Arkeolog meyakini bahwa wilayah ini sebelumnya telah berkembang dan ditinggalkan pada sekitar tahun 1600 SM.
Arkeolog meyakini bahwa wilayah ini sebelumnya telah berkembang dan ditinggalkan pada sekitar tahun 1600 SM.
Sebuah tim arkeolog berhasil menemukan bukti mengenai masyarakat prasejarah yang sangat kompleks di Eropa Tengah. Mereka meyakini bahwa wilayah ini sebelumnya telah berkembang dan ditinggalkan pada sekitar tahun 1600 SM.
Dalam laporan dari studi terbaru, masyarakat yang pernah menempati wilayah tersebut diklaim sebagai kelompok yang maju, diakui sebagai salah satu " pusat budaya utama Eropa selatan" dengan " pengaruh yang meluas secara regional di seluruh benua dan ke kawasan Mediterania" .
Foto: The Council of Europe
Beberapa ribu tahun silam, masyarakat zaman perunggu menetap di daerah tersebut, menciptakan kehidupan yang rumit dan berpengaruh selama berabad-abad sebelum meninggalkan wilayah itu secara misterius pada tahun 1600 SM.
Lokasi kuno yang dianalisis oleh arkeolog menunjukkan bukti depopulasi selama beberapa dekade, memberikan dukungan pada teori " keruntuhan skala regional" dan " akhir yang relatif tiba-tiba" dari struktur prasejarah.
Meski begitu, laporan terbaru dalam jurnal PLOS One yang dirilis bulan ini mengungkapkan bahwa melalui survei jarak jauh dan ekskavasi, “lintasan yang sepenuhnya berlawanan dapat diidentifikasi peningkatan skala, kompleksitas, dan kepadatan dalam sistem pemukiman dan intensifikasi jaringan jarak jauh.” Sebaliknya dari menghilang, masyarakat kuno ternyata mengalami adaptasi.
Barry Molloy, penulis utama dari University College Dublin, menyatakan, “Dalam banyak hal, hal ini memberikan adanya mata rantai yang hilang.”
Dengan memanfaatkan citra satelit dari Google Maps dan Sentinel-2 Badan Antariksa Eropa, bersama dengan survei lapangan dan ekskavasi skala kecil, peneliti melaporkan penemuan 100 situs prasejarah baru yang tersebar di area seluas 8.000 kilometer persegi.
Banyak dari permukiman ini memiliki skala yang lebih kecil daripada " megafort" yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Penentuan lokasi sulit karena permukiman ini datar dengan parit, bukan benteng yang lebih mudah diidentifikasi.
Meskipun perubahan iklim di kawasan tersebut dapat dijelaskan, para peneliti berpendapat bahwa ini adalah “sebuah konteks, bukan sebuah penyebab, bagi transformasi sosial,” dan bahwa “yang runtuh yaitu rezim politik/ideologis, dan partisipasi luas dalam hal ini.”
Walaupun banyak aspek praktik budaya yang telah diidentifikasi sebelumnya dalam penelitian ini, cara mereka beradaptasi untuk menggambarkan masyarakat yang kompleks dan terorganisir dengan baik adalah sesuatu yang baru. Molloy menjelaskan bahwa salah satu hal menarik adalah masyarakat ini “meremehkan hierarki.”
Ekskavasi itu mengungkapkan adanya situs-situs yang lebih besar dari yang lain, menunjukkan tanda-tanda pengelolaan oleh kelompok yang lebih kecil, serta ruang yang tidak dapat diakses oleh seluruh anggota komunitas kuno tersebut.
" Jadi secara keseluruhan, kita dapat mengatakan bahwa mereka mempunyai tatanan politik yang kompleks dan dalam praktiknya tidak semua orang dianggap sama, namun pada tingkat ideologis, mereka bertujuan untuk meremehkan pentingnya perpecahan tersebut.” tambahnya.
Tak hanya itu, keberadaan banyak permukiman di suatu wilayah mengindikasikan adanya keterhubungan dan “berbagi sumber daya.”
Molloy menyatakan bahwa mereka tengah mengamati sebuah entitas politik atau pemerintahan yang melibatkan beberapa pemukiman berbeda, menunjukkan keberadaan entitas yang cukup besar dan terorganisir.
Sumber: Vice
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas