Cerita Adriel, Pemuda Indonesia Yang Jadi Santri Di Amerika Serikat (Foto: Voaindonesia.com)
Dream - Menikmati kehidupan pondok pesantren tak hanya dirasakan di Indonesia saja. Tetapi bisa juga dilakukan di negara dengan minoritas muslim, seperti Amerika Serikat (AS).
Seperti dilakukan pemuda Indonesia yang menjadi santri di pondok pesantren ‘Isabet Academy’ di Levittown, Pennsylvania. Ini adalah pesantren yang asli didirikan oleh warga AS.
Pemuda itu adalah Adriel Zakaria Locke, yang menjalani kehidupan remajanya jauh dari kata main dan main. Dia lebih memilih mempelajari Islam.
Meskipun awalnya hanya karena perintah sang ibu. Namun, kini Adriel tahu makna dan harapan dari ibunya. Kenapa ia harus menjadi santri walaupun hidup di negara minoritas muslim.
Pondok pesantren Isabet Academy adalah sebuah pusat pendidikan yang dikelola oleh United American Muslim Association. Ada 90 siswa yang terdiri dari kelas 5 hingga 12 dengan latar belakang keturunan berbeda. Termasuk Adriel seorang diaspora Indonesia.
“ Selain belajar Quran, Fiqih dan tata bahasa Arab, siswa juga belajar akhlak Islam sesuai sunnah,” kata perwakilan dari Isabet Academy.
Pondok pesantren ini seperti jawaban untuk ibu Adriel, Siti Sahroh, yang sudah lama ingin menyekolahkan anaknya dengan pendidikan umum serta agama Islam sekaligus. Menurutnya, pendidikan agama di madrasah setiap minggu tidaklah cukup.
“ Penginnya mereka basic-nya tuh kuat lah, sebelum mereka nanti college. Intinya itu mumpung mereka belum dewasa, ilmu agamanya udah cukup, untuk keluar nantinya,” kata Siti.
Untuk membujuk anaknya pindah dari sekolah umum ke pondok memang tidak mudah. Ia hanya bisa bersyukur ke Allah, ketika Adriel mau menuruti permintannya.
“ Saya ingat pertama dia tidak mau kesana, terus akhirnya dia yang mau melanjutkan, terus alhamdulillah dapat baca Alquran,” lanjut Siti.
Adriel yang sudah bersekolah di Isabet Academy sejak 2019, ternyata memang semakin mendalami agama Islam. Bahkan ia bisa melantunkan ayat suci Alquran dengan merdunya.
“ Saya tak akan bilang saya orang yang sempurna, ada saatnya saya merasa kehilangan kegembiraan sebagai remaja seperti yang dianggap orang,” kata Adriel.
Meskipun menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja pada umumnya. Di negeri Paman Sam itu Adriel tetap senang untuk melanjutkan pendidikan di pesantren dan tetap menikmati waktu bersama temannya.
“ Saya juga akan tetap melanjutkan kuliah. Hanya sekarang saya belajar tentang Islam dulu,” sambung Adriel.
Saat membagikan ceritanya ini, Adriel saat itu memasuki tahun ke-3 dan masih berusia 17 tahun. Ia berpindah dari SMA umum lalu ke Isabet Academy.
Adriel mengungkapkan, kehidupannya di AS sebagai muslim yang terkadang terpisah dengan agama, menjadi alasannya untuk mempelajari agama Islam lebih dalam.
“ Saya merasa hidup di AS sebagai Muslim muda kerap terpisah dengan agama, jadi saya ingin lebih mempelajarinya. Saya bangga menjadi seorang Muslim,” ujar Adriel.
Rencananya Adriel akan meneruskan 2 tahun pendidikannya di negara beribukota Ankara, yakni Turki. Selain itu, adiknya yang bernama Aisyah juga mengikuti jejaknya untuk menimba ilmu di Isabet Academy.
Sumber: voaindonesia.com
(hud)