Lion Air (Foto: Shutterstock)
Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat, dari hasil investigasi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 kalau pesawat pabrikan Amerika Serikat itu pernah mengalami beberapa perbaikan.
" Dari kejadian sampai saat ini, KNKT sudah dapat laporan perbaikan dari berbagai pihak, yakni Lion Air yang sudah lakukan sembilan perbaikan keselamatan penerbangan," ujar Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo di kantornya, Jakarta, Rabu 28 November 2018.
Nurcahyo merinci, sembilan perbaikan itu antara lain dilakukan di Batam Aero Teknik sebanyak dua kali, Boeing melakukan perbaikan dua kali, Federation Aviation Administration dua perbaikan, Direktorat General of Civil Aviation dua kali dan terakhir perbaikan pada sensor Angel of Attack (AoA) di California.
" KNKT menilai tindakan keselamatan berbagai pihak ini relevan dan dapat memperbaiki keselamatan di kemudian hari," ucap dia.
KNKT berencana akan melakukan pemeriksaan di California untuk mengetahui lebih lanjut apa saja kerusakan dan perbaikan yang dilakukan terhadap AoA tersebut. Karena, rute penerbangan sebelum pesawat itu jatuh yakni Jakarta-Pangkal Pinang, AoA juga rusak pada rute Denpasar-Jakarta.
Berdasarkan data black box yang didapat KNKT dari quick access recorder, pesawat Lion Air JT 610 ini sudah melakukan penerbangan sebanyak 385 kali.
" Rencananya KNKT akan selesaikan investigasi 12 bulan mengingat kecelakaan ini jadi perhatian dan pihak ingin belajar dari kecelakaan ini. Kita berusaha menyelesaikan investigasi dengan sebaik-baiknya," kata dia. (ism)
Dream - Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI. Dalam pertemuan itu, KNKT menjelaskan sejumlah hasil penyelidikan sementara.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo mengatakan, pihaknya sedang memaksimalkan hasil investigasi meski bahannya terbatas.
" Pembacaan black box akan disampaikan ke masyarakat tanggal 28 November 2018. Ini data black box soal data kecelakaan. Apabila lihat grafik, nanti ada biru adalah ketinggian, hijau adalah kecepatan," kata Nurcahyo, dikutip dari Liputan6.com, Kamis, 22 November 2018.
Nurcahyo memberi bocoran informasi, dari Flight Data Recorder (FDR) tampak ada perbedaan respons antara pilot dan kopilot Lion Air JT 610 begitu pesawat bergerak.
Nurcahyo mengatakan, setelah terbang, pesawat Lion JT 610 tersebut mengalami stick shacker, yaitu kondisi kemudi di sisi pilot mulai bergetar.
Getaran ini menjadi peringatan untuk pilot bahwa pesawat akan mengalami stall atau kehilangan daya angkat.
" Kemudian pesawat Lion Air JT 610 terus terbang kemudian sempat menurun sedikit, kemudian naik lagi dan kemudian kira-kira terbang di ketinggian 5.000 kaki," ujar dia.
Pada ketinggian itu, pesawat kehilangan daya angkut melalui automatic system. Akibatnya, hidung pesawat otomatis turun.
" Jadi hal ini kemungkinan disebabkan karena angle of attack di tempatnya kapten menunjukkan 20 derajat lebih tinggi," terangnya.
Meski sempat turun, dari catatan FDR, pilot JT 610 mencoba melawan situasi ini. Dia berusaha menaikkan kembali posisi pesawat.
Tetapi, hal itu tidak bertahan lama. Hingga pada akhirnya pesawat kehilangan daya angkut dan jatuh.
" Dari data mesin yang kita peroleh bahwa antara mesin kiri dan kanan, hampir semua penunjuk mesin menunjukkan angka yang konsisten. Jadi kami bisa simpulkan bahwa mesin tidak terjadi kendala di dalam penerbangan ini," ujar Nurcahyo.
KNKT rencananya akan memaparkan hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada 28 November 2018.
(ism, Sumber: Liputan6.com/Ilyas Istianur Pradiptya)