Aisha
Wajah Aisha Hajj Anwari berseri saat mengungkapkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Sambil menunduk malu, gadis yang biasa dipanggil Ica ini berkata lirih, “ Jadi dokter itu adalah cita-cita yang mulia karena bisa membantu banyak orang dan aku sangat ingin membantu banyak orang,” ujarnya di Panti Asuhan Yatim Piatu Aria Putra, Ciputat, Senin (9/6/2025).
Di tengah suasana sore yang tenang, Aisha duduk di sudut taman panti, menyampaikan berbagai harapan dan kegelisahannya sebagai anak yatim. Senyum yang semula menghiasi wajahnya pun perlahan menghilang saat ia menyentuh sisi lain dari mimpinya yang penuh tantangan. “ Aku tahu sih, buat jadi dokter enggak gampang, pasti butuh banyak biaya,” ujarnya pelan sambil menunduk.
Aisha merupakan siswi kelas tujuh MTs Muhammadiyah 1 Ciputat yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Sehari-harinya dipenuhi dengan aktivitas belajar di sekolah dan kegiatan di panti. “ Aku berangkat sekolah dari jam setengah tujuh pagi sampai jam setengah tiga sore. Pelajarannya banyak, soalnya aku pelajarin mata pelajaran umum dan agama juga,” jelasnya.
Setelah sekolah, Aisha melanjutkan kegiatan di panti seperti salat berjamaah, tadarus, hafalan Al-Qur’an, belajar kelompok, hingga kerja bakti saat akhir pekan. Menurut Syamsudin, salah satu pengurus panti, Aisha dikenal sebagai anak yang cerdas dan giat belajar. “ Aisha ini anaknya rajin, pintar, dan sering juara, ya. Dia sering juara satu,” katanya.
Semangat belajar Aisha juga tercermin dari kebiasaannya mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh menghadapi ulangan. Ia percaya bahwa selain belajar keras, adab kepada guru menjadi kunci kesuksesannya. “ Aku selalu juara kelas karena aku rajin masuk sekolah dan rajin belajar kalau ulangan aku hafalin apa yang mau diujiin besok, baca-baca juga, dan yang paling penting sih adab ke guru,” tuturnya.
Tak hanya sekolah, Aisha juga ingin mengikuti les Bahasa Inggris. Menurutnya, penguasaan bahasa asing penting untuk menunjang impiannya menjadi dokter. “ Aku pengen ada les bahasa, pengen lebih bisa Bahasa Inggris, karena kan sekarang Bahasa Inggris sering dipakai di banyak hal, dan juga untuk di pendidikan kedokteran,” ujarnya.
Tinggal jauh dari ibu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Aisha. Namun ia merasa bahwa hidup di panti dan bersekolah di Ciputat menjadi langkah terbaik untuk masa depannya. “ Aku pindah ke sini juga gara-gara aku pengin dapat pendidikan yang bisa ngasih peluang besar buat aku ngewujudin cita-citaku. Karena di sini juga lebih terfasilitasi dari pendidikannya. Terus di sini juga aku lebih bersemangat dengan teman-teman baru aku di sini,” ucap Aisha.
Keinginannya menjadi dokter bukan sekadar mimpi pribadi, tetapi juga wujud keinginan untuk membantu sesama. Ia ingin kelak dapat menyediakan obat-obatan bagi penghuni panti dan membantu keluarga di kampung halamannya. “ Kalau nanti aku bisa menjadi dokter, aku pengen banget banyak membantu, kayak buat di sini (panti) aku pengen bisa membantu ngelengkapin obat-obatan di panti, terus membantu keluarga sama kerabat di kampung,” tambahnya.
Namun, rasa khawatir akan keterbatasan finansial kerap menghantui Aisha. Meski begitu, ia tetap berpegang pada optimisme. “ Karena cita-cita aku pengen jadi dokter, aku juga kadang suka mundur-mundur lagi gara-gara ingat biayanya besar. Harapan aku, aku pengen bisa keterima di sekolah kedokteran dan bisa dimudahkan buat mencapai cita-cita aku. Karena aku juga pengen bahagiain ibu dengan bisa menjadi dokter. Aku masih akan terus semangat, optimis dan berusaha terus, giat belajar juga karena aku yakin aku juga pasti punya kesempatan yang sama seperti orang lain buat meraih cita-cita itu,” ungkapnya.
Aisha juga memberi semangat bagi anak-anak lain yang berada dalam kondisi serupa. “ Buat teman-teman yang yatim juga, kalian jangan pernah menyerah, jangan sampai minder karena keterbatasan, karena kita juga pasti bisa punya peluang hidup yang sama kayak orang lain, jadi jangan putus asa, tetap semangat dan belajar terus,” tutup Aisha.
Aisha hanyalah satu dari jutaan anak yatim di Indonesia yang memiliki mimpi besar. Berdasarkan data Kementerian Sosial tahun 2022, terdapat lebih dari 4 juta anak yatim piatu di seluruh negeri. Banyak di antara mereka yang memiliki harapan besar namun terhambat oleh keterbatasan ekonomi.
Melalui program Yatim Growth Partner, Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa hadir sebagai pendamping anak-anak yatim agar bisa mengembangkan potensinya. Tidak hanya mendukung biaya pendidikan dan perlengkapan belajar, program ini juga menyalurkan bantuan pangan bagi keluarga yatim yang sedang berjuang.
Program ini tak hanya berfokus pada bantuan jangka pendek, melainkan juga membangun fondasi masa depan yang lebih baik. Dengan menjadi teman tumbuh-kembang anak-anak yatim seperti Aisha, kita turut mewujudkan masa depan yang cerah bagi mereka.
Mari berkontribusi untuk masa depan Aisha dan jutaan anak yatim lainnya melalui program Yatim Growth Partner. Kunjungi digital.dompetdhuafa.org/donasi/sedekahyatim dan jadilah bagian dari perubahan besar melalui langkah kecil yang bermakna. Bersama, kita bisa memuliakan anak-anak yatim, terutama di bulan Muharram ini.
Advertisement
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Bahas Asam Urat dan Pola Hidup Sehat, Obrolan Raditya Dika dan dr. Adrian Jadi Sorotan