Kisah Pilu Bayi Udai Meninggal Akibat Kelaparan dan Perang....

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 30 Maret 2016 20:13
Kisah Pilu Bayi Udai Meninggal Akibat Kelaparan dan Perang....
Udai menderita gizi buruk. Dia tidak dapat makanan lantaran ASI ibunya berhenti 20 hari setelah melahirkan, sementara pasokan makanan sangat terbatas akibat perang.

Dream - Foto di atas adalah Udai Faisal. Usianya baru 5 bulan saat difoto pada Minggu, 20 Maret lalu dan dua hari setelahnya, Udai meninggal. 

Dua lengannya sudah seperti ranting kering. Pipinya tirus hingga terlihat tulang tengkoraknya, sedangkan matanya begitu kering.

Udai hanya satu dari sekian banyak konsekuensi perang di Yaman. Bayi mungil itu hanya mampu bertahan hidup selama lima bulan akibat malnutrisi.

" Dia tidak menangis dan tidak ada air mata, hanya ada kekakuan. Saya menjerit dan pingsan," ujar ibu Udai, Intissar Hezzam.

Banyak faktor yang membuat nasib Udai begitu tragis. Tetapi, semuanya menjadi semakin parah lantaran perang, yang pada akhirnya mengantarkan bayi tidak berdosa itu harus menghadap Sang Kuasa.

Keluarga Udai hidup dari uang pensiunan ayahnya, Faisal Ahmed, sebagai mantan tentara. Dengan uang sebesar 140 euro, setara Rp2,6 juta per bulan, Ahmed harus menghidupi istri dan sembilan anaknya yang berusia dua sampai 16 tahun.

Terkadang, Ahmed bekerja sebagai buruh bangunan, tetapi pekerjaan itu hilang saat perang terjadi. Lantaran harga makanan melambung tinggi dan pasokan yang terbatas, keluarga ini terpaksa makan sekali sehari, biasanya dengan roti dan yogurt serta kacang polong di hari baik.

Saat hari kelahiran Udai, pesawat tempur koalisi Saudi menggempur basis pertahanan kelompok pemberontak Houthi di distrik Hazyaz, kota gubuk di tepi selatan Sanaa. Peluru kendali menghantam rumah satu kamar yang mereka tinggali.

" Dia menjerit dan melahirkan bayi ketika bombardir mengguncang tempat itu," kata sang ayah.

....

1 dari 3 halaman

ASI Hanya 20 Hari

ASI Hanya 20 Hari © Dream

Dream - Hezzam hanya dapat memberikan ASI kepada Udai selama 20 hari saja. Tiba-tiba, ASInya berhenti karena Hezzam mengalami kekurangan gizi.

Di situasi begitu sulit itu, Hezzam tidak bisa mengurus dirinya. Dia bahkan harus mengumpulkan kayu bakar untuk bahan perapian sesaat setelah melahirkan Udai.

Seperti wilayah Yaman yang lain, listrik telah lama padam akibat serangan udara maupun kurangnya bahan bakar. Demikian pula dengan pasokan gas memasak.

" Setiap hari saya pergi ke tempat cukup jauh untuk mencari kayu dan membawa pulang dengan memanggul kayu tersebut di atas kepala," kata Hezzam.

Karena ASI sudah tidak keluar, keluarga ini beralih ke susu formula untuk memberi makan Udai. Tapi, susu formula ternyata juga tidak selalu tersedia dan tidak bisa selalu terbeli. Jadi, selama beberapa hari Udai minum susu formula dan kebanyakan minum air gula.

Truk tanki air kadang sampai ke daerah itu, namun sangat jarang. Hal ini memaksa keluarga Udai untuk menggunakan air tidak bersih.

 

2 dari 3 halaman

Air Bersih Jadi Barang Mewah

Air Bersih Jadi Barang Mewah © Dream

Dream - Di tahun lalu, sejumlah orang kehilangan akses terhadap air bersih. Jumlahnya meningkat dari 13 juta orang menjadi 19 juta lebih, hampir mendekati tiga perempat populasi Yaman.

Dalam waktu tiga bulan belakangan, Udai menderita diare. Ayahnya berusaha membawa Udai ke klinik setempat, tetapi mereka tidak ternyata juga tidak memiliki cadangan obat-obatan yang cukup.

Beruntung, setelah berusaha keras, pada 20 Maret Udai bisa dirawat di bagian gawat darurat Rumah Sakit Al Sabeen.

" Udai menderita gizi buruk, diare, dan infeksi dada," ujar Kepala Unit Gawat Darurat Saddam Al Azizi. Saddam memberikan antibiotik kepada Udai memasang selang di hidung bayi itu untuk saluran makanan.

Lengannya kejang-kejang, kaki keringnya bergerak, wajahnya kurus dan pucat. Saat menangis, dia akan mengalami dehidrasi akut untuk mengeluarkan air mata. Di usia lima bulan, berat badan Udai hanya 5,3 kilogram.

Grafik kesehatan Udai menunjukkan keterangan tidak stabil selama menjalani perawatan. Dan dua hari kemudian, tidak ada harapan bagi Udai sehingga orangtuanya membawanya pulang dan merelakan bayi itu meninggal.

Butuh waktu tiga jam untuk membawa pulang Udai dari rumah sakit. Dalam perjalanan pulang itulah, Udai meninggal. 

3 dari 3 halaman

Sebelum dan Sesudah Perang

Sebelum dan Sesudah Perang © Dream

Dream - Ahmed lalu menyalahkan serangan udara Saudi sebagai penyebab kematian anaknya,

" Ini sebelum perang terjadi," kata Ahmed sembari menggendong anak terkecilnya berusia dua tahun, Sehab. Dia ingin menunjukkan perbedaan kelahiran anak-anaknya sebelum dan sesudah perang terjadi.

Udai kemudian dimakamkan di kaki bukit terdekat. Ahmed membaca Alquran di dekat makam mungil anaknya yang hanya ditandai dengan batu.

" Kepada Allah kita bergantung," kata Ahmed.

(Ism, Sumber: metro.co.id)

Beri Komentar