Muhammad Agung Wahyudi (Foto: Liputan6.com)
Dream - Berbicara mengenai permasalahan Pembejalaran Jarak Jauh (PJJ) memang tak ada habisnya. Dari keberadaaan sinyal hingga tidak memiliki smartphone, seakan menjadi permasalahan yang mengakar di dunia pendidikan di masa pandemi saat ini.
Seperti yang dialami Muhammad Agung Wahyudi, 16 tahun, siswa kelas X IPS2 SMA Negeri 1 Rongkop. Ia terpaksa nebeng temannya yang memiliki handphone, lantaran ia tidak memiliki handphone karena keterbatasan ekonomi.
" Ya mau bagaimana lagi. Kasihan simbah kalau meminta handphone," ujar Agung, dikutip dari Liputan6.com.
Agung mengatakan, saat ini ia hanya tinggal bersama kakek neneknya di Padukuhan Pringombo C, Kalurahan Pringombo Kepanewonan Rongkop. Ibunya sudah menikah lagi dan tinggal bersama suaminya di Kapenawonen Girisubo. Ayah kandungnya sudah meninggal sejak Agung berumur 6 tahun.
Beberapa kali ia sudah meminta kepada ibunya untuk membelikan ponsel karena selama ini memang kesulitan dalam belajar daring. Namun hingga saat ini, Ibunya belum juga membelikan ponsel walaupun bekas.
Agung sangat mengerti dengan kondisi ibunya saat ini sehingga tidak terlalu banyak menuntut.
" Ndak apa-apa, saya terpaksa nebeng teman tidak masalah," ungkapnya.
Kini ia seorang diri tinggal bersama kakek neneknya yang serba terbatas. Sementara sang ibunda masih harus membiayai sekolah dua adiknya yang juga masih kecil. Sehingga ia memaklumi jika sampai saat ini ibunya belum memenuhi permintaannya untuk dibelikan ponsel.
Beruntung ada temannya yang bersedia berbagi ponsel untuk mengerjakan tugasnya. Dan karena memiliki perasaan tidak enak harus menebeng temannya, ia juga urunan untuk beli paket data. Setiap minggu, dari usahanya menyisihkan uang jajan, Agung iuran Rp10 ribu untuk membeli paket data.
" Ndak enak kalau tidak bantu beli pulsa. Dia tidak minta sih, saya sendiri yang ngasih," ujar Agung.
Siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini hanya berharap pandemi Covid-19 segera usai. Ia tak mau banyak tuntutan kepada kakek dan neneknya.
" Ya bagaimana lagi, sekarang ya saya cuma nebeng hp temen, kadang ngasih sepuluh ribu seminggu untuk uang ganti kuota," tutur Agung.
Saat dikonfirmasi, Kepala SMAN 1 Rongkop Gunungkidul, Sariyah, mengatakan, hanya ada satu siswa di sekolahnya yang tidak memiliki ponsel pintar, yaitu Agung. Ia sendiri terpaksa meminta Agung datang ke sekolah untuk mendapatkan fasilitas laptop dari sekolah untuk mengerjakan PTS.
" Kami mengeluarkan opsi ini karena di lokasi rumahnya tidak ada sinyal, di sini kan ada wifi," jelasnya.
Sari mengatakan, selama pandemi ini pihaknya telah melakukan pembelajaran dalam jaringan dan luar jaringan. Pembelajaran dalam jaringan digunakan selama pandemi bagi siswa yang memiliki ponsel.
" Tapi di sekolah kami hanya ananda Agung yang tidak punya, kami dampingi jika ujian kami persilakan ke sekolah dengan protokol ketat, saya rasa tidak masalah ya karena di SE Gubernur juga gak masalah kalau ini mendesak," tandas Sari.
Sumber: Liputan6.com
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari