Calon Presiden AS Joe Biden (Shutterstock.com)
Dream - Joe Biden akhirnya memenangi Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020 dan akan menduduki kursi Presiden AS ke-46. Biden berhasil mengalahkan kandidat petahana, Donald Trump.
Berakhirnya penghitungan suara di Pennsylvania menjadi tonggak kemenangan Biden. Setelah penghitungan suara yang panjang dan melelahkan, Biden meraih 20 suara di Pennsylvania.
Data perhitungan Assosiated Press pada Sabtu, 7 November 2020 pukul 11.25 siang waktu setempat, 99 persen suara telah dihitung dan hasilnya, biden mendapatkan 284 suara. Dengan tambahan suara dari Pennsylvania, Biden berhasil melewati Electoral Vote yang ditetapkan sebesar 270 suara.
Kemenangan juga diraih Biden di Nevada. Dari negara bagian itu, Biden mendapatkan 6 suara, sehingga total perolehannya sebanyak 290 suara, meninggalkan Trump jauh dengan 214 suara.
" Dalam menghadapi rintangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, rekor jumlah orang Amerika yang memberikan suara, membuktikan sekali lagi bahwa demokrasi berdetak jauh di jantung Amerika," ujar Biden dalam pernyataannya setelah hasil diumumkan.
Dengan hasil yang sudah ada, Biden menyerukan rakyat Amerika untuk menghentikan kemarahan dan retorika perdebatan. Dia pun mengajak semua orang untuk bersatu.
" Sudah saatnya Amerika bersatu dan pulih," kata Biden.
Dengan memilih Biden, rakyat Amerika telah mengganti seorang pengusaha real estate dan bintang televisi yang sebelumnya tak pernah punya pengalaman politik dengan veteran Washington yang telah berpengalaman selama lebih dari 50 tahun dan sudah dua kali gagal jadi presiden.
Trump adalah inkumben pertama yang gagal terpilih kembali sejak 1992 setelah Bill Clinton dikalahkan George HW Bush. Alih-alih menerima hasil Pilpres secara damai, Trump menolak untuk menyerah dan mengancam membawa hasil tersebut ke pengadilan.
Kemenangan Biden didorong oleh kaum wanita dan masyarakat kulit berwarna yang selama empat tahun memberikan perlawanan kepada Trump, yang dinilai sebagai sosok penghancur norma-norma demokrasi dan memicu sentimen rasial dan budaya.
Tetapi, perpecahan tampaknya masih terjadi dengan unjuk rasa dari pendukung Trump yang terus menerus mengklaim pemilihan telah dicuri. Bagi para pendukungnya, Trump tetap dinilai sebagai presiden pembela hukum dan ketertiban.
Hasil ini juga menandai tonggak sejarah bagi Harris, 56 tahun, putri imigran Jamaika dan India. Harris akan menjadi wanita pertama dan wanita kulit berwarna pertama, yang menjabat sebagai Wakil Presiden.
Kehadirannya dalam pencalonan Demokrat merupakan balasan bagi Trump, yang menghabiskan empat tahun mengkambinghitamkan migran dan menyerang wanita dan komunitas kulit berwarna.
Hasilnya mengancam akan menimbulkan kekacauan di seluruh negeri, karena Trump dan kampanyenya terus membuat klaim tak berdasar atas penipuan pemilih dan berjanji untuk menantang hasil tersebut.
" Suara hukum menentukan siapa presiden, bukan media berita," kata presiden dalam sebuah pernyataan, yang dikirim saat dia bermain golf di lapangan golfnya di Virginia.
Sumber: The Guardian
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN