Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kebakaran lahan di kawah putih Ciwidey, Kabupaten Bandung, diperkirakan meluas. Sebanyak 15 hektar lahan diprediksi terancam akan terbakar.
Kondisi ini disebabkan kendala pemadaman api ditambah arah angin yang tidak bisa terprediksi.
" Kami terus berkoordinasi dengan BPBD setempat dan menunggu permintaan mereka dalam menangani kebakaran Kawah Putih. Dari BPBD Jabar ada empat personel yang turun ke lokasi kejadian," kata Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Supriyatno, Selasa, 8 Oktober 2019.
Dilaporkan Merdeka.com, dia menyatakan, kebakaran itu terjadi pada Senin, 7 Oktober 2019,sekitar pukul 14:00 WIB. Titik awal api diduga berada di kawasan Sunan Ibu.
Diduga kebakaran terjadi karena bara dari puntung rokok.
" Sampai saat ini, kebakaran ditaksir sudah menghanguskan lahan kurang lebih seluas 15 hektare," kata dia.
Dia mengakui belum bisa dipadamkan mengingat arah angin yang sulit diprediksi ditambah areanya berada di pegunungan. Petugas terus berupaya membuat parit dan melakukan penyiraman agar api tidak merembet ke lokasi lain.
" Maka itu, pemadaman paling efektif menggunakan helikopter yang membawa air dalam jumlah besar," ucapnya.
Supriyatno memastikan, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Tetapi, destinasi wisata Kawah Putih ditutup sementara dalam rangka kelancaran pengamanan dan pemadaman.
Laporan teraktual yang dia terima, kobaran api masih meluas di bagian barat Kawah Putih.
Dream - Kebakaran hutan yang melanda Sumatera dan Kalimantan tak hanya mengakibatkan kesehatan warga terdampak. Kebakaran hutan juga membuat sejumlah binatang keluar dari habitatnya.
Menurut warga Desa Bayas, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dua harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), yang tergolong langka, keluar dari habitatnya.
Menurut World Wildlife Fund (WWF) dan Global Tiger Forum, selama 2015, harimau Sumatera tersisa 192 ekor.
" Saya dapat laporan dari sejumlah warga, mereka melihat dua ekor harimau berlari keluar dari hutan. Mungkin karena sudah panas di dalam hutan yang terbakar," kata Riswanto, diakses dari Merdeka.com, Senin, 23 September 2019.
Riswanto mengingatkan, warga yang berada di lokasi kebakaran untuk berhati-hati. Sebab, lokasi kebakaran lahan merupakan area dan jalur perlintasan harimau Sumatera.
Selain warga, dia juga meminta petugas pemadaman kebakaran hutan untuk berhati-hati.
" Iya kami tetap waspada, karena yang dihadapi adalah hutan. Kita enggak tahu rimba apa saja isinya. Tapi tujuan kami niat baik memadamkan api," kata dia.
Riswanto juga tak lepas berdoa kepada Tuhan saat akan melakukan pemadaman api. Apalagi pemadaman dilakukan di hutan.
" Dalam hati minta izin aja sama penghuni hutan, agar izinkan kami membantu memadamkan api," ucap dia.
(ism, Sumber: Merdeka.com/Abdullah Sani)
Dream - Bayi belum bernama di Pekanbaru itu usianya baru tiga hari. Dokter menyatakan bayi seberat 2,8 kilogram itu meninggal dunia pada Rabu, 18 September 2019.
Diagnosa dokter, bayi itu sesak napas dan terkena virus akibat asap kebakaran hutan.
" Seteleh diperiksa, dokter bilang anak saya terdampak virus karena asap. Sesak napas," kata ayah korban Evan Zendrato, dilaporkan Merdeka.com, Kamis, 19 September 2019.
Evan dan istrinya, Lasmayani, tak dapat menyembunyikan kesedihan.
Evan bercerita, sempat berusaha membawa anak semata wayangnya ke Rumah Sakit Syafira Pekanbaru. Tapi, di tengah perjalanan, sang bayi meninggal dunia.
Evan mengatakan, anaknya lahir secara normal di klinik dekat kediamannya di Jalan Lintas Timur, Kilometer 17, RT 02 RW 04, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Senin, 16 September 2019, pukul 16.00 WIB.
" Istri dan anak saya dinyatakan sehat oleh bidan. Sempat menginap di klinik itu selama satu malam," ucap di.
Esok harinya, bayi itu dibawa pulang ke rumah. Tapi, pada Selasa, 17 September 2019, kabut asap pekat melanda Kota Pekanbaru berkategori berbahaya untuk dihirup.
Bayi itu mulai batuk dan demam panas hingga mencapai 40 derajat Celcius. Merasa khawatir, Evan kembali menghubungi bidan untuk menangani bayinya.
Bidan sempat memberikan obat penurun panas. Di saat kondisi sang bayi memburuk, Ervan dan istrinya juga mengalami batuk sambil menjaga anaknya. Mereka rela tak tidur demi menjaga bayinya.
" Kamis pagi, saya telepon bidan. Lalu ketika bidan datang, cek suhu bayi panas, pertama 40 lalu di kompres biar demam turun dikasih obat hasilnya juga turun," ucapnya.
Pada Rabu, kondisi bayi kembali memburuk. Bibir bayi itu menghitam serta demam meninggi. Suhu sang bayi mencapai 41 derajat Celcius. Bahkan bayi mengalami batuk dan pilek.
Dia pun kembali memanggil bidan untuk memberikan penanganan medis. Kemudian bidan meminta agar bayi tersebut dirujuk ke rumah sakit Syafira, di Jalan Jenderal Sudirman. Jarak rumah korban ke rumah sakit sekitar 40 menit.
" Kami terus berjalan sampai RS Syafira ditangani dokter sana. Sekitar 5 menit, kata mereka anak kami tak bisa diselamatkan. Orang rumah sakit bilang, anak kami kena virus kabut asap, pak," ucap dia.
Sumber: Merdeka.com/Abdullah Sani
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR