Semangat di Usia Senja

Reporter : Puri Yuanita
Kamis, 1 Desember 2016 20:20
Semangat di Usia Senja
Senja dan papa bukan alasan berpasrah. Mereka buktinya. Hidup tak lagi muda namun semangatnya sekeras baja. Inilah kisah kakek-kakek perkasa.

Dream – Kepala kakek berpeci hitam itu merebah di atas meja. Separuh mukanya tertutup tangan yang jadi sandaran. Dia terlihat pulas di atas meja beralas karpet merah dengan teko dan tempat tisu tak jauh dari wajahnya.

Badan kakek berbaju batik itu membungkuk. Dia memang tidur dalam posisi terduduk. Di atas bangku plastik berwarna biru. Kakek itu sepertinya sangat lelah. Dua bangku plastik warna biru dibiarkan berserakan.

Malam itu memang sudah larut. Jarum jam hampir menunjuk angka 10. Hanya ada lampu petromak sebagai penerang warung berterpal orange itu. 

Kakek itu tak sadar seorang wanita berhijab berdiri di depan warungnya. Dia baru saja tiba. Perutnya keroncongan. Sebuah gerobak makan bertulis Warung Nasi Uduk Betawi membuatnya berhenti. Berharap bisa membawa sebungkus nasi untuk mengusir lapar.

Tapi wanita itu ragu-ragu membangunkannya. Ada rasa iba menyerang. Tak yakin harus membangunkan si kakek atau tidak. Tega tak tega, akhirnya ia bangunkan juga.

Si kakek terperanjat dari tidurnya. Dia buru-buru melayani permintaan wanita itu.

Rupanya kakek itu tak tahu. Dia sudah dipotret saat tertidur. Fotonya viral di socsal media. Unggahan foto dalam akun Hafizah Sari pada 20 Oktober lalu sudah disebar puluhan ribu orang. Sampai kemarin sudah 88.488 membagikan cerita itu.

“ Makasi yah kek jadi teringat perjuangan orang tua betapa susahnya berkorban buat keluarga. Sehat terus ya kek lancar rezeki kakek amin yarobbal alamin,” tulis Hafizah dalam ungahannya. 

Sontak, fotonya menyebar.  Nama warung nasi uduk betawi itu makin riuh. Tak cuma disebar masyarakat biasa, media massa dan para selebritis ikut meramaikan warung yang terletak di Jalan Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur itu.

Kakek yang tertidur pulas sudah berusia senja. 60 tahun. Namanya Abdul Rauf. Warung nasi uduk Betawi miliknya laris diserbu pengunjung.

“ Saya katanya masuk Pesbuk. Tapi, saya ndak ngerti. Wong saya nggak punya hape,” kata Abdul Rauf. Kakek inilah pemilik warung nasi uduk Betawi yang menjadi viral itu.

Tak butuh waktu lama kisah hidupnya juga menjadi viral dan menuai simpati banyak netizen, Kakek rauf juga diundang untuk tampil dalam acara bincang-bincang di stasiun televisi swasta.

Bukan soal Kakek Abdul yang tertidur pulas di warungnya yang membuat orang tergugah. Kisah Kakek Rauf menggugah hati banyak orang. Cerita tentang pria berusia senja yang tak kalah dengan tantangan hidup. Tak lantas mengambil jalan pintas dengan menengadahkan tangan menjadi pengemis.

Kakek Abdul memilih hidup terhormat. Menjadi pedagang meski butuh usaha lebih keras di tengah usaha senja.

******

Hidup di kota metropolitan seperti Jakarta memang butuh semangat baja. Tanpa mental kuat, pilihan singkat biasanya jadi pilihan. Menjadi pengemis atau pekerjaan tak halal. Apalagi jika sudah berusia senja.

Jakarta memang bukan hanya dihuni kawula muda. Banyak orang tua yang harus bersaing di tengah kerasanya kehidupan ibukota. Tengok saja hasil Susenas tahun 2014. Indonesia saat ini dihuni 20,24 juta masyarakat Lanjut Usia (Lansia). Itu sama dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk.

Mau tahu perbandingannya di tingkat dunia. Jumlah masyarakan Lansia Indonesia ada di posisi terbanyak kelima dunia. Dari jumlah yang cukup besar itu, sayangnya tak semua lansia Indonesia hidup makmur di masa tuanya.

Banyak di antara mereka yang masih harus berjuang mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga di usia senja. 

*****

Kisah manusia Lansia perkasa bukan hanya milik Kakek Rauf. Di sudut lain kota Jakarta, tersebutlah nama Kakek Abdul Rahman. Dia punya kisah serupa.

Kakek Rahman sudah berusia 77 tahun. Tapi usia buan penghalang untuk tetap berkarya. Saban hari Kakek Rahman menggelar lapak koran di area SPBU Kota Kasablanka, Tebet, Jakarta Selatan. Sudah delapan tahun dia berjualan di sana.

Kondisi ayah 8 anak ini cukup memprihatinkan. Sebagian besar wajahnya tertutup perban. Serangan kanker membuat Kakek Rahman harus menjalani operasi tiga kali. Hasilnya, bagian hidungnya seolah menghilang. Tertutup perban yang dibungkus untuk menghindarinya dari debu.

Meski renta dan memiliki wajah penuh perban, bukan halangan bagi Kakek Rahman mencari uang halal. Dengan berjualan Koran, kakek Rahman menjalani hidup mandiri. Tak perlu menjadi peminta-minta di jalan.

" Kalo saya masih bisa nyari (uang), saya bisa amal," kata Abdul Rahman.

Kakek Rauf dan Rahman adalah bukti. Kisah inspiratif manusia Lansia yang tak menyerah hanya karena usia. Kisah mereka juga membuka mata kita. Masih banyak kaum Lansia yang membutuhkan perhatian dari kita semua.(Sah)

(Laporan: Maulana Kautsar/ Muhammad Ilman)

 

Beri Komentar