Dream - Usaha pemerintah untuk menaikkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui kenaikan biaya pembuatan STNK, SIM dan BPKB baru dinilai sebagai kebijakan sporadis.
Alasannya, kenaikan biaya pembuatan dokumen berkendara tersebut tak dibarengi tata kelola administrasi keuangan yang baik.
Direktur Indonesia Tax Care Basuki Widodo mencontohkan buruknya tata kelola administrasi keuangan Indonesia terlihat pada sistem perpajakan yang digunakan. Sistem perpajakan Indonesia, kata dia, tak punya desain besar cita-cita bangsa.
" Belajar dari tax amnesty, ada ketidakadilan yang dirasakan masyarakat. Ini tak boleh diulangi pada kenaikan biaya pembuatan STNK, SIM, dan BPKB serta pajak kendaraan bermotor," ucap Basuki, di kantor Fitra, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis, 5 Januari 2016.
Menurut dia, kenaikan PNBP dari kendaraan bermotor tersebut tidak berbarengan dengan kualitas pelayanan yang memadai. Dia mencontohkan, banyaknya kasus pungli yang masih terjadi kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat).
" Seharusnya, ini dulu yang diperbaiki. Bukan menaikkan (biaya pembuatan STNK, SIM. dan BPKB) hingga 100 persen," ucap dia.
Menurut Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yenny Sucipto, optimalisasi kenaikan PNBP harusnya menyasar sektor sumber daya alam, perikanan dan kehutanan.
" Berdasarkan riset kami, potensi kehilangan di sektor kehutanan saja sebesar Rp30,33 triliun. Mana treatment pemerintah?" tanya Yenny.
Fitra membandingkan, penerimaan PNBP dari surat kelengkapan kendaraan hanya berpotensi memberi pemasukan sebesar Rp1,7 triliun.
Dari data rekapitulasi kekurangan penerimaan Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK) dan Tanda Coba Kendaraan Bermotor (TCKB) Seluruh Indonesia 2015 yang didapat Dream, terdapat Rp270 miliar yang belum masuk ke kas negara. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 2015, dana tersebut tak masuk kas negara lantaran tak disetor.
" Menurut BPK, Samsat Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak tertib keuangan. Mereka belum menyetor (biaya STCK dan TCKB) ke kas negara dan masih mengendap di bank," kata Yenny.(Sah)
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini



IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu