Kehadiran kecerdasan buatan (AI) masih menimbulkan kekhawatiran di kalangan manusia, terutama terkait dengan lapangan pekerjaan.
Menurut Organization for Economic Co-operation and Development, sekitar 27 persen dari seluruh pekerjaan yang memerlukan keterampilan dapat diotomatisasi menggunakan AI.
Namun siapa sangka bahwa negara maju seperti Jepang menggunakan robot AI untuk ritual agama? Berikut kisah dan fakta menarik selengkapnya!
Merujuk pada laporan dari IndianExpress pada Kamis (3/8), profesi yang dimaksud adalah posisi rohaniawan. Tidak dapat dipungkiri bahwa robot dan program kecerdasan buatan (AI) mulai merambah ke wilayah yang dianggap suci dalam konteks keagamaan.
Meskipun AI mulai terlibat dalam ranah upacara ritual, setiap kelompok agama masih memandang pentingnya peran manusia sebagai pemandu dalam menyalurkan keyakinan kepada Tuhan.
Menariknya, hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Experimental Psychology menunjukkan bahwa adanya kecerdasan buatan justru cenderung merusak kredibilitas dan mengurangi sumbangan yang diberikan kepada kelompok agama.
Sebuah robot humanoid yang diberi nama Mindar terdapat di kuil Buddha Kodai-Ji di Kyoto, Jepang. Robot ini dilengkapi dengan wajah silikon yang menyerupai manusia, memiliki kemampuan bibir bergerak, dan mata yang dapat berkedip.
Robot ini difungsikan untuk memberikan khotbah Sutra Hati selama 25 menit, mengenai filosofi Buddha, sambil menampilkan pertunjukan lampu dan suara yang mendukung.
Dibuat pada tahun 2019 oleh tim robotika Jepang yang bekerja sama dengan kuil tersebut.
Hasil survei yang melibatkan 398 jemaah menunjukkan bahwa sejumlah orang memutuskan untuk meninggalkan kuil setelah mendengar doa yang diucapkan oleh robot. Jemaah kuil merasa bahwa kehadiran robot Mindar kurang meyakinkan dan ini berdampak pada penurunan sumbangan yang diberikan kepada kuil.
Robot Humanoid ini juga ada di Kuil Tao, Singapura. Hasilnya pun sama. Setengah dari 239 jemaah mendengar khotbah, sedangkan setengahnya lagi memilih mendengarkan pendeta manusia. Mereka percaya bahwa doa robot tidak akan terkabul.
Meskipun demikian, salah satu niat dalam memperkenalkan Mindar ke kuil Kodai-Ji adalah untuk menarik perhatian orang-orang muda agar kembali tertarik dan mengamalkan agama.
Menurut survei Pew Research Center yang dipublikasikan pada tahun 2018, terdapat fakta mengejutkan yang menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung tidak mengidentifikasi diri dengan kelompok agama dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua.
Survei ini melibatkan 41 negara, dan kesimpulannya adalah bahwa rohaniawan telah menjadi model budaya.
Mereka tidak hanya menyampaikan ajaran keimanan, tetapi juga merepresentasikan prinsip-prinsip beragam dan memberikan legitimasi. Oleh karena itu, terlihat sulit bagi kecerdasan buatan untuk menggantikan peran profesi ini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN