Warga Palestina Di Gaza Selamat Dari Serangan Brutal Israel
Dream - Setiap kali tentara Israel akan menyerang satu wilayah di Jalur Gaza, Palestina, mereka selalu mengatakan telah menyuruh penduduk sipil wilayah itu untuk mengungsi. Memang mudah bagi zionis Israel berbicara seperti itu, tapi bagaimana dengan warga Gaza? Mereka sudah menganggap tidak ada tempat yang aman untuk mengungsi.
Tempat penampungan pengungsi di bawah kendali PBB yang seharusnya aman justru bukan menjadi jaminan. Masalahnya, sebuah penampungan pengungsi PBB dibom oleh Israel sebelumnya. Banyak warga Gaza mengungsi dengan kerabat, tapi jika jumlahnya besarnya maka wilayah pengungsian yang dianggap aman bakal cepat penuh sesak.
Perdana Menteri Inggris David Cameron pada 2010 menyebut Gaza seperti " sebuah penjara terbuka" yang mendapat reaksi keras dari Israel. Namun pada kenyataannya, sebagian besar warga Gaza secara efektif memang terpenjara karena tidak dapat mendapatkan status pengungsi internasional.
Jalur Gaza yang sudah sempit merupakan wilayah dengan penduduk paling padat di dunia. Gaza dikelilingi dinding beton dan pagar di sepanjang perbatasan utara dan timur dengan Israel. Sementara sebelah selatan berbatasan dengan Mesir.
Jalur keluar masuk Gaza dikontrol ketat oleh Israel. Bahkan dalam beberapa tahun, negara zionis itu hanya mengizinkan sangat sedikit warga Gaza untuk memasuki wilayahnya. Israel berdalih menjaga keamanan wilayahnya dari pelaku bom bunuh diri dan militan lainnya dari Gaza. Pembatasan selama bertahun-tahun itu telah merugikan warga Palestina baik dalam bidang pekerjaan, pendidikan dan perjalanan.
Mesir juga sangat membatasi kemampuan warga Gaza untuk melakukan perjalanan ke wilayahnya. Tahun ini, Mesir membuka perbatasan selama 17 hari saja. Dan selama pertempuran antara Israel dan militan Hamas yang mengontrol Gaza baru-baru ini, hanya mereka yang memiliki paspor Mesir atau asing atau mendapat izin khusus yang diperbolehkan untuk keluar Gaza.
Bahkan Laut Mediterania di sebelah barat tidak memberikan jalan keluar. Israel melarang kapal dan perahu dari Gaza untuk berlayar lebih dari tiga mil laut dari lepas pantai. Dan Gaza, yang wilayah udaranya dikontrol oleh Israel, tidak memiliki bandara.
Sementara tiga juta warga Suriah bisa meninggalkan negara mereka selama perang di sana namun tidak demikian dengan warga Gaza. Jumlah pengungsi yang mencapai 1,7 juta jiwa yang bergerak menjauhi wilayah konflik harus rela berdesakan dengan jantung kota Gaza yang memang sudah padat.
Keluarga Attar dari Gaza utara, misalnya, mereka terpaksa berdesakan dalam satu ruang kelas di sebuah sekolah yang dikelola PBB. Jumlah keluarga yang mencapai 27 orang membuat ruang kelas itu terlihat kumuh karena difungsikan juga sebagai tempat jemuran.
Sebelumnya, mereka mengungsi ke rumah seorang kerabat, di mana 34 orang terbagi dalam dua kamar. Setelah itu mereka mencoba untuk mencari apartemen, tapi tidak ada yang gratis. Mereka mendambakan gencatan senjata sehingga mereka bisa pulang. Bahkan di pusat kota yang dianggap " relatif" aman telah terjadi beberapa serangan mematikan di siang hari, termasuk satu yang menewaskan empat anak.
Menurut Maissa Al-Attar, yang menjadi masalah pengungsi di Jalur Gaza adalah ketika melarikan diri dari serangan Israel, mereka masih tetap saja di Jalur Gaza dan tetap mengalami serangan lainnya.
Faktor lain adalah pada umumnya warga Gaza memiliki anggota keluarga yang banyak. Setengah dari mereka adalah anak-anak, jadi tidak mudah bagi sebuah keluarga untuk mengungsi dengan cepat. Selain itu, para keluarga di Gaza sangat terikat pada lingkungan mereka dan kurang bisa beradaptasi di lingkungan yang baru.
(Sumber: New York Times)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik