Jadi Sorotan Dunia, Prajurit TNI Hadang Tank Israel di Perbatasan Lebanon

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Jumat, 19 Juni 2020 13:30
Jadi Sorotan Dunia, Prajurit TNI Hadang Tank Israel di Perbatasan Lebanon
prajurit TNI yang gagah berani dan bernyali besar itu mampu membuat tentara Israel mengurungkan niat bertempurnya melawan Lebanon.

Dream - Nyali Tentara Nasional Indonesia memang patut diacungi jepol. Bagaimana tidak, baru-baru ini tersebar sebuah video yang memperlihatkan seorang prajurit TNI gagah berani hendak mengagalkan perang. Keberanian prajurit ini pun jadi sorotan dunia.

Prajurit TNI yang diketahui tergabung dalam Kontingen Garuda XXIII-M/United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL) tersebu terlihat berada di depan tank Israel untuk putar balik.

Di belakang prajurit TNI tersebu terlihat beberapa tentara lain yang sedang memanggul senjata mortir.

1 dari 7 halaman

Gagalkan Perang Israel-Lebanon

TNI

Aksi heroik tersebut sukses membuat tank Israel putar balik dan konfrontasi senjata antara Israel dan Lebanon pun tak terjadi.

Kejadian ini kemudian jadi sorotan masyarakat dunia, sebab prajurit TNI bernyali besar itu mampu membuat tentara Israel mengurungkan niat bertempurnya melawan Lebanon.

2 dari 7 halaman

Jadi Sorotan Publik

Aksi prajurit gagah berani tersebut terekam dalam video yang diunggah oleh Lebanese Army.

Dalam video yang diunggah ke Instagram oleh akun @lebanese.army_ terlihat prajurit TNI itu sangat tenang. Dia menghadang tank Merkava tentara Israel yang berupaya melewati  batas kedua negara di Blue Line atau garis biru perbatasan wilayah Adisa, Selatan Lebanon.

Untuk diketahui, prajurit TNI memang ditugas PBB untuk mengawasi area perbatasan Israel dan Lebanon. Area Blue Line sendiri merupakan demarkasi perbatasan geopolitik yang telah ditetapkan PBB sejak tahun 2000.

Sumber: Makassar Terkini

instagram @lebanese.army

3 dari 7 halaman

Kisah Dokter Arab Penolong Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Israel

Dream - Khitam Hussein adalah seorang dokter Arab yang memimpin unit penanggulangan wabah virus corona di Rumah Sakit Rambam, Bat Galim, Haifa, Israel Utara.

Dia bekerja di garis depan dalam melawan pandemi virus corona sejak wabah tersebut mulai merebak di Israel pada awal Februari lalu.

Sebagai kepala unit penanggulangan wabah virus corona di rumah sakit terbesar di Israel Utara, Khitam bekerja selama 12 jam setiap hari dalam beberapa bulan terakhir.

" Ini merupakan pekerjaan yang sangat sulit, tidak seperti hari-hari biasanya. Kehidupan kami benar-benar kacau," kata Khitam.

4 dari 7 halaman

Tidak Pernah Bertemu Ibu Lagi

Khitam dibesarkan di timur laut kota Israel Rameh yang sebagian besar penduduknya adalah warga Arab. Sekarang dia tinggal di kota Karmiel, hanya 30 menit berkendara dari Haifa, kota terbesar ketiga di Israel.

Atas kemauan sendiri, Khitam menjauhkan diri dari keluarga besarnya selama dua bulan terakhir. Salah satu yang dijauhinya adalah ibu kandungnya.

Khitam menjauhkan diri dari keluarga karena takut menularkan virus corona ke mereka setelah bekerja 12 jam di ruang isolasi di RS Rambam.

 

 

5 dari 7 halaman

Menjaga Agar Keluarga Tak Tertular Virus Corona

Namun Khitam masih tinggal di rumah bersama suami dan dua putrinya. Meski begitu, shift setengah hari di rumah sakit jadi beban dirinya untuk berkumpul dengan mereka.

Setibanya di rumah, Khitam segera mencuci tangan, mandi dan ganti baju sebelum menemui putrinya. Khitam mengambil setiap tindakan pencegahan sebelum dia berinteraksi dengan orang yang dicintainya.

" Saya sering pulang terlambat ketika mereka sudah tidur, tetapi kadang-kadang mereka menunggu saya. Saya tidak bisa membayangkan betapa saya merindukan mereka (ketika di rumah sakit)," kata Khitam.

6 dari 7 halaman

Sebuah Keputusan yang Sulit

Khitam menjelaskan bahwa hampir tidak mungkin baginya untuk membuat keputusan untuk melakukan hal yang sama. Tidak pulang sama sekali, dan meninggalkan suami serta anak-anaknya untuk jangka waktu yang tidak diketahui.

Karena tidak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan mereda dan betapa mereka sudah merindukan satu sama lain.

7 dari 7 halaman

Sedih Tinggalkan Anak yang Masih Kecil-kecil

Khitam memiliki dua anak perempuan yang masih kecil. Di usia 8 dan 10 tahun, kedua putrinya sangat membutuhkan perhatiannya.

Karena itu, Khitam terkadang merasa sedih akibat sering meninggalkan kedua putrinya untuk bekerja merawat pasien Covid-19.

" Putri bungsu saya pernah menelepon saya saat saya di rumah sakit. Dia bilang 'Aku rindu Mama, kapan Mama pulang?'. Untuk beberapa menit saya serasa mau pingsan, tapi saya berusaha menguatkan diri dan kembali bekerja," pungkas Khitam.

Sumber: Jerussalem Post

Beri Komentar