Aksi Kapolres Wanita Ini 'Keterlaluan', Anak Buahnya Sampai Nangis

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Kamis, 29 April 2021 07:45
Aksi Kapolres Wanita Ini 'Keterlaluan', Anak Buahnya Sampai Nangis
Ternyata mereka baru sadar sedang dikerjai oleh Kapolres beserta jajarannya.

Dream - Anggota kepolisian identik dengan sikap tegas, disiplin, dan tertib. Apabila kedapatan kurang tertib, sang atasan akan memberikan sanksi, seperti kisah berikut ini.

Dalam video yang diunggah kanal YouTube Polres Karangasem.id, terlihat Kapolres Karangasem tengah melakukan penindakan displin terhadap anggota setelah apel di lapangan Mapolres Karangasem.

Beberapa anggota yang dianggap kurang disiplin pun diminta untuk maju ke depan untuk ditindak. Mereka lantas diminta push up.

1 dari 3 halaman

Namun setelah sederetan anak buah mengambil sikap push up, tiba-tiba terdengar lagu 'Selamat Ulang Tahun'. Para anggota kepolisian yang tengah berada di lapangan pun banyak yang kebingungan.

Anggota kepolisian

Di antara beberapa anggota polisi yang ditindak, terdapat seorang polwan yang tiba-tiba menangis. Ternyata para anggota kepolisian itu sedang dikerjai oleh Kapolres beserta jajarannya, lantaran mereka semua berulang tahun. 

Sang Kapolres langsung mendekat dan memeluk seluruh anggotanya yang berulang tahun pada bulan Januari. Para anggota polres Karangasem pun melakukan potong kue dan makan bersama.

2 dari 3 halaman

Videonya

Berikut video Kapolres Karangasem prank anak buah:

3 dari 3 halaman

Menyambangi Kecicang Islam, Kampung Muslim Terbesar di Bali

Dream - Kampung Kecicang Islam berada di kawasan Banjar Dinas Kecicang Islam, Desa Bungayan Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Kampung ini adalah kampung Islam terbesar di Kabupaten Karangasem, Bali dengan penduduk mencapai 3.402 kepala keluarga.

Kampung ini berbatasan dengan Banjar Kecicang Bali di sebelah barat daya, Banjar Triwangsa di sebelah barat dan Banjar Subagan di bagian selatan.

Penduduk Kampung Kecicang mempercayai bahwa leluhur mereka berasal dari penduduk kawasan Tohpati Buda Keling. Setelah raja mereka meninggal, raja baru memindahkan penduduknya dari Tohpati ke Kecicang dengan cara membuka hutan.

Nama Kecicang sendiri diambil dari nama bunga berwarna putih yang biasa dimasak oleh masyarakat setempat. Namun, sebagian penduduk mengatakan bahwa Kecicang berasal dari kata incang-incangan yang berarti 'saling mencari saat perang pada zaman kerajaan'.

Berbeda dari mayoritas penduduk Bali yang beragama Hindu, seluruh warga Kampung Kecicang menganut Islam. Nuansa Islami pun begitu kentara di kampung yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pedagang dan petani itu.

Salah satu bukti nyata eksistensi Islam di Kampung Kecicang adalah keberadaan Masjid Baiturrahman. Masjid yang telah berdiri sejak akhir abad 17 itu tak sekadar menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi ikon dan identitas Muslim Kecicang.

Masjid Baiturrahman dulunya hanya sebuah masjid sederhana. Namun kini telah diperbesar dengan bangunan tiga lantai seiring pertumbuhan penduduk Kecicang yang setiap tahunnya semakin bertambah.

Selain masjid, nuansa Islam di kampung ini dapat dirasakan melalui beragam tradisi kearifan lokal yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Warga Kecicang memiliki tari-tarian khas bernama Tari Rudat yang merupakan akulturasi budaya Bali dan Timur Tengah. Mereka juga menjalankan tradisi ritual keagamaan seperti tahlil, ziarah, dan selamatan.

Sebagaimana masyarakat Muslim di Bali lainnya, hubungan antara masyarakat Kecicang Islam dengan mayoritas penganut Hindu di Bali terjalin harmonis sejak lama.

Keharmonisan ini dibuktikan saat pelaksanaan tradisi tahunan salat Idul Fitri, di mana sejumlah pecalang (polisi adat) turut serta membantu mengamankan hari raya umat Islam tersebut. Demikian pula sebaliknya, ketika umat Hindu merayakan Nyepi, Muslim Kecicang turut pula menjaga keamanan dan memberi hadiah makanan.

(Ism, Sumber: bimasislam.kemenag.go.id)

Beri Komentar