Tadinya Dikira Tanaman Purba, Ternyata Fosil Bayi Kura-Kura Berusia 125 Juta Tahun

Reporter : Editor Dream.co.id
Rabu, 13 Desember 2023 17:36
Tadinya Dikira Tanaman Purba, Ternyata Fosil Bayi Kura-Kura Berusia 125 Juta Tahun
Awalnya diduga tanaman purba, ternyata penemuan ini adalah fosil bayi kura-kura dari zaman dinosaurus.

1 dari 12 halaman

Tadinya Dikira Tanaman Purba, Ternyata Fosil Bayi Kura-Kura Berusia 125 Juta Tahun

Tadinya Dikira Tanaman Purba, Ternyata Fosil Bayi Kura-Kura Berusia 125 Juta Tahun © Awalnya diduga tanaman purba, ternyata penemuan ini adalah fosil bayi kura-kura dari zaman dinosaurus. 2023 Foto/Pexels.com

2 dari 12 halaman

Fosil tanaman prasejarah yang dikumpulkan oleh imam Kolombia lebih dari 50 tahun yang lalu ternyata adalah cangkang kura-kura kecil langka dari zaman dinosaurus.

Sumber: Live Science

3 dari 12 halaman

Padre Gustavo Huertas mengumpulkan fosil berbentuk daun di sekitar kota Villa de Leyva antara tahun 1950-an dan 1970-an, dan pada awalnya mengidentifikasinya sebagai tanaman yang telah punah.

Namun, studi terbaru yang dipublikasikan pada 7 Desember dalam jurnal Paleontologi Electronica, mengungkapkan bahwa sebenarnya itu bukan daun, melainkan cangkang kura-kura kecil.

4 dari 12 halaman

Berasal dari masa Aptian

Fosil-fosil itu, dengan panjang masing-masing sekitar 5 cm dan 6 cm, berasal dari masa Aptian sekitar 125 hingga 113 juta tahun yang lalu pada Zaman Kapur (Cretaceous) yang berlangsung dari 145 hingga 66 juta tahun yang lalu. Mereka merupakan kura-kura laut yang pertama kali tercatat dari periode tersebut di utara Amerika Selatan.

5 dari 12 halaman

Penemuan ini "benar-benar mengejutkan,"

Hector Palma-Castro, mahasiswa paleobotani di Universitas Nasional Kolombia.

6 dari 12 halaman

Dikira tanaman purba

Pada awalnya, Huertas identifikasi fosil-fosil tersebut sebagai Sphenophyllum colombianum, diklasifikasi dalam kelompok tanaman yang pada umumnya hidup antara Late Devonian sekitar 419,2 hingga 358,9 juta tahun yang lalu dan Permian sekitar 298,9 hingga 251,9 juta tahun yang lalu.

7 dari 12 halaman

Lakukan penelitian kembali

Karakteristik usia dan tempat ditemukannya fosil ini tarik perhatian Palma-Castro dan pembimbingnya, salah satunya Fabiany Herrera, kurator tanaman fosil di Field Museum di Chicago. Mereka putuskan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap identifikasi fosil tersebut.

8 dari 12 halaman

"Ketika kami mengambil foto mereka, kami berpikir, 'ini aneh,'" ujar Herrera.

Ketika kami mengambil foto mereka, kami berpikir, 'ini aneh,'" ujar Herrera." /> © Awalnya diduga tanaman purba, ternyata penemuan ini adalah fosil bayi kura-kura dari zaman dinosaurus. 2023 Ilustrasi: Edwin-Alberto Cadena and Diego Cmbita-Romero.

9 dari 12 halaman

Bentuk dan tepian daun yang seharusnya tidak menyerupai tanaman, bersama dengan garis pada fosil yang lebih menyerupai tulang daripada urat, mendorong Herrera mencari bantuan dari salah satu rekan penulisnya, Edwin Alberto Cadena, seorang paleontolog di Universitas Rosario di Bogotá.

Tim verifikasi fosil itu berasal dari cangkang atas kura-kura laut. Berdasarkan ukuran dan ketebalan cangkang, serta pola pertumbuhan kura-kura yang masih hidup, disimpulkan bahwa hewan tersebut tidak lebih dari 1 tahun saat meninggal.

10 dari 12 halaman

© Awalnya diduga tanaman purba, ternyata penemuan ini adalah fosil bayi kura-kura dari zaman dinosaurus. 2023 Foto: Fabiany Herrera and Hctor Palma-Castro

" Dalam paleontologi, melibatkan imajinasi dan kemampuan untuk kagum selalu diuji," ujar Cadena.

11 dari 12 halaman

"Menemukan fosil bayi tetasan (hatchling) kura-kura secara umum benar-benar langka. Ketika kura-kura sangat muda, tulang-tulang dalam cangkang mereka sangat tipis, sehingga bisa dengan mudah hancur."

12 dari 12 halaman

Penulis penelitian nyatakan bahwa cangkang-cangkang tersebut mungkin berasal dari Desmatochelys padillai, yaitu kura-kura laut tertua yang terdokumentasi ditemukan dalam lapisan fosil yang sama. Namun, kepastian ini tidak dapat dijamin tanpa adanya kerang

" Kami telah memecahkan misteri paleobotani kecil, tetapi yang lebih penting, studi ini menunjukkan perlunya mengkaji kembali koleksi sejarah di Kolombia," jelas Herrera.

Beri Komentar