Cerita Finalis World Muslimah dari Malaysia: `Berontak` Hijab

Reporter : Kusmiyati
Kamis, 20 November 2014 13:03
Cerita Finalis World Muslimah dari Malaysia: `Berontak` Hijab
Finalis World Muslimah Award (WMA) 2014 asal Malaysia ini saat masih remaja memberontak. Sang ayah memintanya memakai jilbab sejak Sekolah Dasar. Tapi dia tolak.

Dream - Wajah cantik serta senyum menawan membuat wanita ini begitu mempesona. Adalah Ainur Nelissa binti Aziz, salah satu finalis World Muslimah Award 2014 dari Jiran, Malaysia. Lissa begitu dia disapa. Wanita berusia 21 tahun ini terlihat lebih pendiam diantara yang lainnya.

" Saya kontestan WMA 2014 dari Kota Bharu, Malaysia. Excited dengan ajang ini. Bismillah," ungkap wanita lulusan Mansoura University, Mesir dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,00 ini saat berbincang dengan Dream.co.id di Yogyakarta.

Sebelum Lissa memasuki dunia perkuliahan, wanita yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas di MARA SMP Sains Universitas Kuantan ini, memutuskan untuk bekerja. Tujuannya memang untuk mencari pengalaman sebelum mengenal bangku kampus.

" Karena punya mimpi menjadi guru bahasa Inggris atau Science. Jadi saya memilih menjadi guru pengganti di sebuah Sekolah Dasar dan mengajar Bahasa Inggris. Itu menyenangkan," kata wanita yang mirip dengan penyanyi cantik Indonesia, Rossa ini.

" Banyak sekali yang bilang mirip Rossa, tapi dia lebih cantik. Alhamdulillah," kata Lissa. Wanita bertubuh mungil ini mengaku bangga dengan postur tubuhnya. Bertubuh mungil bagi Lissa merupakan berkah.

Lissa memiliki segudang prestasi kemanusiaan. Salah satunya di tahun 2009 melakukan pelayanan sosial selama liburan sekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kuantan, Malaysia.

" Itu adalah program khusus yang disetujui oleh Malaysia Institute of Integritas, untuk melatih para pemimpin untuk mengajar Orang Asli (pribumi) menjalani pendidikan layak. Aku bersenang-senang dengan mereka. Aku diberi tanggung jawab mengurus sekelompok kecil anak-anak asli dan untuk mengajari mereka, gaya hidup yang lebih tepat dan lebih modern," kata wanita yang ingin sekali menjadi dokter muslimah yang baik.

Lissa pun bercerita tentang pengalamannya berhijab. Jujur, kata dia, saat masih remaja Lissa mengaku memberontak. Sang ayah memintanya memakai jilbab sejak Sekolah Dasar.

" Tapi saya tidak taat padanya. Sampai saya dikirim ke sekolah asrama yang MARA SMP Ilmu College, saya mulai memakai jilbab," kata Lissa.

Saat itu hatinya mulai berjanji untuk terus mengenakan hijab.

" Rasanya seperti situasi on dan off. Sampai saya akhirnya memutuskan untuk memakainya demi Tuhan. Saya berkata orang-orang baik akan melakukan hal-hal yang baik. Dan mengenakan jilbab adalah hal yang baik. Sejak itu, saya bersumpah untuk tidak melepasnya lagi. Alhamdulillah dan Insya Allah," katanya.

Mengikuti ajang ini menjadi suatu pengalaman yang tidak terlupakan untuknya, " Saya mungkin tipe orang yang mengikuti aliran air, mengalir saja yang penting sudah melakukan yang terbaik," ujar Lissa. (Ism)

Beri Komentar