Cari Makan, Kawanan Gajah Masuk Ke Perkampungan Di Yunan, China. (Foto: Facebook Epicalyptic)
Dream - Ternyata tidak hanya manusia saja yang bisa mabuk oleh minuman. Hewan darat terbesar seperti gajah juga bisa merasakan hal yang sama.
Tapi tidak seperti manusia yang melakukan kerusakan di atas Bumi, gajah yang sedang mabuk ternyata hanya tidur manis di tempatnya.
Insiden gajah mabuk ini dibagikan oleh grup Facebook Epicalyptic dan menjadi viral setelah mendapat 68 ribu Likes dan dibagikan 262 ribu kali.
Diceritakan bahwa 14 ekor gajah liar terlihat masuk ke sebuah desa di Yunan, China. Mereka keluar dari hutan untuk mencari jagung dan makanan lainnya.
Namun, bukannya mendapatkan makanan, kawanan gajah liar ini justru menemukan wine jagung sebanyak 30 kilogram.
Tanpa pikir panjang, mereka langsung meminum wine jagung tersebut.
Tidak lama berselang, kawanan gajah itu ditemukan tidur manis akibat terlalu mabuk di dekat kebun teh. Lucunya, jika diperhatikan, wajah kawanan gajah mabuk ini nampak senang dengan senyuman di mulut mereka.
" Di saat manusia melakukan social distancing, sekelompok gajah masuk ke sebuah desa di Provinsi Yunan, untuk mencari jagung dan makanan lainnya. Mereka akhirnya minum 30kg wine jagung dan mabuk sehingga mereka tertidur di dekat kebun teh," bunyi postingan di Facebook itu.
Di balik cerita menggelitik itu, kemunculan kawanan gajah di kawasan padat penduduk ini menandakan bahwa habitat mereka terganggu sehingga sulit mencari makanan.
(Sah. Sumber: World of Buzz)
Dream - Sesama makhluk hidup, hewan dan manusia selalu hidup berdampingan. Ada yang dijadikan peliharaan, ternak, dan juga ada yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia.
Namun perlu diingat, tidak semua hewan boleh seenaknya dimanfaatkan manusia. Karena terdapat juga hewan yang masuk dalam kategori langka dan dilindungi.
Meski begitu tetap saja ada orang-orang yang tak bertanggung jawab seenaknya, memanfaatkan dan mengeksploitasi tenaga maupun jasa dari binatang yang sebenarnya dilindungi.
Seperti kisah memilukan seekor gajah di Sri Lanka yang diunggah di akun facebook Save Elephant Foundation. Unggahan itu membuat miris para pecinta hewan.
Pada penjelasan dalam postingan itu disebutkan, ada seekor gajah tua berusia 70 tahun dengan tubuh yang kurus. Namun masih dipekerjakan dalam festival karnaval.
Penampilannya si gajah yang bertubuh kurus tidak nampak. Ini karena tubuhnya tertutup kain di sepanjang acara. Sehingga tak ada satupun penonton yang tahu bagaimana wujud aslinya.
Melansir World Of Buzz, seorang aktivis bernama Lek Chailert dari organisasi Save Ekephant Foundation dari Thailand mengatakan, Tikiri merupakan salah satu dari 60 gajah yang ikut dalam karnaval keagmaan di Kandy, Sri Lanka.
Tikiiri berjalan selama 10 hari berturut-turut di tengah keramaian orang-orang yang merayakan karnaval. Ketika Tikiri berjalan lambat, semua orang mengira bahwa orang-orang di sana akan diberkati.
" Ini Tikiiri, gajah betina perempuan yang tampak sakit pada usia 70 tahun. Dia adalah salah satu dari 60 gajah yang harus bekerja dalam pelayanan Festival Perahera di Sri Lanka tahun ini. Tikiri bergabung dalam pawai dari pagi hingga larut malam selama sepuluh malam berturut-turut.
Di tengah kebisingan, kembang api, dan asap. Dia berjalan beberapa kilometer setiap malam sehingga orang akan merasa diberkati selama upacara.
Tak ada yang melihat tubuh kurusnya dan kondisinya yang semakin lemah, karena tertutup oleh kostumnya.
Tak ada yang melihat air mata yang menetes di matanya, lantaran terluka terluka oleh lampu-lampu terang yang menghiasi topengnya.
Tak ada yang melihat kesulitannya melangkah ketika kakinya dibelenggu saat dia berjalan."
" Untuk sebuah upacara, semua memiliki hak untuk berkeyakinan selama kepercayaan itu tidak mengganggu atau merugikan makhluk lain.
Bagaimana kita dapat menyebut ini sebagai berkat, atau sesuatu yang suci, jika kita membuat hidup makhluk lain menderita?
Hari ini adalah Hari Gajah Sedunia. Kita tak dapat membawa dunia yang damai kepada gajah jika kita masih berpikir bahwa fenomena ini dapat diterima.
Mencintai, tidak menyakiti, mengikuti jalan kebaikan dan kasih sayang, ini adalah Jalan Buddha. Saatnya untuk mengikuti." Tulis postingan itu.
Berita ini kemudian menjadi perbincangan para netizen di media sosial, setelah Save Ekephant Foundation mengunggah kisahnya di laman Facebook mereka.
Sejak diunggah pada hari Selasa, 13 Agustus 2019 lalu postingan itu telah direspons sebanyak 2,1 ribu para pengguna dan beberapa menyampaikan komentar.
“ Aku benci apa yang terus kita lakukan pada makhluk agung yang indah ini,” tulis Michele Guyer.
“ Pertama kali dalam hidupku melihat seekor gajah domestik yang kurus. Terlalu menyakitkan. Semoga dia mendapat bantuan segera. Anda membuatnya bekerja keras, Anda harus memberinya makan lebih baik,” timpal Danwiwat Pattra.
“ Tolong, silakan coba dan bantu dia! Buka mata para orang-orang itu yang melakukannya. Tidak ada yang manusiawi!” imbuh Corne Terblanche.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN