Bye-Bye K-Pop di Afghanistan! Gadis ARMY Bakar Album BTS Akibat Takut Taliban

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 24 Agustus 2021 14:00
Bye-Bye K-Pop di Afghanistan! Gadis ARMY Bakar Album BTS Akibat Takut Taliban
Mereka takut berurusan dengan Taliban karena mengidolakan musik mainstream.

Dream - Pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh kelompok Taliban menyisakan banyak kisah duka. Bukan damai yang terjadi, malah muncul ketakutan demi ketakutan.

Seorang gadis 18 tahun mengaku terpaksa menyembunyikan, bahkan sampai membakar, album musik idolanya, BTS. Sebagai ARMY (fans BTS), dia mengaku takut berurusan dengan Taliban karena mengidolakan grup vokal pria asal Korea Selatan itu.

" Situasi kami memaksa kami untuk membakar atau menyembunyikan foto dan album BTS kami," ujar gadis tersebut saat diwawancara JTBC News.

Di masa lalu, Taliban tidak mengizinkan masyarakat mendengarkan musik mainstream. Warga Afghanistan kala itu hanya boleh mendengarkan musik yang diakui Taliban.

1 dari 4 halaman

Tak Lagi Bebas

Gadis lain mengaku terkejut ketika Taliban menguasia kotanya. Dia mengaku takut mendengar kabar Taliban akan menculik para gadis seusianya.

" Saya takut mendengar Taliban menculik gadis-gadis. Sejak Taliban mengambil alih, saya tinggal di rumah," kata dia.

Dia juga bercerita harus selalu hati-hati, bahkan sekadar untuk melihat ke luar jendela. Dia kini tak lagi bisa mendengarkan musik yang sering diputar di jalanan.

" Saya tidak bisa lagi mendengar musik yang saya dengar di jalanan sebelum Taliban mengambil alih. Saya hanya mendengar musik aneh Taliban sepanjang hari," kata dia.

Dia pun meminta perhatian dunia atas apa yang terjadi di Afghanistan saat ini. " Semua orang melihat kami mati, saya berharap komunitas internasional tidak meninggalkan Afghanistan sendirian," kata dia, dikutip dari Koreaboo.

2 dari 4 halaman

Kabur dari Rezim Taliban, Wanita Afghanistan Lahirkan Bayi di Pesawat

Dream - Penumpang pesawat militer AS penuh sesak para pengungsi Afghanistan menuju ke pangkalan udara di Jerman. Bersama keluarga masing-masing, mereka berbondong-bondong melarikan diri dari Taliban.

Dilansir Daily Star, seorang wanita Afghanistan dikabarkan melahirkan bayi di sebuah pesawat militer Amerika beberapa saat setelah mendarat di Jerman.

Pengungsi itu terasa akan melahirkan saat pesawat yang ditumpanginya dengan penuh sesak itu hampir mendekati pangkalan udara AS Ramstein di barat daya Jerman.

Kemudian sang pilot diberitahu kondisi wanita tersebut. Lantas ia menerbangkan pesawat di ketinggian yang lebih rendah untuk mendapatkan lebih banyak oksigen.

Awak pesawat pun juga menghubungi tenaga medis di negara tujuan untuk mempersiapkan diri menolong wanita tersebut saat tiba di pangkalan udara.

3 dari 4 halaman

Proses Evakuasi

Ilustrasi

Segera setelah pesawat berhasil mendarat, petugas medis langsung menuju ke pesawat dan membantu wanita untuk melahirkan bayinya. Akhirnya wanita itu melahirkan bayi perempuan dengan selamat.

Komando Mobilitas Angkatan Udara memuji keputusan pilot untuk menurunkan pesawat agar mendapatkan oksigen yang lebih banyak sebagai penyelamatan nyawa bayi tersebut, karena sang ibu mengalami komplikasi. Komando Mobilitas menggambarkan proses penyelamatan wanita itu berlangsung aman dan lancar.

" Setelah mendarat, Penerbang dari MDG ke-86 naik dan mengantarkan anak itu di ruang kargo pesawat. Bayi perempuan dan ibunya dievakuasi ke fasilitas medis terdekat dan dalam kondisi baik," kata mereka dalam pernyataan tertulis.

Tampak dari gambar, setelah pendaratan pesawat, terlihat wanita yang mau melahirkan itu dievakuasi menggunakan tandu.

4 dari 4 halaman

Ribuan Warga Afghanistan Mengungsi

Diketahui, Pangkalan Udara Ramstein di Rhineland akan menampung 7.500 pengungsi Afghanistan dari sekitar 17.000 yang dievakuasi oleh AS sejak konflik yang dimulai awal bulan Agustus ini.

Sementara itu, Pemerintah Inggris mengumumkan akan menerima maksimal 20.000 pengungsi Afghanistan dalam beberapa tahun mendatang.

Sedangkan Maskapai penerbangan komersial Amerika sedang menunggu pengumuman dari Pentagon untuk membantu menampung para pengungsi Afghanistan ke pangkalan udara AS.

Pasalnya program Armada Udara Cadangan Sipil Dunkirk yang dimanfaatkan oleh Departemen Pertahanan terakhir kali menampung ribuan orang Amerika yang terdampar di luar negeri saat pandemi virus corona bermula pada Maret 2020.

Sehingga program ini bisa diterapkan kembali untuk menampung para pengungsi Afghanistan yang melarikan diri dari Kabul. Para pengungsi tersebut sangat ketakutan karena telah menyaksikan pertempuran sengit dan kekacauan di hari-hari sebelumnya.

Awal pekan ini, mantan kolonel Angkatan Darat Inggris Richard Kemp memperingatkan tentara Inggris dan pasukan Taliban bisa bermediasi dalam konfrontasi bersenjata dalam waktu dekat.

" Situasi di mana Anda akan melihat pejuang Taliban dan tentara Inggris dalam jarak dekat dalam situasi yang bergejolak seperti itu dapat mengakibatkan semacam insiden yang tidak direncanakan, itu tidak diharapkan tetapi terjadi begitu saja," ujar Richard Kemp.

" Jadi saya pikir terjadi sesuatu yang serius di antara kedua belah pihak. Kesabaran mereka hanya akan bertahan untuk jangka waktu tertentu," pungkasnya.

Beri Komentar