Bagi Sebagian Muslim, Puasa di Brasil Lebih Mudah

Reporter : Sandy Mahaputra
Minggu, 6 Juli 2014 12:15
Bagi Sebagian Muslim, Puasa di Brasil Lebih Mudah
Alasannya, jam puasa di Negara Tuan Rumah Piala Dunia itu sangat pendek. Berbeda dengan di Suriah misalnya, yang panas dengan jam puasa yang panjang.

Dream - Minoritas muslim di Brasil menjalankan ibadah puasa dengan mudah. Mengapa? Karena negara itu memiliki jam puasa yang pendek dan cuaca yang menyenangkan. Salah seorang pengungsi asal Suriah, Ibrahim Nashawaty mengaku sangat senang berada di Brasil. Alasannya, jam puasa di Negara Tuan Rumah Piala Dunia itu sangat pendek. Berbeda dengan tempat asalnya yang panas dengan jam puasa yang panjang.

" Aku lapar, tapi aku senang bisa di sini dengan semua keluarga," kata Ibrahim.

Jam puasa di Suriah berlangsung sekitar 15 jam. Sementara di Brasil hanya 9 hingga 11 jam. Kendati demikian, Ibrahim dan pengungsi Suriah lainnya menghadapi tantangan lain, yakni lingkungan yang tidak mendukung mereka berpuasa dengan khusyuk.

" Setiap orang makan dan minum di jalan-jalan sepanjang waktu, karena mereka mayoritas non-muslim," ujarnya.

Menurut sensus resmi Pemerintah Brasil, jumlah muslim di negara samba itu berkisar 27.239 jiwa. Namun menurut ahli Islam Paulo Pinto dari Fuminense Federal University jumlah muslim di Brasil sudah satu jutaan.

Dengan tidak adanya jumlah muslim secara pasti, cara terbaik menentukan pertumbuhan Islam di Brasil adalah dengan melihat jumlah masjid di negara tersebut. Di Brasil saat ini berdiri 127 masjid, meningkat empat kali lipat dari saat tahun 2000.

Muslim di ibukota Brasil, Brasilia, melakukan salat di Islamic Center of Brasilia, sebuah masjid di utara kota. Selama Ramadan, pengurus masjid menyediakan takjil bagi umat Islam Brasil seperti Yassin Adnane yang datang dengan teman-temannya untuk berbuka.

Adnane, penerjemah kedutaan Irak yang berasal dari utara Maroko memperkirakan terdapat antara 3.000 dan 5.000 muslim di Brasilia. " Ada beberapa aspek yang membuat puasa di sini lebih sulit," kata Adnane. Beberapa di antaranya adalah iklim yang kering, cara wanita Brasil berpakaian, bau kopi dan rokok di jalan-jalan.

" Tapi di Irak atau Kuwait, suhunya bisa mencapai 53 atau 54 derajat Celsius tahun ini," imbuhnya. Untuk itu, Adnane punya trik khusus untuk mengurangi rasa haus di siang hari, yakni dengan membatasi jumlah garam saat sahur.

Ramadan sempat menjadi sorotan internasionl pekan ini ketika pelatih tim nasional Aljazair kesal saat ditanya soal apakah puasa mempengaruhi performa anak asuhnya jelang pertandingan lawan Jerman di putaran 16 besar Piala Dunia 2014 lalu.

Aljazair akhirnya kalah 1-2 dari Jerman melalui perpanjangan waktu. " Para pemain Aljazair bisa minta dispensasi, itu pasti. Tapi saya mengerti mengapa mereka tidak. Mereka adalah muslim dan mereka terbiasa berpuasa," kata Adnane.

Sementara itu, Bakhtear Binalam dari Bangladesh, yang telah bekerja di Brasilia selama satu setengah tahun sebagai pelayan, tidak mempersoalkan lingkungannya. Baginya, berpuasa sambil melihat orang-orang makan dan minum sepanjang hari tidak masalah.

" Bagi saya ini adalah ungkapan terbesar dari agama saya, jadi saya sangat senang melakukannya," katanya. " Ini bukan hanya tentang puasa, tetapi juga tentang amal, tentang memberikan sebagian uang Anda untuk membantu orang miskin." (Ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More