Menko Airlangga Hartanto (Foto: YouTube BNBP)
Dream - Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasioal Airlangga Hartanto memastikan, seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta masih cukup aman dan siap menangani pasien Covid-19.
" Rumah sakit di Jakarta seluruhnya 67 itu siap (menangani pasien Covid-19)," kata Airlangga dikutip dari Merdeka.com, Minggu 13 September 2020.
Adapun dari 67 rumah sakit itu, 40 persennya dimiliki oleh pemerintah. Sementara sisanya dimiliki oleh non pemerintah atau swasta.
Namun, secara kemampuan dan fasilitas penanganan 67 rumah sakit tersebut seluruhnya siap.
Pemerintah juga sudah menyiapkan cadangan beberapa tower di wisma atlet jika daya tampung pasien Covid-19 di rumah sakit jumlahnya membludak.
" Dan wisma atlet ini kita sudah meningkatkan kapasitas sehingga kapasitas bertambah dan juga kita melihat monitoring daripada jumlah orang yang terpapar," kata dia.
Airlangga mencatat, sejauh ini tingkat kesembuhan kasus covid di Indonesia ini relatif cukup baik yakni berada di angka 74 persen. Sementara itu fatality rate atau kasus kematian berada di 4,4 persen, di mana DKI Jakarta berada di bawah itu.
" Artinya dengan penanganan yang ada ya tentu kita mendorong agar juga kita jaga kedisiplinan masyarakat pemerintah sedang kampanye yaitu 3m menggunakan masker, kemudian menjaga jarak, menjauhi kerumunan. Juga kita kemarin menegaskan bahwa kita akan melakukan operasi lebih ketat lagi dengan operasi yustisi dengan mendisiplinkan masyarakat," ungkapnya.
Sumber: merdeka.com
Dream - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan tujuh rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta penuh. Ketujuh rumah sakit tersebut sudah tidak memiliki kapasitas lagi untuk menampung pasien Covid-19 baru.
" Tujuh dari 67 rumah sakit rujukan Covid-19 penuh 100 persen. ICU (Intensive Care Unit) dan isolasinya penuh 100 persen," ujar Wiku, dikutip dari Liputan6.com.
Sementara, kapasitas ruang isolasi dan ICU di 46 rumah sakit rujukan lain terisi di atas 60 persen. Sisanya, kapasitas di 14 rumah sakit terisi di bawah 60 persen.
Untuk mengantisipasi hal itu, Wiku mengatakan Pemerintah menyiapkan ribuan tempat tidur di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran. Tetapi, pasien yang didistribusikan ke rumah sakit ini adalah pasien dengan gejala ringan dan sedang.
" Jumlah kamar yang ada pada saat ini 2.700 tempat tidur dan terisi 1.600. Jadi masih ada 1.100 tempat tidur untuk perawatan pasien dengan status sedang dan ringan," kata Wiku.
Data Satgas Covid-19 mencatat DKI Jakarta memiliki jumlah pasien Covid-19 sebanyak 50.671 orang. Sebanyak 38.228 pasien dinyatakan sembuh, sementara 1.351 orang meninggal dan sisanya sedang menjalani perawatan.
(Sumber: Liputan6.com)
Dream - Pemerintah berencana memberlakukan standarisasi tarif tes usap (swab test) Covid-19. Hal ini mengingat masih banyaknya rumah sakit yang menerapkan tarif sangat tinggi untuk sekali tes.
Plt Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Dody Ruswandi, mengungkapkan saat ini masih ada rumah sakit yang memberlakukan tarif antara Rp2,5 juta hingga Rp5 juta untuk tes usap.
Dalam beberapa waktu ke depan, kata Dody, Kepala BNPB akan mengajukan masukan standarisasi tarif tersebut kepada Menteri Kesehatan.
" Saat ini kita sedang siapkan standar biaya untuk rumah sakit swasta kami sedang bekerja siapkan itu jadi mungkin nanti kepala BNPB akan berikan saran ke Menkes mungkin plafon maksimalnya sekian," ujar Dody.
Menurut perhitungan BNPB, kata Dody, seharusnya tarif tes usap paling tinggi Rp500 ribu. Sementara, dia mengakui banyak rumah sakit yang menerapkan tarif sangat mahal demi keuntungan.
Ke depan, BNPB mengusahakan agar rumah sakit memberlakukan tarif standar dan mengambil margin keuntungan dalam batas wajar. Pihaknya masih melakukan pengkajian terkait tarif standar tersebut.
" Kajian itu sudah berjalan. Kami sudah punya baseline harga sebenarnya di bawah Rp500 ribu. Kalau diberlakukan di RS swasta tinggal ditambah margin keuntungan yang wajar," kata Dody.
Pemerintah telah menambah kemampuan pemeriksaan Covid-19. Saat ini sebanyak 300 laboratorium beroperasi untuk pemeriksaan dengan peralatan dukungan BNPB dan Pemerintah.
" Sebagian ini yang dibantu adalah rumah sakit ataupun lab Pemerintah, Kemenkes, Labkesda, atau lab di RS Pemerintah atau RSUD," kata Dody.
Dengan begitu, kata Dody, seharusnya pemeriksaan di lab-lab tersebut sudah gratis. Apalagi, BNPB juga memberlakukan skema bantuan alat PCR dan mesin ekstraksi otomatis.
Selain itu, ada perusahaan yang mendapat bantuan dalam penyediaan jasa testing. Hal ini mendorong peningkatan kemampuan testing sehingga deteksi kasus positif juga dapat ditingkatkan.
" Kami juga bantu penyediaan jasa testing, ada lima perusahaan yang kami bantu perbesar kapasitas lab itu. Biaya kami bayar, ini sudah terselenggara," ucap Dody.
Sumber: Merdeka.com/Ahda Bayhaqi
Advertisement
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta