Ilustasi: Pixabay
Dream - Sebagian wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, luluh lantak usai diguncang gempa bumi dan tsunami pada Jumat 28 September 2018 lalu.
Ribuan bangunan hancur dan 1.234 dilaporkan meninggal dunia hingga Selasa, 2 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB. Hingga kini tim penyelamat masih berusaha mencari kemungkinan korban yang masih belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
Sementara warga yang mengalami luka berat dan ringan kini tersebar di sejumlah rumah sakit.
Sedangkan mereka yang mengungsi berjumlah lebih dari 16 ribu orang dan tersebar di 24 titik. Mereka kekurangan makanan dan juga pasokan BBM.
Derita yang dialami warga Palu dan wilayah terdampak gempa dan tsunami tak berhenti saat bencana usai. Kini mereka menghadapi masalah yang tak kalah serius.
Berikut sejumlah fakta miris usai gempa Donggala dan tsunami Palu menyapu Provinsi Sulawesi Tengah:
Kawasan terdampak gempa dan tsunami terparah adalah Perumnas Patoga di Palu Selatan dan Perumnas Balaroa di Palu Barat, Sulawesi Tengah.
Saat gempa terjadi, kedua kawasan itu diduga mengalami fenomena tanah bergerak yang dikenal dengan likuifaksi.

Akibatnya tanah yang dipijak berubah bak gelombang dan menenggelamkan ratusan rumah yang berdiri di atasnya.
BNPB mencatat ada sekitar 744 unit rumah yang tenggelam di perumahan Patoga. Dan Diperkirakan lebih dari 500 orang meninggal dunia.
Sementara di Perumnas Balaroa. Ada sekitar 1.747 rumah yang ambles ditelan bumi akibat gempa dan tsunami yang menerjang Palu dan Donggala.
Pasca gempa dan tsunami, banyak jalur transportasi yang terputus akibat longsor dan jalan yang terbelah.
Akibatnya ada 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kini terisolasi.
Tujuh kecamatan tersebut Kecamatan Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa dan Salawu.
Terungkap fakta mengejutkan yang ditemukan usai gempa Palu, yakni alat deteksi dini tsunami atau Buoy Tsunami di Indonesia sudah tidak bisa dioperasikan sejak 2012.

Padahal keberadaan alat deteksi dini tsunami di Indonesia sangat dibutuhkan. Hal ini tentu karena posisi Indonesia yang rawan bencana.
" Sejak 2012 Buoy Tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang, ya tidak ada," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Biaya operasional yang tiap tahun menurun diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Hingga hari senin, 1 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB, telah terjadi 254 gempa susulan di Sulawesi Tengah. Meski getarannya mulai menurun, sembilan di antaranya masih dirasakan warga.

Dan pada hari selasa, Oktober 2018, kemarin, Palu dan Donggala kembali diguncang gempa. Peristiwa itu terjadi pada pukul 06.46 WIB dengan magnitudo 5,3.
Dikabarkan lokasi gempa berada pada kedalaman 10 kilometer, sementara titik pusatnya terletak di di 0.57 Lintang Selatan, 119.87 Bujur Timur atau 16 km Tenggara Donggala.
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau