Ine Syuhada Mencurahkan Kisah Hidupnya Yang Pilu. (Foto: Twitter Ine Syuhada)
Dream - Hidup memang terkadang sangat kejam. Bukan karena takdir, tapi akibat perbuatan orang lain yang tak punya hati dan perasaan.
Contohnya gadis asal Pati, Jawa Tengah, yang menderita penyakit paling langka di dunia. Akibat menderita penyakit itu, dia jadi takut, depresi, dan dijauhi orang-orang.
Inilah kisah Ine Syuhada. Dia mencurahkah perasaan pilu dalam menghadapi kehidupan setelah menderita penyakit langka tersebut.
Ine didiagnosis menderita penyakit paling langka di dunia, Marfan Syndrome. Penyakit ini menyerang jaringan ikat, terutama di jantung, pembuluh darah, tulang, sendi, dan mata.
Karena kondisi tersebut, gadis kelahiran 2003 itu sering diejek dan di-bully. Sehingga dia dijauhi oleh orang-orang.
Dia sejatinya ingin memiliki banyak teman. Tapi karena penyakit itu, orang-orang justri jijik melihatnya.
Melalui Twitter, Ine menceritakan betapa menyedihkan kehidupannya setelah menderita Marfan Syndrome.
Halo:) Namaku ine, kelahiran tahun 2003. Aku salah satu penderita penyakit paling langka di dunia, namanya Sindrom Marfan. Aku pengen bgt punya bnyk temen, karna di rl orang* pada jijik ama aku, kebanyakan dr mereka pada mandang fisik.
.
Adakah disini yg masih mau jadi temanku? pic.twitter.com/x1rBQIXHtE— 🌻 i n e 🌻 (@inersyuhada)21 Agustus 2019
Ine didiagnosis mengidap penyakit itu saat berusia 9 bulan. Dia harus menjalani operasi di kedua mata pada usia 4 hingga 5 tahun. Operasi itu dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Bukannya tambah membaik, setelah menjalani operasi, mata kirinya terus mengeluarkan air hingga akhirnya benar-benar berhenti berfungsi.
Ine sebenarnya sudah merasakan mata kirinya gelap namun merahasiakannya dari orang tuanya.
Setelah dilakukan pemeriksaan ulang, dokter mengatakan bahwa mata kiri Ine buta permanen.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa mata kiriku buta secara permanen. Semua dokter disana sudah angkat tangan tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Orang tuaku hanya bisa pasrah kepada Tuhan.
— 🌻 i n e 🌻 (@inersyuhada)21 Agustus 2019
Selain mata, dokter menyatakan jantung Ine tipis. Seperti balon yang ditiup terlalu besar dan kemudian pecah. Nyawa Ine pun terancam.
Penderitaan Ine tidak berhenti sampai di situ saja. Hari demi hari, mata kirinya berubah warna dan semakin bengkak.
Sementara orang tuanya mulai sering bertengkar hingga akhirnya bercerai. Beberapa bulan kemudian, ibunya menikah lagi.
Ine dan ibunya pindah ke rumah ayah dan saudara tirinya.
Ine mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Di sanalah Ine situlah mendapat bully dari teman-teman barunya.
Dia benar-benar tidak punya teman. Di sekolah, Ine diejek, dikucilkan, dan di-bully setiap hari.
Waktu itu, Ine masih kelas lima SD, usianya baru 10 tahun. Di kelas di-bully teman sekolah, di rumah ada ayah dan saudara tiri yang jahat.
" Aku sangat depresi dan sampai kepikiran untuk bunuh diri diumurku yang masih 10 tahun itu, tapi aku mencoba untuk bertahan," katanya.
Pengalaman tersebut terbawa hingga ke SMA. Ine berubah jadi anak yang kesepian, merasa rendah diri, pendiam, dan takut bertemu orang.
Ine hanya bisa memasrahkan nasibnya kepada Tuhan. Dia berharap ada keajaiban yang bisa menyembuhkan penyakitnya.
Sumber: World of Buzz, Twitter Ine Syuhada
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas