Wali Kota Amsterdam Meminta Maaf Soal Perbudakan Global di Masa Silam

Reporter : Ahmad Baiquni
Jumat, 2 Juli 2021 19:01
Wali Kota Amsterdam Meminta Maaf Soal Perbudakan Global di Masa Silam
Wali Kota Femke Halsema, menyatakan sudah saatnya ketidakadilan masa lalu diukir menjadi identitas Kota Amsterdam.

Dream - Wali Kota Amsterdam, Belanda, Femke Halsema, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh bangsa yang pernah menderita akibat perbudakan dan perdagangan manusia. Amsterdam terbangun menjadi kota kaya dan maju karena sejarah perbudakan yang melibatkan pemerintahan masa lalu.

Halsema menyatakan sudah saatnya bagi Amsterdam menghadapi masa lalu yang kelam. Amsterdam, kata dia, harus mengukir ketidakadilan perbudakan era kolonal menjadi identitas kota.

" Dengan hati yang besar dan tanpa syarat, karena kami ingin menjadi pemerintah bagi mereka yang masa lalunya menyakitkan dan terbebani warisan," ujar Halsema.

" Tidak satupun warga Amsterdam yang hidup saat ini harus disalahkan atas masa lalu," ucap dia melanjutkan.

Pemerintah Belanda telah menyatakan penyesalan yang mendalam atas peran sejarah bangsa itu dalam perbudakan di masa lalu. Namun penyesalan itu disampaikan tanpa permohonan maaf secara resmi.

Perdana Menteri Mark Rutte di tahun lalu menyatakan permintaan maaf seperti itu dapat mempolarisasi masyarakat.

1 dari 3 halaman

Pemerintah Belanda Belum Meminta Maaf

Sebuah komisi independen yang membahas masalah ini dalam beberapa bulan terakhir mengeluarkan laporan yang menyarankan Pemerintah Belanda untuk meminta maaf. " Permintaan maaf membantu menyembuhkan penderitaan bersejarah," demikian rekomendasi tersebut.

Menteri Dalam Negeri Belanda Kajsa Ollongren menghadiri upacara di Amsterdam di mana Halsema berpidato. Tetapi dia tidak berkomentar secara langsung tentang permintaan maaf Pemerintah Kota Amsterdam.

Patrick Mathurin, seorang aktivis dan aktor kulit hitam, mengatakan beberapa orang di Belanda mencoba mengabaikan masa lalu kolonial negara itu. Dia pun terus bersuara agar rakyat Belanda mau mengakui sejarah kelam tersebut.

" Juga apa yang terjadi, tentu saja, dengan George Floyd membuat semuanya … berkembang lebih cepat," kata Mathurin.

 

2 dari 3 halaman

Melestarikan Sistem Penindasan

Halsema menyatakan sejarah memberikan bayangan bagi Amsterdam untuk mencapai hari ini. Dia menegaskan para pejabat kota dan elit penguasa yang haus akan kekuasaan dan keuntungan telah berpartisipasi dalam perdagangan manusia dan perbudakan hingga melestarikan sistem penindasan atas warna kulit dan ras.

" Masa lalu kota kami masih menarik semangat komersialnya yang khas karena itu tidak dapat dipisahkan dari rasisme yang terus-menerus yang masih bercokol," kata Halsema.

" Atas nama Kolese Wali Kota dan Para Pendahulu, saya minta maaf," ucap Halsema menutup pidatonya.

Sorak-sorai dan tepuk tangan muncul dari sekelompok kecil tamu undangan yang duduk di kursi putih. Permintaan maaf itu disampaikan dalam upacara tahunan yang menandai penghapusan perbudakan di koloni Belanda di Suriname dan Antillen Belanda pada 1 Juli 1863, yang saat ini dikenal sebagai Keti Koti (Rantai yang Putus).

 

3 dari 3 halaman

Amsterdam Terlibat Langsung Pada Perbudakan Global

Halsema mengatakan penelitian menunjukkan dari akhir abad ke-16 hingga abad ke-19, keterlibatan Amsterdam bersifat langsung, mendunia, berskala besar, beragam, dan berlarut-larut.

Amsterdam tidak sendirian dalam meminta maaf atas perannya dalam perbudakan. Pada 2007, Wali Kota London saat itu, Ken Livingstone, membuat pidato emosional yang meminta maaf atas keterlibatan kota tersebut.

Museum nasional Belanda, Rijksmuseum di Amsterdam, saat ini mengadakan pameran bertema 'Perbudakan'. Pameran itu ingin menyampaikan pesan bagainya negara berperan dalam perdagangan budak, dikutip dari The Guardian.

 

Beri Komentar