Kisah Umar bin Khattab dan Ayat tentang Dihalalkannya Hubungan Suami Istri di Malam Ramadhan

Reporter : Widya Resti Oktaviana
Kamis, 30 Maret 2023 04:01
Kisah Umar bin Khattab dan Ayat tentang Dihalalkannya Hubungan Suami Istri di Malam Ramadhan
Pada awalnya hal itu tidaklah diperbolehkan, namun kemudian Allah SWT memberikan keringanan dan diturunkanlah ayat tersebut.

Dream - Di saat bulan Ramadhan, salah satu hal yang dilarang adalah melakukan hubungan suami istri. Namun, bukan berarti dilarang sepenuhnya. Ada ketentuan tersendiri untuk melakukan hubungan suami istri di bulan Ramadhan. Yakni pada malam hari di saat sedang tidak berpuasa.

Terkait dengan hubungan suami istri yang diperbolehkan pada malam Ramadhan ada hubungannya dengan kisah Umar bin Khattab. Pada awal diwajibkannya berpuasa, umat Islam hanya boleh melakukan hubungan suami istri di malam Ramadhan sebelum tidur.

Ketika sudah tidur, maka haram hukumnya menggauli istri meski mereka bangun sebelum fajar. Namun pada akhirnya Allah SWT memberikan keringanan dengan diperbolehkan melakukan hubungan suami-istri pada malam Ramadhan.

Lalu, bagaimana kisah Umar bin Khattab tentang melakukan hubungan suami istri pada malam Ramadhan hingga turun ayat Al-Qurannya? Berikut penjelasannya sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.

1 dari 1 halaman

Ayat Al-Quran tentang Hubungan Suami-Istri di Malam Ramadhan

Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim, dijelaskan bahwa di suatu malam pada bulan Ramadhan, Umar bin Khattab jarang tidur pada malam hari dan kemudian menggauli istrinya yang sudah tertidur.

Pengalaman tersebut sampailah pada Nabi Muhammad saw yang kemudia turun sebuah ayat tentang melakukan hubungan suami-istri di malam Ramadhan. Yakni surat Al-Baqarah ayat 187 berikut:

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, ‘alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba ‘alaikum wa ‘afā ‘angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl, wa lā tubāsyirụhunna wa antum ‘ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la’allahum yattaqụn.

Artinya: " Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 187)

Beri Komentar