Dream – Riya adalah perilaku berbuat baik atau beribadah dengan tujuan mendapatkan pujian, pengakuan, atau sanjungan dari orang lain, bukan semata-mata karena tujuan mendekatkan diri kepada Allah atau untuk kebaikan diri sendiri. Dalam Islam, riya dianggap sebagai dosa besar karena mengotori niat ikhlas dalam beribadah.
Dengan kata lain, riya adalah perilaku munafik atau kemunafikan, di mana niat dalam beribadah tidak tulus karena lebih mengutamakan pandangan dan persetujuan manusia daripada mendekatkan diri kepada Allah.
Riya merupakan perilaku yang sangat tidak dianjurkan dalam Islam, karena mengakibatkan perbuatan ibadah menjadi sia-sia dan tidak diterima oleh Allah. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan tentang orang-orang yang berbuat riya dalam beberapa ayat, misalnya dalam Surah Al-Ma'un (Surah ke-107) ayat 4-7:
“Maka celakalah orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya, yang berbuat riya', dan enggan (memberikan) bantuan.”
Perilaku yang disertai riya sangat membahayakan bagi umat Muslim, terlebih jika disangkutpautkan dengan ibadah. Riya dalam ibadah bisa menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Apalagi jika riya yang tanpa disadari.
Riya juga merupakan penyakit yang banyak menimpa umat Islam saat beribadah. Bahkan Rasulullah SAW benar-benar mengkhawatirkan sikap riya dalam beribadah ini.
Menurut ulama ahli fiqih, Syeikh Ibnu Al Utsaimin, terdapat tiga macam riya dalam ibadah yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa.
Macam riya dalam ibadah yang pertama ialah riya yang asal tujuan dalam ibadahnya agar dilihat oleh orang lain. Contohnya seperti seseorang yang sedang sholat namun tujuannya agar dilihat orang lain supaya mendapat pujian atas sholatnya. Riya dalam ibadah ini dapat membuat pahala sholatnya hilang hingga bahkan mendatangkan dosa.
Riya juga bisa muncul di sela-sela ibadah. Niat awalnya sebenarnya ikhlas karena Allah SWT. Namun di sela-sela ibadah malah muncul rasa riya.
Riya yang muncul setelah ibadah selesai dilakukan tidak berpengaruh pada pahala ibadah. Sebab ibadah sudah selesai dilakukan dan sudah sempurna. Maksudnya, bukan termasuk riya apabila seseorang senang ketika orang lain mengetahui ibadahnya. Bukan pula termasuk riya apabila seseorang senang dengan ketaatan. Sebab hal ini adalah bukti dari keimanannya.