Polisi Tembak Rekannya Karena Menolak Bebaskan Pelaku Tawuran

Reporter : Maulana Kautsar
Jumat, 26 Juli 2019 11:20
Polisi Tembak Rekannya Karena Menolak Bebaskan Pelaku Tawuran
Polisi penembak datang bersama ayah pelaku meminta tahanan kasus tawuran itu dibebaskan. Tujuh peluru bersarang di tubuh korban.

Dream - Penembakan antarpolisi terjadi di Polsek Cimanggis, Depok, Kamis, 26 Juli 2019 malam. Bripka Rachmat Effendy dilaporkan menembak rekannya sesama polisi, Brigadir Rangga Tianto, di SPK Polsek Cimanggis.

Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com, peristiwa penembakan Bripka Rachmat bermula ketika yang bersangkutan mengamankan pelaku tawuran Fachrul Zachrie.

Orang tua Fachrul, Zulkarnaen tiba ke Polsek Cimanggis bersama Brigadir Rangga Tianto.

Rangga meminta agar Fachrul dipulangkan. Tapi, pemintaan itu ditolak Rachmat dengan alasan proses hukum sedang berjalan.

Rangga emosi dan mengeluarkan senjata dan segera menembak Rachmat. Tujuh tembakan dilontarkan mengenai bagian dada, leher, paha, dan perut. Rahmat meregang nyawa di tangah rekannya yangs seorang polisi.

Rachmat diketahui meninggalkan dua orang anak dan satu istri.

" Yang bersangkutan punya anak dua yang satu lulus SM sedangkan satu lagi baru lulus dari pondok pesantren," kata Sumarna, Ketua RT 03/RW 08, Cimanggis Depok.

 

1 dari 5 halaman

Menunggu di Luar

Sumarna mengakan, sebelum peristiwa penembakan, Rachmat sehari-hari bekerja di Samsat Polda Metro Jaya. Dia juga mengetahui proses kejadian penembakan itu.

" Saya mengetahui kejadian jelasnya dari rekan yang ikut bersama korban ke Polsek Cimanggis menyerahkan pelaku tawuran. Saya juga ditelepon suruh datang (ke Polsek), ditelepon tapi mereka yang duluan sekitar pukul 21.00 WIB," kata Sumarna.

Saat itu, rekan Sumarna menunggu di luar kantor sedangkan korban masuk ke ruangan SPKT untuk melapor. Tiba-tiba rekannya melihat Bripka Rachmat Effendy tewas bersimbah darah di ruangan itu.

" Kalau pelakunya, saya tidak tahu dan teman saya juga saat itu nunggu di luar. Di sana, ada anggota Polsek juga," kata dia.

Rencananya, jenazah Rachmat akan dimakamkan di TPU Jonggol, Kabupaten Bogor.

(Sah, Sumber: Liputan6.com)

2 dari 5 halaman

Kisah Dosen Yogya Selamat dari Penembakan Masjid Selandia Baru

Dream - Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Irfan Yunianto, menjadi saksi peristiwa penembakan di Masjid Al Noor, Selandia Baru, Jumat 15 Maret 2019. Irfan mengaku trauma dengan serangan biadab tersebut.

Dalam konferensi video, Irfan mengaku datang ke Masjid Al Noor, Dean Ave, Christchurch, menggunakan sepeda. Dia ingat, masjid tidak seramai biasanya.

Dia berpikir mungkin masjid sedikit lengang dari baisanya karena seharian hujan. Jemaah tidak terlalu banyak dan ruangan sholat utama juga terlihat lengang.

Irfan awalnya ingin menuju ruang utama sholat. Tapi, dengan jaketnya yang basah, dia justru memilih untuk sholat di ruangan sholat kecil yang biasa digunakan untuk pertemuan di masjid.

" Waktu itu saya berpikir, mau meletakkan jaket basah, kalau di ruang utama akan mengganggu jemaah lain," kata Irfan, dikutip dari Liputan6.com, Selasa 19 Maret 2019.

Saat terjadi penembakan, kata Irfan, sejumlah jemaah yang panik keluar melalui pintu darurat yang ada di dekatnya. Pintu tersebut terhubung dengan tempat parkir kendaraan.

3 dari 5 halaman

Membuat Trauma

Di sekitarnya, dia melihat jemaah yang lari dan menyelamatkan diri melompat pagar setinggi dua meter.

Situasi mencekam itu membuatnya menghubungi supervisornya di University of Otago. " Saya juga menghubungi KBRI tetapi ternyata masih Jumatan, saya juga menghubungi teman yang ada di laboratorium, tujuannya supaya jangan ada yang mendekat ke daerah Masjid Al Noor," kata dia.

Meski tak mengalami luka-luka, peristiwa mencekaman itu membuat Irfan trauma. Dia merasa peristiwa itu masih terjadi dalam ingatannya.

Irfan mengatakan, telah mengunjungi rekannya yang terluka terkena tembakan. Dia juga sudah memulai aktivitas di kampus.

Dari peristiwa itu, dia mengatakan tidak ada lokasi yang aman di dunia. " Padahal Selandia Baru selama ini dianggap sebagai negara yang aman dari aksi semacam itu," ujar dia.

Sumber: Liputan6.com/Switzy Sabandar

4 dari 5 halaman

Penembakan Brutal di Tempat Umum Kembali Terjadi, 3 Tewas

Dream - Kasus penembakan di tempat umum kembali terjadi. Tiga orang terbunuh dan lima lainnya mengalami luka-luka akibat penembakan di sebuah trem di Utrecht, Belanda, Senin, 18 Maret 2019.

Beberapa jam setelah penembakan terjadi, pelaku teridentifikasi kepolisian. Pelaku penembakan merupakan pria Turki bernama Gokmen Tanis.

Gokmen ditangkap melalui penyerbuan di sebuah bangunan, sekitar tiga kilometer dari lokasi kejadian. Dilaporkan BBC, pihak berwenang mengatakan motif penyerang tidak jelas.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Belanda dan menyampaikan belasungkawa atas penembakan yang terjadi.

" Sekali lagi, Indonesia mengutuk aksi kekerasan. Saya yakin pelaku akan segera ditangkap dan diadili," ujar Retno dalam cuitannya.

Retno mengajak semua orang bersatu dan menyebarkan nilai-nilai toleransi, menghormati, dan membawa kedamaian bagi umat manusia.

5 dari 5 halaman

Imbauan KBRI Den Haag

Menanggapi peristiwa ini, KBRI Den Haag juga telah mengeluarkan imbauan bagi warga Indonesia yang berdomisili di Belanda.

Para WNI yang berada di Belanda diminta senantiasa waspada dan memantau perkembangan situasi keamanan di wilayah tempat tinggal atau bekerja.

WNI juga diminta menghindari kerumunan massa dan daerah-daerah yang menjadi konsentrasi kegiatan massa.

" Apabila tidak terdapat kepentingan, dimohon agar tidak meninggalkan rumah. Tetap mematuhi hukum yang berlaku dan instruksi aparat setempat," tulis KBRI Den Haag. (ism)