Muslimah Afghanistan di Bawah Bayang Hitam Taliban

Reporter : Eko Huda S
Minggu, 28 September 2014 14:02
Muslimah Afghanistan di Bawah Bayang Hitam Taliban
Mereka takut rezim Taliban akan kembali berkuasa dan memberlakukan pembatasan berlebihan. Sehingga mereka tak lagi bisa melakukan aktivitas dengan bebas.

Dream - Penarikan pasukan Amerika Serikat akhir tahun ini membuat sejumlah perempuan Afghanistan ketar-ketir. Mereka takut rezim Taliban akan kembali berkuasa dan memberlakukan pembatasan berlebihan. Sehingga mereka tak lagi bisa melakukan aktivitas dengan bebas.

Seperti yang dirasakan Laila Hossaini. Atlet Taekwondo ini sangat takut jika Taliban kembali memimpin negerinya. Jika itu terjadi, dia takut perempuan-perempuan Afghanistan tak lagi bisa meniti karier mereka.

" Tentu saja, kami memiliki perhatian, tidak hanya saya, tapi semua perempuan, setelah 2014, jika Taliban kembali berkuasa," kata Hossaini dikutip Dream dari Yahoo Sport, Minggu 28 September 2014.

Hossaini merupakan atlet Taekwondo Afghanistan. Namun dia tumbuh di Iran. Keluarganya harus kabur dari Tanah Air karena negaranya dikuasai oleh Uni Soviet pada dekade 1980-an. Mereka baru kembali ke Kabul pada 2001, setelah rezim Taliban tumbang.

Perempuan berusia 28 tahun ini merupakan atlet berprestasi. Dia pernah menggondol medali perak pada South Asian Games 2010. Dia juga sudah bertanding di berbagai even internasional. Namun, penarikan pasukan AS dan ancaman Taliban menjadi bayang-bayang kelamnya.

" Taliban tidak akan mengizinkan kami untuk melakukan apapun, prestasi yang telah kami buat akan berbalik, maka kami semua khawatir," kata dia.

Dan tanda-tanda kekhawatiran Hossaini itu memang sudah mulai muncul. Menjelang penarikan seluruh personel AS, kekerasan di Afghanistan semakin meningkat. Serangan terhadap polisi dan tentara Afghanistan semakin merebak.

Menurut dia, di masa-masa akhir pemerintahan Taliban dulu, perempuan dibatasi untuk ke luar rumah.
Meskipun para perempuan diperkenankan untuk tetap berlatih olahraga, seperti Taekwondo, di dalam rumah.

Di awal kariernya sebagai atlet Taekwondo, Hossaini mengaku banyak kendala. Keluarga paman dan bibinya keberatan dengan aktivitas olahraga yang dia geluti. " Ada keberatan dari paman dan bibi, sampai akhirnya saya memperoleh medali pertama saya dan kemudian keberatan itu dihentikan," tutur dia.

Untunglah, keluarga terdekatnya kemudian mendukung apa yang dilakukan oleh Hossaini. Sehingga dia bisa meraih prestasi. " Tunangan saya adalah atlet kungfu, sehingga keluarga saya tidak keberatan," ujar Hossaini.

Beri Komentar