Bupati Purworejo Panggil Pimpinan Keraton Agung Sejagat

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 14 Januari 2020 15:00
Bupati Purworejo Panggil Pimpinan Keraton Agung Sejagat
Tidak ada sejarah yang cocok.

Dream - Bupati Purworejo, Agus Bastian, akan memanggil pemimpin Keraton Agung Sejagat, Kanjeng Sinuwun Totok Santosa Hadiningrat. Dia akan mengklarifikasi segala kegiatan keraton tersebut.

" Saya belum mengetahui jauh kelompok ini. Kita harus mengetahui kegiatan dan tujuan mereka apa? Apakah kegiatan budaya atau apa?" kata Agus, dikutip dari Purworejo24, Selasa 14 Januari 2020.

" Kalau kegiatan ini untuk menguri-uri (melestarikan) budaya atau menyambut tahun kunjungan wisata, saya setuju, bahkan perlu didorong," ujar dia.

Agus meminta masyarakat agar jangan menghakimi dan melarang kegiatan organisasi ini.

" Kita juga akan melakukan pemanggilan kepada mereka, klarifikasi sebetulnya kegiatan apa. Nanti Kesbangpol yang akan memanggil mereka," ujar dia.

 

1 dari 4 halaman

Sementara itu, sejarawan dan budayawan Purworejo, Soekoso DM, mengatakan, sejarah yang disampaikan kelompok tersebut agak rancu. Soekoso menyebut klaim itu harus dibuktikan dengan literatur yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

" Ya itu harus ada bukti yang kuat atau dasarnya apa perjanjian yang sudah disebutkan, kalau dasarnya saja sudah tidak jelas seperti ini ya tidak bisa diterima masyarakat," kata Soekoso.

Dia mengatakan, membandingkan Keraton Agung Sejagat yang baru muncul tersebut dengan sejarah Nyai Bagelen saja yang sudah dimaklumi masyarakatnya Purworejo. Dia menyebut, sejarah Nyai Bagelen masih kurang kuat secara akademis karena literaturnya kurang.

" Legenda Nyai Bagelen saja yang memang sudah sangat mashur belum kuat secara akademis kok, apalagi keraton tersebut. Ini sedikit rancu bahwa kalau dikatakan Imperium Kerajaan Majapahit runtuh tahun 1518," kata dia.

2 dari 4 halaman

Keraton Agung Sejagat Bikin Heboh Purworejo

Dream - Warga di Desa Pogung, Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo dihebohkan dengan kemunculan keraton. Namanya, Keraton Agung Sejagat atau World Empire.

Keraton ini menunjukkan eksistensinya dengan menggelar Wilujengan dan Kirab Budaya sebagai upacara penyambutan maharaja yang kembali di Tanah Jawa.

Dilaporkan Purworejo24, pemimpin Keraton Agung Sejagat, Kanjeng Sinuwun Totok Santosa Hadiningrat menggelar kirab budaya yang berlangsung sejak 10 hingga 12 Januari 2020 di Ndalem Poh Agung.

Kirab dilakukan dalam rangka menyambut kedatangan maharaja yang kembali setelah perjanjian 500 tahun.

" Wilujengan Keraton Agung Sejagat adalah menyambut kedatangan Sri Maharatu Jawa kembali ke tanah Jawa setelah perjanjian 500 tahun. Terhitung sejak hilangnya kemaharajaan nusantara yaitu imperium Majapahit pada tahun 1518 sampai tahun 2018," kata Totok.

3 dari 4 halaman

Penguasa Terakhir Imperium Majapahit?

Ditemani sosok yang diklaim sebagai ratu, Dyah Gitarja, Totok mengatakan, perjanjian 500 tahun itu digelar Dyah Ranawijaya.

Sosok itu diklaim sebagai penguasa terakhir imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang-orang barat di Malaka pada 1518.

Menurut Totok, sudah saatnya kekuasaan agung yaitu bangsa Jawa membawa zaman yang penuh kesengsaraan dan perbudakan, ke zaman penuh kebahagiaan dan kemuliaan. Totok mengaku memiliki trah Wangsa Sanjaya.

" Kami akan membebaskan seluruh umat manusia dari perbudakan global yang dijalankan oleh sistem jahat yang disebut Bank Central," kata dia.

4 dari 4 halaman

Keraton Sejagat untuk Perbaikan?

Dia mengatakan, keberadaan Keraton Agung Sejagat akan memperbaiki kemerosotan sistem dunia yang meliputi kedaulatan, sistem bernegara dan sistem pemerintahan.

" Pola pikir manusia dalam bidang, ideologi, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan militer yang akan kita benahi," ucap dia.

Warga Terganggu

Meski berdiri, warga setempat membantah jejak keraton di area tempat tinggalnya.

" Tidak ada keraton. Dari dulu adanya keraton jin di belakang sana, kami merasa sangat terganggu, karena kegiatan mereka itu tengah malam nyanyi-nyanyi sambil tepuk tangan. Jadi suaranya membuat warga terganggu, sudah saya ingatkan tiga kali itu," ucap Jumeri, warga setempat.

Beri Komentar