Dream – Kisah tentang Nabi Musa alaihissalam yang paling terkenal adalah kemampuannya membelah laut merah saat menghadapi Raja Firaun. Perjuangan Nabi Musa ini banyak terdokumentasi di dalam Al-Quran.
Nabi Musa mendapat pertolongan dari Allah SWT sehingga bisa lolos dari kejaran tentara Firaun yang bengis. Pertolongan Allah itu diturunkan dalam wujud mukjizat melalui tongkat yang dibawa Nabi Musa.
Saat dalam kejaran Firaun, Nabi Musa menemui jalan buntu. Di depan terbentang lautan luas, sementara di belakang ada tentara Firaun yang semakin mendekat.
Dengan izin Allah, Nabi Musa memukul tongkatnya sehingga lautan yang terbentang di depannya terbelah. Alhasil, Nabi Musa dan para pengikutnya bisa melewati jalan di tengah lautan yang terbelah itu.
Namun ketika bala tentara Firaun ikut melintas di lautan, Nabi Musa yang sudah berada di daratan bersama pengikutnya memukul tongkanya lagi sehingga lautan kembali menyatu. Pasukan Firaun pun ikut tenggelam bersama menyatunya laut merah itu.
Inilah mengapa kekuatan doa Nabi Musa saat menghadapi Firaun sangat dahsyat sekali. Doa Nabi Musa saat menghadapi Firaun ini bisa kita amalkan untuk memohon pertolongan Allah agar dibantu keluar dari kesulitan yang melanda.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
" Maukah kamu semua aku ajarkan sebuah kalimat yang diucapkan Nabi Musa AS ketika melintasi lautan bersama Bani Israil?"
Kami semua menjawab, " Baik Ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah SAW bersabda: " Ucapkanlah kalimat '
Allahumma lakal hamdu wa ilaikal musytaka wa Antal musta'aan wa laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim'.
Doa Nabi Musa saat menghadapi Firaun tersebut dapat kita jadikan amalan untuk keluar dari kesulitan hidup.
Jadi alih-alih kita mengadu kepada manusia, sebaiknya langsung mengadu kepada Allah Yang Maha Esa.
Rasulullah SAW pernah bersabda: " Barang siapa yang pada waktu pagi hari (memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan hidupnya, maka seakan-akan ia telah mengadukan Tuhannya" .
Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Nashoihul 'Ibad menyatakan, pengaduan selayaknya hanya ditujukan kepada Allah. Sebab mengadu kepada manusia hanya menunjukkan tidak adanya ridha dengan pembagian takdir dari Allah SWT.
Senada dengan hal itu, Al-A'masy berkata, " Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat itu sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al-Kufy. Barang siapa pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya."
Maksud dari pernyataan itu, bahwa kita sejatinya tidak pantas untuk bersedih hanya perkara duniawi. Sebab hal ini membuktikan bahwa ia tidak ridho dengan takdir Allah dan tidak bersabar atas cobaan-Nya serta tidak beriman dengan kekuasaan-Nya.
Bahkan dijelaskan bahwa apa yang terjadi di dunia adalah atas qadha Allah SWT. Apabila seseorang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah dua per tiga agamanya.
Jadi perlu dipahami, bahwa penghormatan manusia kepada orang lain dilakukan karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, berarti ia telah menyia-nyiakan ilmu dan amal shaleh.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur