Bayi
Dream - Faktor kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Antara lain gen, stimulasi, gizi, pendidikan dan lingkungannya. Sebagian besar orangtua ingin memiliki anak-anak yang pintar dan unggul dalam aspek akademik.
Kepintaran anak biasanya baru terlihat ketika nilainya di sekolah selalu unggul, termasuk ketika menjuarai lomba tertentu. Ternyata sejak bayi ketika anak bahkan belum bisa bicara, level intelegensianya sudah bisa diprediksi.
Bukan melalui tes IQ tapi dari analisis feses atau kotoran pertamanya setelah lahir. Hal ini dilakukan oleh tim dari Case Western Reserve University, Ohio, Amerika Serikat. Analisis feses pertama bayi dapat menunjukkan tingkat kecerdasan, atau jika anak rentan terhadap masalah dalam perkembangan kognitif.
Para peneliti menjelaskan bahwa peningkatan kadar FAEE (asam lemak etil ester) yang ditemukan dalam tinja pertama bayi baru lahir (mekonium) dari asupan ibu selama kehamilan dapat menunjukkan apakah anak tersebut rentan atau tidak mengalami masalah kognitif di masa remajanya.
Tim memeriksa sampel kotoran dari 100 bayi berusia satu tahun. Setelah pemeriksaan, mereka menemukan bahwa bayi dengan tingkat bakteri genus Bacteroides lebih tinggi mendapat skor lebih baik dalam tes kognitif dibandingkan dengan kelompok bakteri lainnya.

Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan Mullen Scales of Early Learning. Ini melibatkan serangkaian tes perkembangan yang memerlukan pemeriksaan keterampilan motorik halus dan kasar, perkembangan bahasa dan kemampuan persepsi.
Seperti yang dijelaskan oleh Rebecca Knickmeyer, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina, bahwa ini adalah pertama kalinya hubungan antara komunitas mikroba dan perkembangan kognitif ditunjukkan dan ditunjukkan lebih lanjut pada manusia.
Temuan penelitian mengungkapkan bahwa bakteri usus memainkan peran utama dalam meningkatkan keterampilan kognitif bayi sebelum usia satu tahun. " Hasil inimungkin dapat memandu pengembangan mikrobioma untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif atau mengurangi risiko gangguan seperti autisme yang dapat mencakup masalah dengan kognisi dan bahasa," kata para peneliti.

Dengan mendemonstrasikan efek probiotik pada otak, penelitian ini juga memunculkan pertanyaan tentang penggunaan antibiotik secara berulang dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi otak. Ini karena antibiotik banyak digunakan di unit perawatan intensif neonatus dan pada infeksi saluran pernapasan masa kanak-kanak.
Sumber: MomJunction
Advertisement
Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang


PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang