Penampakan Gunung Anak Krakatau Saat Erupsi Yang Memicu Tsunami Anyer (foto: Instagram @didikh_017)
Dream - Tsunami Anyer yang dipicu erupsi Gunung Anak Krakatau telah menewaskan 222 orang hingga data terakhir pukul 17.30 WIB kemarin, Minggu, 23 Desember 2018. Banyaknya korban meninggal dikarenakan banyak wisatawan dan warga lokal memanfaatkan libur panjang Hari Natal.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Sutopo menjelaskan pantauan tim di lapangan menangkap adanya letusan dan kegempaan Gunung Anak Krakatau selama tiga bulan terakhir.
" Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus. Status tetap Waspada,"
Menurut Sutopo radius berbahaya adalah 2 Kilometer dari puncak kawah. Sampai saat ini Gunung Anak Krakatau masih dalam tahap pertumbuhan. Diperkirakan setiap tahun gunung ini bertambah tinggi antara 4-6 meter.
Pada kejadian letusan kemarin, Sutopo juga sempat mengunggah dua buah foto erupsi Gunung Anak Krakatau.
Dalam foto tersebut terlihat lemparan abu vulkanis yang keluar dari perut gunung tersebut. Foto tersebut diunggah ulang dari akun Instagram @didikh017. Dream telah memperoleh izin untuk mengunggah ulang foto tersebut.
Pada foto pertama dari kolase foto dan video tersebut, terlihat kondisi Gunung Anak Krakatau yang tengah memuntahkan abu vulkanis.
© Instagram @didikh017
Sementara di unggahan kedua, terlihat kondisi dari sisi berbeda Gunung Anak Krakatau.
© Instagram @didikh_017
Dikatakan Sutopo, Gunung Anak Krakatau memang telah mengalami erupsi sejak Juni 2018 hingga saat ini.
" Erupsi kemarin bukan yang terbesar," ujar Sutopo.
Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami erupsi terbesarnya pada periode Oktober-November 2018. Kala itu ditetapkan Gunung Anak Krakatau berstatus waspada(Level 2).
Akun @didikh017 juga sempat mengunggh video yang memperlihatkan kondisi Gunung Anak Krakatau yang mengalami erupsi dan memicu tsunami di kawasan Anyer dan sekitarnya.
Video tersebut dapat dilihat di unggahan di bawah ini:
Dream - Tsunami Anyer yang dipicu gelombang air dari Selat Sunda akibat erupsi Gunung Anak Krakatau diakui datang tanpa adanya peringatan dini terlebih dahulu. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di sekitar lokasi tak sempat melakukan evakuasi.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Pusat dan dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwonugroho dikutip Dream dari cuitan akun Twitternya @Sutopo_PN, Senin, 24 Desember 2018.
" Tidak adanya peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada 22/12/2018 malam," cuitnya.
Sutopo menjelaskan, tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya.
" Tidak terpantaunya tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi," tulisnya.
Diungkapkan Sutopo, jaringan bouy tsunami di perairan Indonesia sudah tidak beroperasi sejak 2012. Vandalisme, terbatasnya anggaran, kerusakan teknis menyebabkan tidak ada bouy tsunami saat ini.
" Perlu dibangun kembali untuk memperkuat Indonesia Tsunami Early Warning System," ujarnya.
Diakui Sutopo, Indonesia belum memiliki peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi.
Saat ini Indonesia baru memiliki sistem peringatan dini yang dibangkitkan gempa dan sudah berjalan baik. " Kurang dari 5 menit setelah gempa, BMKG dapat memberitahukan ke publik," ujarnya.
Melihat situasi tersebut, Sutopo menyerankan Indonesia harus membangun sistem peringatan dini yang diakibatkan longsor dan erupsi gunung api.
Dari catatannya, gempa yang menyebabkan longsor bawah laut yang memicu tsunami juga pernah terjadi di Maumere pada tahun 1992 dan tsunami Palu beberapa bulan lalu.
Indonesia diketahui memiliki 127 gunung api atau 13 persen dari jumlah populasi di dunia. Beberapa diantaranya gunung api berada di laut dan pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi.
" Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG. BMKG, kementerian/lembaga dan perguruan tinggi membangun peringatan dini,"
Dream - Dari dalam mobil suara tangis bocah laki-laki terdengar. Beberapa petugas dari Shabara Polda Banten berusaha mengevakuasinya.
Kasat Brimob Polda Banten, Kombes Reza Heras Budi merekam detik-detik evakuasi tersebut. Dia mengunggah video itu ke Instagram pribadinya @reezaherasbudi.
" Kami ada di Carita, di Hotel Mutiara, ini ada mobil tertimpa pohon, kemudian di bawah ada masyarakat dua orang, sedang kita coba evakuasi," ungkap Reza, Minggu, 23 Desember 2018.
View this post on InstagramA post shared by Reeza � Middlianti (@reezaherasbudi) on
Selang beberapa usai evakuasi berlangsung, bocah lima tahun itu bernama Ali itu berhasil diselamatkan. Bocah itu berhasil bertahan hidup selama 12 jam dari reruntuhan.
" Alhamdulillah, Ali umur 5 tahun dapat diselamatkan," ujar Reza.
Usai diberi selimut, Reza menggendong Ali. Bocah itu terus menangis. Menanyakan keberadaan ayahnya.
" Ayah. Ayah," kata Ali.
Reza menenangkan Ali. " Sama om ya. Sama om," kata Reza.
Mbah Soleh, Jemaah Haji Tunanetra Rela Jual Tanah demi ke Tanah Suci Bareng Istri
4 Rahasia Hijab Selau Rapi dan Tegak, Dijamin Anti Meleyot
Cara Dompet Dhuafa Lestarikan Kesenian Nasional di Tengah Masifnya Gempuran Budaya Asing
Layak Dicoba, Aliran Skincare Clean dan Vegan Beauty
Hasilnya Mirip Banget, Andalkan Makeup TikToker Tiru Wajah Anggota Blackpink
Wukuf Adalah Puncak Ibadah Haji Umat Islam: Definisi, Waktu, Amalan dan Doa
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Rumah Viral Milik Abah Jajang Dulu Ditawar Rp2,5 Miliar, Kini Berubah Miris
Potret Sosok Sonya Pedagang Ketupat Viral di Bekasi, Punya Paras Cantik dan Gayanya Modis Banget!
Resmi! Pria Asal Cimahi Ini Terima Mobil Agya Seharga Rp1 dari Flash Sale Rp1 Shopee
Dinilai Terlalu Kurus, Potret Terbaru Mikha Tambayong Mirip Boneka Barbie!