Akibat Pasien Tak Jujur, Dokter Muda Surabaya Meninggal Karena Covid-19. Sumber (instagram/berkatnuindra)
Dream - Penyebaran penyakit Covid-19 lebih banyak terjadi melalui sentuhan seseorang dengan perantara virus corona. Seseorang bisa tertular saat berada di dekat orang yang positif Covid-19 atau menyentuh barang atau benda yang disentuh orang lain dan kemungkinan membawa virus atau disebut droplet.
Masalah menjadi pelik karena ada sejumlah pasien yang tak menunjukan gejala Covid-19. Yang lebih menyedihkan, penyebaran penyakit Covid-19 terjadi karena pasien yang tidak jujur dengan kondisi tubuhnya. Mereka seperti tak menyadari ketidakjujuran yang sudah dilakukan bisa menyebabkan orang lain sakit bahkan merenggut nyawa.
Dilansir dari Liputan6.com, seorang dokter yang bertugas di RSUD dr. Soewandhie, Kota Surabaya, Jawa Timur dikabarkan meninggal dunia dan diduga terkonfirmasi positif covid-19.
Dokter tersebut bernama Berkatnu Indrawan Janguk yang menjadi salah satu tim medis yang bertugas menangani pasien COVID-19 di IGD Soewandhie.
Menurut keterangan Koordinator Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, drg. Febria Rachmanita, dokter Berkatnu diketahui tertular COVID-19 dari seorang pasien positif COVID-19 asal Pemalang, Jawa Tengah, yang dirawat di Soewandhie.
Saat dokter Berkatnu berinteraksi dengan pasien tersebut, si pasien tidak jujur kalau dirinya sudah dinyatakan positif COVID-19. Di samping itu, dokter Berkatnu juga diketahui memiliki riwayat asma.
Suasana duka menyelimuti RSUD dr. Soewandhie, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin 27 April 2020 malam, ketika salah seorang dokter setempat meninggal diduga akibat terpapar virus corona penyebab covid-19.
Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara menuturkan, dokter yang meninggal dunia tersebut bernama dr. Berkatnu Indrawan Janguk yang selama ini bertugas di IGD RSUD dr. Soewandhie.
Febri menuturkan, almarhum semasa hidup memiliki riwayat penyakit jantung dan asma. Tiga pekan lalu, almarhum sempat melakukan tes swab di RSUD Soewandhie dan hasilnya dinyatakan positif covid-19.
Meski demikian, lanjut dia, almarhum kemudian melakukan tes swab kembali sebanyak tiga kali hingga hasilnya dinyatakan negatif COVID-19.
" Beberapa hari terakhir kondisinya sehat, tetapi kemudian terjadi pembengkakan jantung sehingga dirawat di RSUD Soewandhie dan meninggal dunia pada Senin petang ini sekitar pukul 17.45 WIB ini," katanya kepada Jurnalis liputan6.com.
Diketahui Berkatnu merupakan putra dari pasangan suami istri dari Suriawan Prihadi yang merupakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dan Inriaty Karawaheni, Asisten III Setda Barito Utara.
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh khofifah indar parawansa (@khofifah.ip) pada
Febria Rachmanita, Koordinator Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, mengatakan, almarhum semasa hidupnya memang memiliki riwayat penyakit asma. Tiga pekan lalu, almarhum juga sempat melakukan tes swab di RSUD Soewandhie dan hasilnya dinyatakan positif Covid-19.
“ Dia memang punya penyakit bawaan asma, terus kemudian kemarin itu awal swabnya positif Covid-19, terus dirawat sembuh sudah. Kemudian, swabnya negatif tiga kali,” kata Rachmanita.
Bahkan, kata Febria, beberapa hari terakhir saat dirawat di ICU RSUD dr. Soewandhie, kondisi Berkatnu membaik. Bahkan, Senin (27/4/2020) pagi kondisinya juga membaik. Namun kemudian, terjadi pembengkakan pada jantungnya sehingga meninggal dunia sekitar pukul 17.46 WIB.
Febria mengatakan Berkatnu sebelum berpulang adalah dokter yang menangani pasien Covid-19 asal Pemalang. Namun karena pasien tersebut tidak mengaku kalau positif Covid-19, akhirnya almarhum ikut terpapar.
Padahal pertama kali Ia ambil swab itu tiga minggu yang lalu dan hasilnya positif. Terus melakukan dua kali tes swab dan dinyatakan negatif. Tapi, ternyata tubuhnya tidak bisa membentuk imun sehingga nyawanya tidak tertolong.
Menurut dia, karena almarhum memiliki riwayat asma sehingga dimungkinkan seringkali membuka masker pada saat merawat pasien. Hal inilah yang kemudian almarhum cepat tertular virus corona penyebab Covid-19.
Namun begitu, Febria berharap untuk ke depannya tidak ada lagi pejuang medis baik itu dokter maupun perawat yang terpapar hingga kehilangan nyawanya saat menangani pasien Covid-19.
“ Perawat dan dokter adalah garda terdepan. Walaupun mereka menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap, tapi saya berharap tidak ada lagi pejuang medis yang terpapar hingga meninggal,” katanya.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib