Foto: Utusan.com.my
Dream - Lima tahun lalu, seorang pria asal Malaysia berumur 28 tahun dengan nama Mohd Norfaizad Farhan Nor Hashimi tak sengaja berkenalan dengan seorang gadis asal Jepang di jejaring sosial Facebook.
Selang beberapa lama, pekenalan yang berubah menjadi benih cinta, mendorongnya untuk terbang ke Osaka menemui gadis berusia 25 tahun itu.
" Saya langsung meminta ayah untuk membelikanku tiket pesawat ke Osaka, Jepang, untuk bertemu Anna," ujar Farhan.
Sejak saat itu, kedua sejoli ini pun jatuh cinta.
" Itu pertama kalinya aku ke luar negeri cuma untuk bertemu dengan wanita yang kusayang," ucap Farhan.
Meski terpisah jarak dan budaya yang berbeda, Farhan tak menyerah.
Keberanian Farhan untuk terbang menemuinya menggetarkan hati Anna. Dia turut memberanikan diri untuk memeluk agama Islam di tanah kelahirannya dua tahun kemudian.
Ia memutuskan untuk memeluk Islam dibimbing pria yang dikenalnya lewat facebook itu.
Hingga tepat 29 Juni lalu sejoli ini memutuskan melangsungkan pernikahan.
Hari itu menjadi momen paling indah dimana sebuah mesjid di Malaysia, Masjid Katong Al-Arifin menjadi saksinya.
Farhan yang tampak gagah menggenakan baju biru dan peci hitam itu tampak lega setelah bisa bersatu dengan gadis Jepang pujaannya itu.
Begitu pula dengan Anna, yang tampak anggun dengan pakaian berwarna senada serta hijab abu-abu.
Wanita yang lahir di Nara, Jepang itu pun tak kuasa menahan tangis ketika bersalaman dengan suaminya, Farhan.
Sang mempelai pria, Farhan, berkata jika hubungan mereka kian rapat usai berkenalan via Facebook.
Bahkan, orang tua Anna sudah beberapa kali terbang dari Jepang ke Malaysia cuma untuk membicarakan soal pernikahan Farhan dan Anna.
" Alhamdulilah, perjalanan cinta kami lancar dan berujung ke pelaminan," tambahnya.
Ketika ditanyai soal pertemuan pertamanya dengan Farhan di Osaka, Anna mengaku sampai gemetar melihat kesungguhan kekasihnya itu.
" Saya jatuh hati melihat kesungguhan Farhan. Saya akan menetap di sini bersama suami," ujar Anna.
Dream - Menjadi sukses tak harus menunggu sampai tua. Rezeki dapat dijemput di usia berapapun, seperti layaknya wanita berhijab satu ini.
Atina Maulia tak pernah menyangka bisa menjadi juragan dari salah satu online shop hijab dengan followers terbanyak di Indonesia. Mengadu nasib dari brandVanilla Hijab, Atina kini sudah bisa dibilang mapan di usia yang baru menyentuh 25 tahun.
Ia terjun ke bisnis fashion muslim tanpa bekal apapun. Atina kala itu tak paham sama sekali dengan busana mode. Tak ada kursus maupun sekolah desain.
Perjuangan Atina merintis bisnis Vanilla Hijab dilalui bukan tanpa rintangan. Saat baru merintis usahanya itu, Atina harus dipapah kursi roda karena penyakitautoimmune yang diidapnya.
" Bahkan untuk ujian di kampus harus digendong sampai ke lantai 7 karena waktu itu belum ada lift," ungkap Atina di acara 3rd Annual Show Vanilla Hijab, Jakarta, Kamis 2 Mei 2019.
Tak kuat menghadapi penyakit, Atina terpaksa berhenti kuliah dari salah satu universitas negeri bergengsi di Bandung. Ia bahkan harus rela melepas jurusan teknik perminyakan yang telah didapatkannya mati-matian.
Melihat penghasilan orang tua yang semakin menipis demi pengobatannya, Atina bertekad mencari uang sendiri. Setelah sembuh, Atina memutuskan kembali ke bangku kuliah di Jakarta.
Di kota metropolitan ini dia mencoba peruntungannya dengan terjun ke bisnis fashion.
" Aku pilih hijab karena simpel, gak butuh ukuran seperti sepatu atau baju. Demi bayar uang kuliah sendiri karena uang orang tua sudah habis buat pengobatansaya," ujarnya.
Dara kelahiran 27 Agustus 1993 itu memanfaatkan setiap kesempatan kecil. Ia mampu membangun online shop dari modal nol rupiah. Kala itu, Atina rela berkeliling pusat perbelanjaan untuk mencari bahan hijab.
" Ketemu orang-orang baik, mereka bolehin aku foto barang mereka saja atau bahkan dibawa pulang dulu. Baru nanti aku balik ke toko dan beli bahan kalau memang ada yang pesan hijab," tuturnya.
Atina perlahan-lahan merintis bisnis yang digarapnya bersama sang kakak, Intan Fauzia. Perjuangan Atina masih dipenuhi rintangan. Bergelut di bidang fashion membuat mereka berkali-kali menjadi korban plagiarisme.
Motif dan cutting yang dikeluarkan seringkali dijiplak oleh pihak tak bertanggung jawab. Kendati demikian, Atina dan Intan tidak ambil pusing menghadapi plagiat.
" Kita open minded saja, hal seperti itu memang tidak bisa dihindari di dunia fashion. Kita gak pernah tahu siapa yang pertamakali menciptakan model busana tertentu. Lebih baik kita fokus di bisnis saja," katanya.
Berangkat dari mimpi menciptakan busana muslim yang modis dan terjangkau, kini mereka mampu memproduksi ribuan hijab per bulan. Sukses tak membuat mereka lupa akan daratan. Atina dan Intan rutin melakukan kegiatan islami bersama para pelanggan.
" Setiap tahun kita adaka undian umroh dan annual show. Ada juga workshop dan kajian agama rutin, serta program charity. Belum lama ini kita luncurkan hijab yang hasilnya didonasikan untuk pengungsi di Suriah," kata Intan.
Sebanyak 9000 hijab ludes terjual untuk membeli 1000 paket bantuan bagi para pengungsi. Intan dan Atina rela meluncur ke Suriah untuk menyandangi umat Muslim yang sedang dilanda musim dingin.
Dalam waktu dekat, mereka akan berkolaborasi dengan lembaga sosial untuk membangun sekolah pertama persembahan Indonesia di Palestina.
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Prabowo Subianto Resmi Lantik 4 Menteri Baru Kabinet Merah Putih, Ini Daftarnya
Menanti Babak Baru Kabinet: Sinyal Menkopolhukam Dirangkap, Akankah Panggung Politik Berubah?