Belajar Di Bawah Terik Matahari (Foto: Facebook/SMK Tinggi Sarikei)
Dream - Di tengah pandemi Covid-19, para pelajar diupayakan tetap bisa menjalani aktivitas belajar. Mereka pun diminta belajar di rumah dan mengikuti kelas online atau e-learning.
Sayangnya, tidak semua pelajar memiliki fasilitas untuk mengakses internet. Alhasil, sebagian dari mereka terpaksa bekerja keras demi bisa mengikuti kelas online.
Hal inilah yang dialami seorang gadis 13 tahun asal Malaysia. Dia tinggal di tempat yang jauh dan susah sinyal.
Keterbatasan perangkat, jaringan internet yang sulit serta tempat tinggal yang jauh tak menghentikan dirinya untuk tetap belajar dan menimba ilmu melalui e-learning.
Dilansir dari World of Buzz, unggahan yang dibagikan oleh SMK Tinggi Sarikei, sebuah menengah negeri yang berlokasi di Sarikei, Sarawak, Malaysia, memperlihatkan salah seorang siswa mereka berumur 13 tahun yang dikenal dengan nama Heliyana.
Dalam unggahan tersebut, Heliyana nampak sedang berjongkok di bawah matahari. Dia terlihat sedang memegang ponsel di tangan satunya dengan buku di pangkuannya. Diketahui, dia tengah menyelesaikan ujian sekolah di bawah terik matahari.
Apa yang membuatnya harus duduk berpanas-panasan di tengah hari bolong?
Setelah diselidiki, ternyata Heliyana tinggal di rumah yang terpelosok dan jauh sehingga tidak mendapat jaringan internet. Hal ini memaksanya untuk keluar rumah untuk menyelesaikan ujian sekolahnya.
Namun, ternyata Heliyana bukan satu-satunya siswa yang menghadapi masalah ini di SMK Tinggi Sarikei.
Diketahui ada lebih dari 20 dari 850 siswa sekolah yang harus mengadopsi new normal e-learning karena masalah jaringan internet yang tidak sampai ke rumah masing-masing.
Lebih parahnya lagi, ada seorang siswa yang bahkan tidak memiliki smartphone dan hanya memiliki telepon biasa yang dapat menerima pesan dan telefon. Sehingga pihak sekolah harus mengirim kertas ujiannya dan kemudian pihak sekolah akan menerima jawabannya melalui SMS.
Menurut kepala sekolah, e-learning tidak mudah diimplementasikan di daerah pedesaan seperti di Sarikei.
“ Beberapa anak dari keluarga miskin tidak memiliki ponsel, sehingga mereka harus menggunakan ponsel orangtua mereka untuk belajar. Terkadang orang tua tidak meninggalkan ponselnya di rumah. Mereka hanya bisa mempelajari pekerjaan rumah mereka pada sore atau malam hari," jelas Kepala Sekolah yang tidak disebutkan namanya.
Namun, dengan siswa yang rajin dan pekerja keras, mereka bersedia bekerja ekstra untuk memastikan bahwa mereka terus menerima pendidikan, terlepas dari keadaan.
Advertisement
Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang