Ilustrasi
Dream - Pentagon mengumumkan pesawat terakhir Amerika Serikat (AS) telah terbang dari Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan. Ini menandai berakhirnya perang panjang AS sekaligusnya masa depan negara tersebut dalam ketidakpastian di bawah rezim Taliban.
Presiden AS, Joe Biden, memuji keberanian para anggota militer dalam eksekusi penarikan pasukan di tengah situasi berbahaya Afghanistan sesuai rencana. Dia juga menyatakan segera menggelar langkah diplomatik untuk memungkinkan warga Amerika dan Afghanistan yang menginginkan pergi untuk bisa keluar dari negara itu usai 31 Agustus 2021.
Hari-hari terakhir kehadiran AS di Afghanistan dipenuhi dengan kekacauan, pertumpahan darah, keputusasaan, ketakutan, dan kepanikan. Ketika berupaya mengevakuasi banyak orang, militer AS berusaha mencegah serangan ISIS-K.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin merayakan pekerjaan yang dilakukan oleh pasukan AS dan sekutu mereka di hari-hari terakhir di Afghanistan.
" Anggota kami mengamankan, membela, dan mengelola bandara internasional utama. Mereka belajar bagaimana membantu petugas konsuler menyaring dan memverifikasi pemohon visa," kata Austin.
" Mereka memberikan perawatan medis, makanan dan air, dan kasih sayang kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka menerbangkan puluhan ribu orang ke tempat yang aman, hampir sepanjang waktu," lanjut dia.
Austin juga berduka atas tewasnya sejumlah tentara selama perang 20 tahun di Afghanistan. Lebih dari 2.400 tentara AS kehilangan nyawa mereka di Afghanistan, termasuk 13 orang yang tewas dalam serangan bunuh diri di dekat bandara Kabul pekan lalu.
Pada akhirnya, hampir 20 tahun pertempuran diselingi dengan penghancuran amunisi dan peralatan oleh pasukan AS beberapa jam sebelum mereka terbang keluar dari negara yang dilanda pertempuran itu.
Puluhan ribu warga Afghanistan juga tewas dalam perang, dan mereka yang bertahan sekarang menghadapi masa depan yang tidak pasti di bawah rezim Taliban yang represif.
Seorang juru bicara Taliban mengucapkan selamat kepada negaranya atas pembebasan dan kemerdekaan Afghanistan dari pendudukan Amerika.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken menguraikan keterlibatan Amerika di Afghanistan ke depan. Dia menyebut sebagai babak baru di mana AS akan lebih mengupayakan diplomasi.
Blinken mengatakan dengan penutupan kedutaan di Kabul, kedutaan baru akan berbasis di Qatar dan akan menyediakan layanan konsuler dan lainnya.
Berdasarkan data terbaru, antara 100 hingga 200 warga AS masih berda di Afghanistan dan menginginkan untuk pergi. Sementara, tidak jelas berapa banyak orang Afghanistan yang bekerja sebagai sekutu AS masih terjebak oleh Taliban.
Kepada mereka, Blinken menyatakan layanan diplomatis tetap akan dibuka. " Komitmen kami kepada mereka tidak memiliki tenggat waktu," kata dia.
Komponen kunci dari rencana itu adalah memegang janji Taliban untuk mengizinkan semua orang yang ingin pergi bisa keluar dari Afghanistan dengan selamat dan aman. Itu termasuk pembukaan kembali bandara Kabul dengan bantuan signifikan dari Qatar dan Turki.
Blinken juga menggarisbawahi hubungan lemah antara AS dan Taliban, mengulangi apa yang banyak pejabat lain katakan tentang kepercayaan Taliban.
" Setiap langkah yang kami ambil tidak akan didasarkan pada apa yang dikatakan pemerintah Taliban, tetapi apa yang dilakukan untuk menegakkan komitmennya," kata Blinken, dikutip dari NPR.
Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Sebelum Al-Quran, Ketahui Juga Setiap Ajaran di Dalamnya
Potret Rumah Polos Tanpa Cat dan Berlantai Bata, Desainnya Sederhana Namun Interiornya Menakjubkan!
12 Foto Lawas Artis Bareng Geng SMA, Soimah Jadi Primadona di Sekolah, Cantik & Gaul Abis!
Jepang Surganya Pecinta Anime dan Manga, Ada Doraemon Sampai Detektif Conan