kisah haru di balik segudang prestasi itu. Okti ternyata adalah seorang pelajar dengan fasilitas yang sangat terbatas, lantaran dia berasal dari keluarga kurang mampu.
" Waktu masih MTs, bapak kerja jadi buruh bangunan dan ibu buka warung," ujar Okta, dikutip dari kemenag.go.id, Selasa 10 Januari 2017.
Kondisi itu tidak menyurutkan semangat Okti untuk terus belajar dan menempa diri. Bahkan, dia pun mau susah demi bisa merasakan nikmatnya pendidikan.
Saat ini, Okti tinggal bersama neneknya di sebuah desa di Magelang, Jawa Tengah. Dia memilih untuk tinggal bersama keluarganya ketimbang harus menyewa kamar kost.
Padahal, jarak antara rumah neneknya dengan MAN Yogyakarta 1 adalah 15 kilometer. Untuk bisa sampai ke sekolah, Okti memilih menempuh perjalanan dengan bersepeda.
Jika sekali jalan Okta harus menempuh jarak 15 km, maka setiap hari dia mengayuh sepeda sejauh 30 km pulang pergi. Jarak yang jauh dan tentu melelahkan, namun tidak bagi Okti.
" Tiap hari saya menempuh waktu 90 menit untuk perjalanan pergi-pulang," kata Okti.
Keputusan Okti tinggal bersama neneknya bukanlah tanpa sebab. Ini lantaran jarak yang harus dia tempuh jika tetap tinggal bersama kedua orangtua di Bantul lebih jauh lagi.
" Kalau saya tinggal bersama orangtua di Bantul, jarak tempuh ke madrasah tambah jauh lagi," ucap Okti.
Okti mengaku sempat memutuskan tinggal di pesantren yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan madrasah. Tetapi, dia terpaksa keluar dari pesantren lantaran tidak memiliki cukup biaya untuk tinggal dan makan.
" Orangtua tidak punya biaya. Akhirnya saya keluar dan tinggal bersama nenek sampai sekarang," ucap Okti.
Sepeda yang digunakan Okti bukan tergolong mahal dan keren. Banyak karat menempel di sana-sini.
Tidak hanya itu, kulit sadel sudah sobek sehingga tidak nyaman diduduki. Juga banyak tali yang mengikat beberapa bagian sepeda itu agar tidak lepas.
Kondisi Okti membuat pihak pengelola dan guru madrasah, termasuk Kepala MAN Yogyakarta 1. Kagum dengan kegigihan Okti, para pengelola madrasah memutuskan memberi hadiah kepada Okti berupa sepeda baru.
" Senang sekali, sangat bermanfaat bagi saya," kata Okti sembari tersenyum riang.
" Okti telah menginpirasi siswa lainnya, bahwa kesuksesan tidak selamanya harus dengan fasilitas melimpah," ujar Kabid Pendidika Madrasah Kanwil Kemenag DIY Edhie Gunawan.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur