Elmiyati (Foto: Merdeka.com/Darmadi Sasongko)
Dream - Sebanyak 131 korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan bukan hanya sekadar angka. Ada duka yang sangat dalam. Termasuk bagi mereka yang selamat dalam tragedi 1 Oktober 2022 itu.
Elmiyati, 33 tahun, wanita ini berhasil selamat bahkan setelah melewati tragedi mengerikan pintu 13 di Stadion Kanjuruhan. Dia bisa mengungkapkan kisah ini berkat pertolongan dari seorang pria yang saat itu mengira Elmiyati adalah saudaranya.
Namun di sisi lain dia juga kehilangan orang-orang tercintanya. Sang suami Rudi Harianto, 35 tahun, dan putranya yang bahkan masih berusia 3 tahun. Mereka ikut meregang nyawa pada tragedi usai pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu.
" Baru tiga kali ini nonton, PSIS Semarang, Persija, baru ini. Niatnya itu menyenangkan anak saya. Pikiran saya kan suporter Persebaya tidak ada di sini, kan aman. Ternyata seperti itu," ungkap Elmiyati.
Niat yang hanya ingin membahagiakan sang anak justru menjadi momen terakhir perjumpaan Elmiyati dan keluarganya. Saat kerusuhan terjadi dan gas air mata mulai ditembakkan di lapangan, dia mulai bergeser.
Elmiyati mengaku selama pertandingan menonton dari tribun selatan berdekatan dengan Gate 13.
" Waktu itu suami saya ngajak keluar, biar anak saya enggak terkena. Ternyata dampaknya gas itu, terasa saat mau turun ke gerbang. Ditambah desakan para suporter lain yang juga ingin menyelamatkan diri," cerita Elmiyati.
Bersama ribuan penonton lainnya, Elmiyati berdesak-desakan menuju pintu 13 yang menurutnya hanya terbuka sebagian. Bahkan hanya dapat dilalui oleh beberapa orang.
" Suami posisi menggendong anak saya dan saya di belakangnya, tapi gara-gara didorong dari belakang itu tidak tahu suami saya itu sudah keluar atau jatuh gimana saya tidak tahu," kata dia.
Kekacauan semakin memuncak di pintu 13. Penonton dari dalam stadion terus mendorong menuju arah pintu. Saat dalam situasi tidak bisa bergerak karena desak-desakan, Elmiyati mengaku diangkat oleh penonton lain.
Karena pertolongan itu dia bisa kembali ke tribun. Namun rupanya keajaiban datang karena dirinya dikira saudara oleh orang yang menolongnya. Dia ditarik dari atas untuk diselamatkan dari desak-desakan.
" Tidak tahu dari mana ada yang menyelamatkan saya. Saya ditarik ke atas, terus diajak ke tribun lagi. Dikira saya itu saudaranya, dikira adiknya, 'Mbak Sampeyan tak kiro adikku,' kata orang tersebut," kata dia.
Namun ketika sudah tenang dan dia terlepas dari suasana desak-desakan, posisi Elmiyati justru terpisah dari suami dan anaknya. Saat di tribun dia bertemu adik ipar dan kerabatnya yang kemudian membantu mencari anak dan suaminya.
Elmiyati diminta duduk menunggu kabar, sementara kedua orang tersebut berbagi peran mencari anak dan suaminya.
Saat itu suasananya sudah agak tenang dan tembakan gas air mata sudah berkurang. Dia juga mengaku melihat para penonton yang diselamatkan, beberapa kondisinya sudah lemas.
Adik iparnya meminta foto anak dan suaminya agar mudah untuk pencarian dengan menanyakan kepada petugas dan polisi.
Tetapi putranya ditemukan sudah tak bernyawa saat sang adik memintanya untuk datang ke rumah sakit. Belum lama kabar duka itu datang, dia kembali mendapatkan informasi sang suami telah tutup usia di rumah sakit yang lain.
" Ketemunya anak saya di rumah sakit Kanjuruhan. Ayo ke rumah sakit, kata adik saya. Posisinya sudah meninggal di rumah sakit. Terus sekitar 10 menit dapat kabar lagi kalau suami saya ditemukan sudah meninggal di RS Wafa Husada," kisahnya.
Elmiyanti kehilangan tulang punggungnya dalam keluarga. Dia saat ini hidup bersama putri bungsu, Caynanda Billa (14) yang saat kejadian tak ikut menonton ke stadion Kanjuruhan.
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN