Tiga Wanita Inspiratif Yang Tergabung Dalam Program Beauty For A Better Life (BFBL) Yang Diinisiasi Oleh L'Oreal Indonesia. (foto: Dream.co.id/ Ratih Wulan Pinandu)
Dream - Berada dalam keterbatasan atau mengalami masa sulit dalam kehidupan berumah tangga, tak membuat ratusan perempuan ini terpuruk begitu saja.
Keyakinan untuk mengubah nasib, menguatkan tekad mereka bergabung dalam program Beauty for a Better Life (BFBL) yang diinisiasi oleh L'Oreal Indonesia.
Selama 4,5 bulan, mereka mempelajari teknik dasar sebagai penata rambut profesional. Lalu dilanjutkan 1,5 bulan untuk magang di salon-salon terpercaya. Salah satu perempuan yang tergabung dalam program ini adalah Ati Nurhaeti.
Kini, Ati Nurhaeti menjadi satu dari ratusan perempuan yang telah berhasil menuai hasil kerja kerasnya. Perempuan asal Cianjur ini berhasil dipercaya sebagai tangan kanan salon Al Jazeera. Setelah keterampilannya sebagai stylish magang berhasil memikat pemilik salon.
Sebelumnya, Ati memiliki latar belakang yang cukup mengiris hati. Bagaimana tidak, ibu tiga anak ini mendadak harus banting tulang sendirian saat suaminya yang berprofesi sebagai TKI diterpa musibah. Dan hingga saat ini tak terdengar lagi kabar beritanya.
" Saya harus menanggung kehidupan ketiga anak saya, ibu dan nenek saya. Saya Biduan dan omongan orang cukup menyakitkan padahal mereka tidak tahu perjuangan saya memenuhi kehidupan keluarga," ungkap Ati saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 27 Oktober 2016.
Selain Ati, kisah Desi juga tak kalah meyayat hati. Sebagai penjual kue keliling, Desi menerima saran teman-temannya untuk mengikuti program BFBL agar bisa memperbaiki taraf hidupnya.
" Saya bertekat harus mampu membiayai anak-anak saya setelah ditinggal pergi sama suami saya. Saya awalnya hanya bisa potong rambut secara otodidak makanya disarankan untuk ikut belajar secara resmi," beber Desi.
Kini, perempuan berhijab ini rela berjualan kue keliling seraya menawarkan jasa perawatan rambut. Desi mengaku cukup menikmati kerja kerasnya meskipun harus berpindah dari satu pintu ke pintu lainnya.
" Cuma karena keterbatasan alat, kalau mau ada yang catok harus ke rumah dan karena nggak punya kursi harus nungging di kamar mandi," ujarnya terkekeh.
Sedangkan Endang Martina, memutuskan untuk ikut program tersebut setelah ia dan suaminya dipecat bersamaan. Setelah Club malam tempat mereka bekerja ditutup.
Hanya dengan berbekal kaca dan alat pelurus rambut, perempuaan asal Gadog, Jawa Barat, ini malah berhasil membuka salon kecil-kecilan di sebuah kontrakan bercat biru. Bersama dukungan suami, Endang berkeinginan untuk membesarkan salon Madona menjadi lebih besar lagi.
" Selama kurang lebih saya nyicil satu persatu, bangku keramas, tambah kursi lalu ganti kaca, beli steamer. Kalau mau ada yang mulai membuka usaha modalnya 5 jutaan," tutup Endang.