Foto Dokter Tirta (Sumber : Instagram @dr.tirta)
Dream – Sosok Tirta Mandira Hudhi menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Dia adalah dokter yang sangat aktif mengampanyekan pencegahan virus corona di Indonesia. Dia juga membantu pendistribusian sumbangan influencer ke rumah sakit di Indonesia.
Dokter Tirta merupakan sosok nyentrik yang kerap muncul bak pahlawan di rumah sakit yang membutuhkan alat kesehatan saat virus corona mewabah.
Tak hanya berkecimpung di dunia kesehatan, di balik gelar dokter yang dia sandang, ternyata Tirta juga merupakan seorang pengusaha di Yogyakarta.
Lalu bagaimana sih sosok dokter Tirta selama ini? Berikut Dream merangkumkannya untuk Anda.
Dokter Tirta merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Hebatnya, dia menyelesaikan skripsinya di semester ke-6.
Setelah itu, melanjutkan koas selama 1,5 tahun dan sempat dinas di Puskesmas Turi dan Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Dia sempat menjadi dokter di Instalasi Gawat darurat (IGD) dan dokter jaga.
Selain menjalankan profesi sebagai dokter, Tirta juga membangun usaha di Yogyakarta. Dia membangun usaha yang dinamakan Shoes and Care, bisnis cuci sepatu yang familiar di kalangan anak muda pecinta sneakers di Indonesia.
Usaha dokter Tirta pun saat ini sudah memiliki 19 cabang di berbagai kota di Indonesia. Terkadang ia bahkan menerima orderan untuk melakukan perawatan sepatu dari luar negeri.
Semasa muda, Dokter Tirta memiliki sejarah dengan dunia anak punk. Dia sempat ditampung oleh preman. Dengan latar belakang tersebut, saat ini, sekitar 60 persen, rata–rata pegawai Shoes and Care adalah mantan napi, anak putus sekolah, anak jalanan, dan anak punk.
Setelah dinyatakan sakit Bronkities kronis pada 2018, dokter Tirta memutuskan rehat menjadi dokter IGD dan fokus berjuang membantu teman teman anak jalanan di Shoes and Care.
Dibalik sosoknya yang aktif dan pantang lelah saat membantu pencegahan virus corona, ternyata semasa kecilnya dokter Tirta sempat sakit–sakitan.
Di usia 8 tahun, dokter Tirta terinfeksi TBC. Dia tertular oleh temannya yang mengidap penyakit tersebut. Penyakit TBC merupakan endemik di Indonesia. Kematian dan jumlah kasusnya sangat tinggi karena penyebarannya dari udara.
“ Gue harus ikut program 6 bulan, trnyata gagal, ditambah ekstra 4 bulan. Baru sembuh. Total 10 bulan. Penyembuhan. Dan gue diprediksi abis itu divonis jadi orang yang sakit–sakitan,” ungkapnya di Twitter.
Setelah program penyembuhan TBC, paru–paru beliau selalu ada flek, sehingga mengidap berbagai macam penyakit pernafasan. Seperti Faringitis, Laringitis, Tonsilitis, Bronkitis, hingga Sinusitis. Hal ini berlangsung hingga dokter Tirta menginjak bangku SMA.
Meskipun sering kali sakit, dokter Tirta merupakan sosok yang cerdas dan berprestasi. Di sekolah, beliau pernah menjadi siswa teladan. Bahkan mewakili Kota Solo dalam Olimpiade Matematika.
Setelah lulus SMA, beliau diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Selain itu, dia juga lulus lewat jalur prestasi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Akhirnya, dokter Tirta memilih UGM sebagai tempat studinya.
Ketika mengajar di UGM sebagai dosen tamu, dia bertemu dengan Prof Iwan Dwiprahasto, seorang Guru Besar UGM. Dokter Tirta mendapatkan tawaran untuk melanjutkan pendidikan kedokteran S2 di Belanda dan Jerman oleh Profesor Iwan.
" Setelah selesai S1 Prof Iwan mau memberikan beasiswa ke Belanda dan Jerman Lewat Dokter Jarir, aku tolak karena pada waktu itu aku lebih ingin ke IGD, belum siap untuk keluar negeri untuk S2," ucap dokter Tirta dalam wawancaranya dengan Deddy Corbuzier di Youtube.
Dokter Tirta membantu para tenaga medis melawan penyebaran virus Corona. Dia mengoordinasikan semua sumbangan dari para influencer dan membuat program untuk menghambat penyebaran virus orona di Jakarta dan Indonesia. Pada awalnya, dia menggunakan dana pribadi untuk membantu tenaga medis.
“ Gue ga dikasi biaya, gue pake duit gue sendiri, dan tiba2 @kitabisacom akhirnya memutuskan bantu gue,” ungkapnya di Twitter.
Saat ini dokter Tirta melakukan beberapa program dalam melawan penyebaran virus corona, dibantu oleh para relawan dan mantan Presiden Mahasiswa UGM, Fatur.
“ Gue bergerak, 14-15 jam sehari. Kadang 20 jam. Capek. Tapi gue semangat. Ini sumpah gue. Selama angka infeksi Corona masih tinggi, gue ga akan berhenti berjuang” tekadnya.
Wah, luar biasa sekali perjuangannya. Semoga dokter Tirta dan teman – teman relawan diberikan kesehatan selalu ya, Sahabat Dream.
Advertisement
Cucu Mahfud MD Jadi Korban Keracunan MBG di Yogyakarta
Alasan Orang Korea Sangat Percaya MBTI Bisa Ungkap Kepribadian
Presiden Prabowo Bertemu Marc Marquez dan Pebalap Tanah Air Bahas Sport Tourism
Ponpes Al-Khoziny Ambruk, Menag Tanggapi Isu Pelibatan Santri dalam Pengecoran Gedung
Cara Mudah Bikin Parfum Bareng Casablanca di Campus Beauty Fair