Ternyata Ini Durasi Ideal Belajar Online Agar Anak Tak Jenuh

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 19 Juli 2021 10:04
Ternyata Ini Durasi Ideal Belajar Online Agar Anak Tak Jenuh
Jangan sampai anak merasa stres bahkan depresi.

Dream - Tahun ajaran baru 2021 sudah berlangsung. Anak-anak kembali menjalani sekolah secara online karena penularan Covid-19 belum terkendali. Tatap uka pun dilakukan dengan berbagai program meeting seperti Zoom atau Google Meet.

Hal ini kerap menimbulkan kekhawatiran orangtua karena anak menatap layar selama berjam-jam. Rasa jenuh, bosan hingga sakit kepala bisa saja dialami anak jika belajar online dalam waktu lama.

Saat pandemi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan durasi ideal belajar online di rumah. Beberapa di antaranya terkait aktivitas fisik, waktu istirahat, dan screen time (lama waktu menatap layar gawai).

“ Kalau anak usia sekolah, yaitu 6 sampai 12 tahun, IDAI menyarankan screen time tidak lebih dari 90 menit atau 1,5 jam setiap harinya," kata dr. Devia Irine Putri, dikutip dari KlikDokter.

Durasi 90 menit ini berlaku untuk keseluruhan mata pelajaran. Pembatasan waktu perlu dilakukan demi meminimalkan berbagai risiko, seperti mata lelah, stres, dan bosan.
Sementara itu, dr. Dyah Novita Anggraini menjabarkan secara rinci waktu jeda belajar online. Menurutnya, setelah 20 menit aktif menatap layar, anak idealnya mengambil istirahat selama 20 detik.

“ Lalu, istirahatkan matanya selama 20 detik, enggak menatap layar. Kalau bisa 20 detik istirahat ini digunakan untuk melihat ke arah depannya yang jaraknya 20 kaki. Bisa juga ke luar ruangan,” kata dr. Vita.

 

1 dari 5 halaman

Dampak Buruk

Dampak Buruk © Dream

Screen time dan pemberian jeda yang seimbang bisa menyelamatkan anak dari berbagai dampak buruk akibat belajar online. Dalam hal ini, orang tua dan guru memiliki peran penting dalam merealisasikannya. Dari segi fisik, terlalu lama belajar online bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pada mata.

“ Efek jangka panjangnya bisa menyebabkan mata minus, terutama kalau jarak menatap laptopnya tidak diperhatikan. Setidaknya harus 50-70 centimeter jarak wajah dengan laptop,” kata dr. Devia.

Sementara itu, dari segi mental, Ikhsan Bella Persada seorang psikolog menjelaskan bahwa sekolah online bisa memicu dampak psikologis yang beragam. Menurutnya, banyak anak yang merasa stres, cemas, dan tidak mampu menjalankan pembelajaran online.

Selengkapnya baca di sini.

2 dari 5 halaman

Ayah Bikin 'Kantin Mini' Biar Anak Jajan Seperti di Sekolah

Ayah Bikin 'Kantin Mini' Biar Anak Jajan Seperti di Sekolah © Dream

Dream - Sekolah di rumah secara online dalam situasi pandemi jadi pilihan terbaik bagi keamanan dan kesehatan anak-anak saat ini. Hal ini memang tidak ideal, karena banyak pengalaman sosial dan interaksi yang tak dialami anak-anak.

Salah satunya adalah jajan di kantin, makan bersama teman-teman atau saling berbagi bekal. Termasuk mendapat uang jajan lalu menggunakannya untuk membeli camilan favorit. Ini merupakan bagian yang sangat sangat menyenangkan bagi anak-anak ketika bersekolah.

Seorang ayah asal Malang tak mau anaknya kehilangan pengalaman tersebut. Ia pun membuat kantin sekolah versi rumahan. Disediakan meja yang berisi berbagai jajanan anak sekolah dasar (SD).

Saat anaknya istirahat di sela-sela belajar online, bisa ke meja tersebut untuk jajan. Cerita manis dibagikan akun Twitter @ApriantoDhany.

 

 

3 dari 5 halaman

Tetap Dapat Uang Saku

Tetap Dapat Uang Saku © Dream

Rupanya, meski sekolah di rumah si anak tetap dapat uang saku untuk membeli jajanan rumahan tersebut. Bisa juga mendapat jajanan jika membantu pekerjaan rumah tangga atau ketika ia bisa menghafal surah pendek. Wah, bisa dicontoh di rumah, Sahabat Dream

 

4 dari 5 halaman

Ibu Maudy Ayunda Jawab Rasa Penasaran Orang Soal Uang Sekolah Putrinya

Ibu Maudy Ayunda Jawab Rasa Penasaran Orang Soal Uang Sekolah Putrinya © Dream

Dream - Maudy Ayunda termasuk selebritas yang memiliki latar pendidikan tinggi. Ia merupakan lulusan S1 Oxford University, lalu S2-nya diselesaikan di Stanford University. Dua universitas tersebut merupakan yang terbaik di dunia.

Banyak warganet yang penasaran bagaimana orangtua Maudy mengasuh dan mendidiknya, agar memiliki latar pendidikan yang baik. Termasuk juga banyak yang ingin tahu uang bayaran sekolah Maudy.

Mauren Jasmedi, ibu dari Maudy lewat akun Instagramnya @muren.s menjelaskan kalau dulu saat putri pertamanya kelas 2 SD, pindah sekolah. Hal itu lantaran Mauren agak kecewa dengan pelajaran di SD pertama Maudy.

Maudy Ayunda SD

" Saat anak sy TK & sampai kelas 2 SD, mereka bersekolah di sekolah berkurikulum nasional. Awalnya, sama sekali tidak terpikir pindahkan anak dari sekolah tersebut. Sampai suatu saat, ketika saya menemani anak belajar, saya kecewa atas materi pembelajaran kala itu. Murid diminta menghapal nama-nama kecamatan di Jakarta & materi hapalan lain yang saya anggap kurang tepat. Sejak itu, ada saja materi belajar anak yang membuat saya tidak nyaman. Mau protes tapi kepad siapa? Daripada sibuk cari kesalahan orang, mulailah saya hunting mencari sekolah lain yang lebih sesuai harapan. Saat mencari SD kala itu, saya tidak masuk ke ruang kantor, tapi saya coba duduk di kantin mendengar murid berceloteh, mengintip proses belajar di kelas dan itu saya lakukan setiap hari di beberapa SD. Hingga suatu hari, saya mendapatkan 1 SD berkurikulum Nasional Plus, yang terbilang masih baru, & bahkan anak saya baru akan mjadi angkatan ke 2 di sekolah itu dan bermurid hanya 9 orang per kelas. Mungkin bagi sbagian orang, sekolah dengan minim fasilitas ini bukan pilihan menarik, tapi saat memasuki sekolah itu saya sungguh telah jatuh cinta,"  tulis Mauren.

Akhirnya Mauren memutuskan untuk memindahkan sekolah Maudy. Fasilitas sekolah baru ternyata jauh lebih minim, tapi menurutnya lebih bisa mengakomodir tumbuh kembang dan pendidikan sang putri. Biaya sekolah, menurut ibu dua anak ini saat itu dibilang terjangkau.

" Di sanalah akhirnya anak-anak saya menghabiskan sekolah dasar hingga masa SMP mereka. SD dan SMP itu, tumbuh bersama seperti keluarga dengan anak-anak kami. Sekarang sekolah tersebut menjadi besar bahkan menjadi sekolah international favorit, yang memiliki banyak murid. Bicara soal uang sekolah, SD yg saat itu baru punya 2 angkatan belumlah pede membandrol harga mahal seperti sekarang,"  ungkap ibunda Maudy.

 

5 dari 5 halaman

Masuk SMA Internasional, Jual Mobil

Masuk SMA Internasional, Jual Mobil © Dream

Setelah Maudy lulus SMP, pertimbangan soal SMA kembali dilakukan dengan panjang. Mauren berusaha mengajak anak-anaknya selalu berdiskusi karena mereka yang akan menempuh pendidikan.

Maudy ingin bersekolah di sekolah internasional yang biayanya cukup mahal. Ia sampai menawarkan untuk menggunakan uang sendiri yang saat itu didapatkan dari menjadi bintang iklan dan model.

" Saatnya pilih SMA , keputusannya pun diambil dari hasil pertimbangan & diskusi panjang, bareng anak-anak. 'Bayar sekolah nya pakai uang aku aja ma,' kata sulungku yang saat itu sudah punya tabungan sendiri, dari menjadi model & BA beberapa produk. Tak sampai hati memakai uang anak yang sangat ingin bersekolah di sana, kami pun menawarkan 1 solusi yang mbuat mereka belajar mbuat pilihan melalui sebuah pengorbanan. 'Gimana kalau mobil antar jemput kalian dijual buat bayar sekolah, tapi kalian naik bis sekolah setiap harinya nanti? Dan mereka pun menyetujui pilihan itu. Selama SMA kubiarkan anak-anak naik bis jemputan sekolah setiap hari dari Bintaro ke kemang. Walau mereka harus dijemput lebih pagi dan pulang lebih sore, bahkan kadang tertidur di mobil karena mobil itu berisi sampai 12 orang untuk area Jakarta Selatan yang harus diantar jemput satu persatu,"  ungkap Mauren.

Komentar pun bermunculan. Banyak yang salut dengan cara ibunda menerapkan pendidikan bagi dua putrinya. Seperti komentar @marcalais_fransisca yang menulis 'Salut tante kasih anak pilihan untuk berkorban untuk memperjuangkan apa yang dia mau'.

Lalu ada juga akun @nuraenii_2405 yang berkomentar 'Masyaallah ibu yang tangguh,,ibu yang bisa memantau keadaan anak-anaknya. Komentar lainnya dari akun @_putridianasri_ yang menulis 'Wih salut banget sama tantee benar2 serius dan effort sama pendidikan ka maudy dan ka manda'.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More