Yuli Wulandari, Wasit Wanita Pertama Dan Satu-satunya Berlisensi Internasional Dari Indonesia (change.org)
Dream - Desakan agar Federation Internationale de Basketball mengakhiri larangan mengenakan hijab bagi pemain maupun wasit wanita kembali muncul. Kali ini, desakan tersebut dilontarkan oleh wasit wanita berlisensi internasional asal Indonesia, Yuli Wulandari, 29 tahun.
Yuli merupakan wasit wanita pertama dan satu-satunya berlisensi internasional asal Indonesia. Wanita asal Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi ini memulai karir sebagai wasit pada 2005 dan mendapat lisensi C pada 2006.
Tahun 2008, Yuli mendapat lisensi B2. Pada 2010, lisensinya meningkat menjadi B1 nasional. Kemudian pada 2013, Yuli mendapat lisensi A nasional dan setahun kemudian dia mendapat lisensi FIBA.
Sejak menjadi wasit, dia telah mengawal banyak pertandingan baik tingkat nasional maupun regional. Meski begitu, Yuli mengaku tidak mudah menjadi wasit. Dia sering tidak dipercaya karena alasan gender, hanya karena dia wanita.
" Sering terjadi protes, bahkan banyak orang yang mencibir saat saya memimpin sebuah pertandingan," tulis Yuli.
Meski begitu, Yuli tidak menyerah dan memilih berusaha mewujudkan mimpi sebagai wasit bolabasket wanita. Dia ingin bertugas di segala kejuaraan, tidak hanya nasional, melainkan juga internasional.
" Saya percaya tidak ada yang mustahil bagi saya selagi Allah menghendaki dan kita bekerja keras, disiplin, tekun, konsisten dalam menjalani apa yang kita lakukan," tulis dia.
Pada Maret 2016, Yuli membuat keputusan besar dalam hidupnya, mengenakan hijab. Keputusan ini dia ambil karena kesadaran untuk menjalankan kewajiban sebagai Muslimah.
Sayangnya, Yuli terpaksa harus menerima konsekuensi dari keputusan itu. Dia sempat mendapat kabar akan ditugaskan pada event SEABA U-18 di Malaysia pada September nanti. Kabar itu dia dapat pada Juni lalu.
Mimpinya untuk bertugas di event internasional harus terhenti lantaran peraturan FIBA yang tidak membolehkan wasit maupun pemain wanita mengenakan penutup kepala. Larangan tersebut dikeluarkan dengan alasan keamanan.
" Bukan hanya saya saja yang tidak bisa melanjutkan mimpi di perbasketan internasional. Ada sahabat saya, Raisa Aribatul adalah salah satu pemain terbaik yang dimiliki Indonesia juga tidak bisa bermain di ajang pertandingan bolabasket internasional, selain itu ada Bilqis Abdul Qadir dan Indira Kaljo yang tidak bisa bermain basket di luar negeri karena aturan ini," tulis dia.
Atas aturan tersebut, Yuli kemudian membuat petisi melalui laman change.org. Petisi tersebut mendesak Presiden FIBA menghapus larangan penggunaan hijab pada pertandingan bolabasket.
Petisi ini membutuhkan dukungan sebanyak 50.000 tandatangan. Sejak diunggah hingga saat ini, petisi tersebut telah mendapat dukungan sebanyak 44.705 tandatangan. Jika Anda ingin berpartisipasi, berikan dukungan kepada Yuli dengan mengklik link ini.
Advertisement
Prabowo Tinjau Banjir: Negara Kita Kuat Sekarang, Mampu untuk Mengatasi

Nenek Ini Inging `Rekrut` Anak Baru, Tawarkan Apartemen dan Gaji Bulanan

Prabowo Subianto Tiba di Tapanuli, Tinjau Wilayah Terdampak Banjir

Asyik! Naik Whoosh Diskon Hingga 50% Untuk Pelajar di Musim Liburan

Jadi Bantuan Medis Internasional Pertama, Malaysia Kirim 2 Juta Pieces Obat ke Aceh


Pemerintah Kirim 11 Helikopter ke Wilayah Aceh dan Sekitarnya

Curah Hujan Masih Tinggi, Aceh Ditetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

Survei: Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2025 Baru 65,4%

Hore! KAI Tawarkan Diskon 30 Persen Libur Nataru, Berikut Daftar Lengkap Kereta dan Syaratnya

Prabowo Tinjau Banjir: Negara Kita Kuat Sekarang, Mampu untuk Mengatasi

Nenek Ini Inging `Rekrut` Anak Baru, Tawarkan Apartemen dan Gaji Bulanan

Prabowo Subianto Tiba di Tapanuli, Tinjau Wilayah Terdampak Banjir