Daftar Risiko di Perjalanan Saat Terpaksa Bepergian Saat Pandemi, Ayo Kenali!

Reporter : Arini Saadah
Kamis, 17 Desember 2020 16:01
Daftar Risiko di Perjalanan Saat Terpaksa Bepergian Saat Pandemi, Ayo Kenali!
Mobilitas masyarakat perlu diantisipasi khususnya menjelang libur panjang akhir tahun yang sudah semakin dekat.

Dream – Kini mobilitas masyarakat semakin massif meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19. Tingginya mobilitas masyarakat tersebut tentu berisiko pada peningkatan penularan virus corona.

Maka perlu diantisipasi khususnya menjelang libur panjang akhir tahun yang sudah semakin dekat. Hal ini kerap dimanfaatkan masyarakat untuk bepergian baik untuk berkunjung ke rumah saudara maupun untuk tujuan wisata.

Menanggapai hal tersebut, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengimbau kepada masyarakat untuk menekan angka mobilitas. Masyarakat diminta untuk tidak melakukan perjalanan jika keadaan tidak mendesak.

“ Saya mengimbau masyarakat, jika perjalanan tidak mendesak, diharapkan tidak melakukannya,” terang Wiku secara virtual yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, (15/12/2020).

1 dari 3 halaman

Kenali Risiko Mobilitas

Jika terpaksa harus melakukan perjalanan ke luar rumah, maka masyarakat diimbau untuk mengenali dengan baik risiko jenis mobilitas dan kegiatan yang dilakukan.

Artinya jika terpaksa harus bepergian usahakan menggunakan kendaraan pribadi, tidak melakukan kontak dengan orang ketika di perjalanan, dan hanya berinteraksi dengan keluarga inti saja. Itu merupakan kondisi dengan risiko rendah penularan Covid-19.

Sementara itu, kondisi lebih berisiko yaitu ketika melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi bersama keluarga tanpa melakukan pemberhentian selama perjalanan.

Dan melakukan interaksi dengan bukan anggota keluarga inti di ruang terbuka dengan selalu menerapkan disiplin 3M; memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

2 dari 3 halaman

Risiko Tinggi dan Tertinggi

Ilustrasi

Kemudian kondisi yang lebih berisiko tinggi yaitu ketika melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi bersama bukan anggota keluarga, perjalanan kereta atau bus jarak jauh. Kemudian berinteraksi dengan beberapa orang yang bukan keluarga inti di ruang tertutup dengan sebagian besar mematuhi 3M.

Kondisi risiko paling tinggi yaitu ketika masyarakat melakukan perjalanan dengan penerbangan transit, perjalanan dengan kapal atau perahu, dan berinteraksi dengan orang dari ebragam sumber di ruangan tertutup sementara itu ventilasi ruangan buruk dengan sbeagian kecil orang yang mematuhi protokol 3M.

Maka dari itu terkait mitigasi risiko mobilitas, pemerintah sedang memfinalisasi kebijakan terkait pelaku perjalanan antar kota yang meliputi persyaratan sampai mekanisme perjalanan dan kembali ke tempat asalnya.

“ Pengambilan kebijakan terkait pelaku perjalanan dilakukan karena selalu ada tren kenaikan kasus setiap adanya masa liburan panjang,” katanya.

3 dari 3 halaman

Belajar dari Negara Lain

Wiku belajar dari pengalaman negara lain ketika menghadapi libur panjang di masa pandemi. Menurutnya berdasarkan penelitian Mu et all tahun 2020 mengenai dampak mobilitas libur panjang Imlek di China tahun ini. Pembatasan mobilitas antar kota, dapat menekan peluang risiko penularan sebesar 70 persen. Kemudian pembatasan mobilitas dalam kota sebesar 40 persen harus diikuti monitoring dan evaluasi yang lebih baik.

Selain itu penelitian oleh Chun Chang et all 2020 mengenai dampak wabah di Taiwan, ditemukan bahwa waktu dan tingkat pembatasan perjalanan memiliki andil dalam menentukan besar jumlah kasus.

“ Selain itu sudah jelas berdasarkan data, kita sudah sama-sama mempelajari bahwa setiap liburan yang meningkatkan mobilitas penduduk akan mengakibatkan lonjakan kasus pada 2 hingga 4 minggu setelahnya,” imbuhnya.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar